Terkuak Tren Baru Lansia di Jepang, Senang Hidup di Penjara

Jepang tengah mengalami tren yang tidak biasa, yakni meningkatnya keinginan para warga lansia untuk dihukum penjara oleh polisi. Bagaimana bisa?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 20 Mar 2018, 16:32 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 16:32 WIB
Ilustrasi lansia (iStock)
Ilustrasi lansia (iStock)

Liputan6.com, Tokyo - Beberapa hasil penelitian sosial menyebut Jepang sebagai pemilik populasi tertua di dunia, dengan lebih dari seperempat warganya berusia 65 tahun atau lebih. Populasi yang menua diketahui telah membebani sistem keuangan dan industri ritel Jepang.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, tren lain yang tak terduga telah terjadi, yakni ketika para lansia melakukan kejahatan ringan agar dapat menghabiskan sisa hidup mereka di penjara.

Dilansir dari South China Morning Post pada Selasa (20/3/2018), pengaduan dan penangkapan yang melibatkan warga lansia telah melampaui demografi kelompok usia lainnya di Jepang. Bahkan, disebutkan bahwa tingkat kejahatan ringan yang dilakukan para sepuh itu telah meningkat empat kali lipat selama beberapa dekade terakhir.

Di penjara Jepang saat ini, satu dari setiap lima narapidana adalah warga negara senior. Dan dalam banyak kasus, sembilan dari sepuluhnya adalah wanita lansia yang biasanya melakukan aksi pengutilan.

Fenomena tidak biasa itu berasal dari kesulitan merawat populasi lansia di Jepang. Jumlah penduduk berusia lanjut di sana telah meningkat sebanyak 600 persen antara tahun 1985 dan 2015.

Setengah dari penduduk lansia yang tertangkap mengutil diketahui tinggal seorang diri.

Hal ini sesuai dengan temuan survei sosial oleh pemerintah Jepang, di mana 40 persen dari penduduk lansia mengatakan mereka tidak punya atau jarang berbicara dengan keluarganya.

Bagi para manula ini, kehidupan di penjara lebih baik daripada kehidupan normal yang mereka jalani sehari-hari.

"Mereka mungkin punya rumah. Mereka mungkin punya keluarga. Tetapi itu tidak berarti mereka memiliki tempat yang mereka rasakan seperti makna 'rumah' sesungguhnya," ujar Yumi Muranaka, kepala sipir Penjara Wanita Iwakuni.

 

Simak video tentang lansia Jepang berikut: 

Penjara Dianggap Berikan Suasana Komunitas yang Hangat

[Bintang] Bendera Jepang
Bendera Jepang (Wikipedia)

Sementara itu, dibutuhkan lebih dari US$ 20.000 (sekitar Rp 275 juta) per tahunnya untuk mengurus narapidana di penjara dalam keadaan normal.

Namun, dengan makin tingginya jumlah narapidana lansia, membuat biaya pengurusan pun membengkak karena adanya tambahan pos dana khusus perawatan medis.

Atas dasar hal tersebut, banyak petugas penjara mengaku tugas mereka saat ini tak ubahnya seperti perawat panti jompo.

Akan tetapi, menurut para narapidana lansia, kondisi kehidupan di penjara justru terasa menyenangkan. Mereka mengaku menemukan suaana komunitas yang sudah lama tidak mereka rasakan di luar sana.

"Saya menikmati hidup di penjara. Selalu ada orang di sekitar, dan saya tidak merasa kesepian di sini. Ketika saya keluar kedua kalinya, saya berjanji bahwa saya tidak akan kembali. Tapi saat saya keluar, saya tidak bisa menahan rasa rindu hidup di balik bui," cerita salah seorang narapidana lansia wanita.

Oleh pemerintah Jepang, tren tidak biasa ini telah dimasukkan ke dalam daftar prioritas pemberantasan masalah sosial. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah meningkatkan sistem kesejahteraan yang menyasar lengkap, mulai dari kesehatan hingga pembinaan komunitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya