Liputan6.com, Jakarta - Ekuator Bumi, termasuk sebagian wilayah Indonesia, akan mengalami hari tanpa bayangan pada Rabu, 21 Maret 2018. Fenomena tersebut terjadi karena Matahari akan melintas tepat berada di atas garis ekuator (khatulistiwa) atau equinox.
"Matahari akan berada tepat di atas ekuator (khatulistiwa) pada 21 Maret 2018. Hal ini menjadi fenomena yang menarik bagi Indonesia yang terletak di garis ekuator," demikian pernyataan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) RI yang diunggah dalam Facebook soal hari tanpa bayangan.
"Dengan demikian, saat tengah hari, apabila seseorang berada di wilayah khatulistiwa, maka Matahari akan berada hampir tepat di atas kepala. Hal ini mengakibatkan tidak adanya bayangan. Istilahnya yaitu hari nir bayangan atau hari tanpa bayangan."
Advertisement
Baca Juga
Menurut LAPAN, pada 20 Maret pukul 23.15 WIB, akan terjadi peristiwa yang disebut vernal equinox (vernus = musim semi, equus = sama, noct = malam) karena pada hari itu, durasi siang dan malam di seluruh dunia akan sama, yakni 12 jam.
Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena tersebut secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yakni pada 21 Maret dan 23 September.
Sejumlah mitos pun mengiringi fenomena equinox. Salah satunya berasal dari China.
Kabarnya, saat Matahari tepat melintas di garis khatulistiwa dan menyebabkan hari tanpa bayangan, kita dapat dengan mudah membuat telur berdiri, jika dibandingkan dengan hari lain. Benarkah?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mitos atau Fakta?
Praktik menyeimbangkan telur pada awal musim semi itu tersebar luas di China. Menurut laporan South China Morning Post, hal itu terjadi saat Bulan dan Bumi berada dalam garis yang sejajar.
"Teori tersebut muncul karena Bulan dan Bumi berada dalam garis yang sejajar, garis sempurna itu menghasilkan keseimbangan kekuatan sempurna yang dibutuhkan untuk memungkinkan hal itu terjadi."
Namun pada 19 Maret 1945, majalah Life melaporkan bahwa Albert Einstein skeptis bahwa equinox memiliki dampak terhadap keseimbangan telur.
Manajer Planetarium dan Program Sains di Hudson River Museum, Marc Taylor, menyebut hal tersebut sebagai mitos.
"Kamu bisa mencobanya, bahkan jika tak sedang equinox..." ujar Taylor seperti dikutip dari Iohud.com, Selasa (20/3/2018).
Advertisement
Bukti Lain
Pada 1987, astronom Frank D Ghigo dari Univeristy of Minnesota melakukan eksperimen dengan menggunakan empat butir telur setiap harinya, mulai tanggal 27 Februari hingga 3 April.
Ia mengatakan, dapat atau tidak sebuah telur berdiri bergantung pada cangkang, kesabaran, dan latihan.
"Mood dan ketekunan penyeimbang memiliki pengaruh besar pada tingkat keseimbangan. Jika seseorang tidak sabar atau gugup, kemungkinannya rendah," ujar Ghigo kepada AP.
"Aku rasa, kemungkinan akan lebih besar jika sering berlatih."
Sementara itu Taylor menjelaskan bahwa tidak ada yang istimewa tentang equinox.