Australia Bangun Teknologi Laser Penghancur Sampah Luar Angkasa

Sekumpulan peneliti di Australia berupaya menciptakan teknologi laser untuk menghancurkan sampah luar angkasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mar 2018, 06:54 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2018, 06:54 WIB
Bumi Bersiap Hadapi Fenomena 'Langit Runtuh'
Bumi Bersiap Hadapi Fenomena 'Langit Runtuh'. Ilustrasi sampah luar angkasa (NASA)

Liputan6.com, Sydney - Sampah luar angkasa adalah masalah nyata yang bisa menyebabkan bencana bagi manusia di Bumi. Sekarang para ilmuwan Australia sedang menciptakan laser canggih yang berbasis di daratan, untuk menembak sampah-sampah tersebut.

Dilansir dari Australia Plus pada Kamis (22/3/2018), lembaga EOS Space Systems telah membangun dan mengembangkan sistem pelacakan untuk satelit dan sampah luar angkasa di Mount Stromlo di Canberra.

Sampah luar angkasa (spaces junk) adalah berbagai satelit alat peluncurnya yang sudah habis masa berlakunya dan terus melayang di luar angkasa.

Pimpinan perusahaan tersebut, Profesor Craig Smith, mengatakan bahwa peneliti telah mengembangkan laser bertekanan foton yang bisa menggerakkan puing-puing luar angkasa, dan mengubah orbit mereka.

Langkah pertama bagi ilmuwan adalah menggunakan laser bertenaga rendah untuk mendeteksi dan mengikuti benda-benda yang teridentifikasi di luar angkasa.

"Dengan sistem pelacakan laser, kami melacak objek dan memprediksi tabrakan dengan akurasi tinggi," kata Profesor Smith.

Jika sepotong sampah luar angkasa tampak seperti hendak tabrakan dengan potongan lain, maka laser akan digunakan untuk mengubah orbitnya.

Langkah selanjutnya adalah meningkatkan daya menjadi laser yang lebih besar dan lebih besar.

"Kemudian kami bisa mulai memindahkannya ke orbit satelit dengan mengurangi kecepatannya sehingga bisa mengubah ketinggian orbit," ujar Profesor Smith. 

Namun, Profesor Smith mengatakan bahwa para ilmuwan harus memastikan mereka tidak membelah puing menjadi dua, yang kemudian akan menambah jumlah sampah luar angkasa di orbit.

"Masalah sebenarnya adalah Anda membuatnya lebih sulit. Jika mereka menjadi lebih kecil mereka menjadi lebih sulit dan makin sulit untuk dilacak, dan karena itu mereka mulai menjadi tidak terlihat - tetapi juga masih mematikan untuk satelit."

 

Simak video tentang tangkapan cahaya misterius yang melewati sebuah gunung keramat di Kanada berikut: 

 

 

Australia Tempat Terbaik untuk Tembakkan Laser

Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Sampah luar angkasa mungkin terdengar tidak berbahaya, tapi film Hollywood ‘Gravity’ mengingatkan para penonton bioskop bahwa benda ini bisa menjadi pembunuh - terutama jika anda adalah seorang astronot yang berkeliaran di angkasa dan benda itu menghalangi jalan anda.

Benda itu juga bisa menghancurkan satelit, yang banyak di antaranya mengelilingi Bumi.

Dr Ben Greene, ketua Pusat Penelitian Lingkungan Luar Angkasa, mengatakan ada "ratusan ribu sampah luar angkasa dengan ukuran di mana mereka akan mengancam satelit."

"Kami kehilangan beberapa satelit setahun ini karena sampah luar angkasa," kata Greene.Di bawah skenario terburuk untuk sampah luar angkasa, serangkaian tabrakan bisamembuat orbit dekat Bumi menjadi zona larangan bepergian untuk satelit dan pesawat luar angkasa.

Oleh karena itu, hal yang mendesak untuk mencari cara menyingkirkan sampah antariksa.

Upaya untuk membuat penerbangan luar angkasa kurang berantakan sedang dilakukan, seperti menghilangkan bekas pendorong roket yang saat ini dibuang di luar angkasa.

Di Eropa, tombak dan jaring antariksa sedang dikembangkan untuk menangkap puing-puing yang lebih besar.

Tapi di Australia, fokusnya adalah menggunakan cahaya pekat untuk menyingkirkan sampah luar angkasa dari bahaya.

Dan Dr Greene mengatakan Australia adalah tempat yang jelas untuk memasang teknologi laser.

"Kemungkinan besar akan berasal dari Australia, karena Anda memerlukan platform yang layak untuk digunakan dan Anda memerlukan cuaca yang baik. Dan Australia memiliki keduanya," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya