Rusia dan Taliban Bantah Terlibat Kolusi yang Dituduhkan Amerika Serikat

Secara terpisah, pihak Rusia dan Taliban membantah adanya praktik kolusi di antara kedua negara, sebagaimana yang dituduhkan Amerika Serikat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 26 Mar 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 10:00 WIB
20170622-Putin Pimpin Upacara Peringatan Invasi Nazi-AP
Presiden Rusia, Vladimir Putin memeriksa pasukan kehormatan sebelum meletakkan karangan bunga ke makam prajurit tak dikenal pada peringatan invasi Nazi Jerman ke 76 tahun di Moskow, Kamis (22/6). (Alexei Druzhinin/Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Moskow - Rusia dan Taliban, secara terpisah, menolak berkomentar tentang pernyataan yang dibuat oleh kepala pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, bahwa Moskow telah mendukung, dan bahkan memasok senjata ke kelompok militan.

Kedutaan Rusia di Kabul dalam sebuah pernyataan resmi, menolak klaim jenderal AS tersebut sebagai 'tidak berdasar' dan 'omong kosong'.

Dilansir dari BBC pada Senin (26/3/2018), seorang juru bicara Taliban mengatakan mereka tidak 'menerima bantuan dari negara mana pun'.

Juru bicara tersebut mengatakan kepada kantor berita Afghan Press yang berbasis di Pakistan: "Pihak musuh tidak memiliki bukti untuk hal ini."

Berbicara kepada BBC, Jenderal Nicholson mengatakan Rusia telah merusak upaya-upaya AS di kawasan itu, meskipun ada kepentingan bersama dalam memerangi terorisme dan narkotika.

"Kami telah membawa senjata ke markas ini, dan diberikan kepada kami oleh para pemimpin Afghanistan dan (mereka) mengatakan, ini diberikan oleh Rusia kepada Taliban," jelas Jenderal Nicholson.

Komandan Amerika, termasuk Jenderal Nicholson, telah membuat dugaan kolusi serupa sebelumnya, meskipun tidak ada bukti jelas yang  telah dipublikasikan.

Rusia menanggapi komentar jenderal AS baru-baru ini dengan mengatakan: "Sekali lagi, kami bersikeras bahwa pernyataan seperti itu benar-benar tidak berdasar.”

Rusia sebelumnya mengatakan bahwa kontak terbatas dengan Taliban, ditujukan untuk mendorong pembicaraan damai, dan menjamin keamanan warga Rusia.

 

 Simak video tentang hampir bersinggungannya pesawat militer AS dan Rusia berikut: 

 

 

Jika Ingin Kedamaian, Bersiaplah untuk Perang

Penasihat Keamanan Donald Trump yang Baru: Jika Mau Damai, Bersiaplah Perang
John Bolton, Penasihat Keamanan Donald Trump yang Baru: Jika Mau Damai, Bersiaplah Perang. Foto diambil saat Bolton jadi dubes AS untuk PBB pada 2005 (Dennis Cook/Associated Press)

Sementara itu, Penasihat Kepresidenan Bidang Keamanan Nasional Amerika Serikat yang baru ditunjuk oleh Presiden Donald Trump, sudah mengeluarkan pernyataan kontroversial -- hanya beberapa jam berselang namanya diumumkan untuk mengisi posisi itu.

Sang penasihat yang baru, John Bolton mengatakan, Amerika Serikat harus 'bersiap untuk perang' guna mengamankan perdamaian. Ia juga mengisyaratkan tanda-tanda kemunculan kebijakan luar negeri AS yang lebih keras dalam waktu dekat.

John Bolton, mantan duta besar AS untuk PBB, membuat komentar itu hanya beberapa jam setelah ditunjuk untuk mengisi peran Penasihat Kepresidenan lewat Tweet dari Presiden Trump.

"Cara paling pasti untuk menghindari konflik adalah memiliki kemampuan militer yang kuat," kata Bolton kepada Sky News, seperti dikutip dari Telegraph pada Senin.

"Seperti yang dulu dikatakan orang Romawi Kuno: Si vis pacem, para bellum - jika Anda ingin kedamaian, bersiaplah untuk perang."

Bolton akan menggantikan HR McMaster, seorang pensiunan jenderal, pada tanggal 9 April nanti. Penunjukkan Bolton menjadikan pria itu sebagai penasihat keamanan nasional ketiga Trump dalam 14 bulan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya