Lepas Cadar Saat Pidato, Menteri Arab Saudi Dikritik

Selama konferensi, Menteri Arab Saudi, Dr Haya Al Awad menyampaikan sejumlah pidato di depan kerumunan orang tanpa mengenakan cadar.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 17 Apr 2018, 17:39 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 17:39 WIB
Ilustrasi perempuan muslim berhijab (AFP)
Ilustrasi perempuan muslim berhijab (AFP)

Liputan6.com, Riyadh - Seorang menteri wanita Arab Saudi memicu kemarahan masyarakat setelah melepas cadar yang menutupi wajahnya di depan umum.

Seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (17/4/2018), Dr Haya Al Awad, yang merupakan Wakil Menteri Pendidikan Anak Perempuan Arab Saudi, tampil di Pameran & Forum Internasional untuk Pendidikan di ibu kota Saudi Riyadh pada saat melepaskan cadar ketika berpidato.

Selama konferensi, Dr Haya Al Awad menyampaikan sejumlah pidato di depan kerumunan orang. Ia mengenakan niqab (busana muslim tradisional), tetapi tanpa cadar yang biasanya hanya memperlihatkan bagian mata.

Dia mengenakan jilbab dengan bagian wajah terbuka sehingga orang bisa melihat mulut, hidung, dan dagunya.

Keputusan Dr Haya Al Awad tampil demikian di depan publik ternyata memicu kontroversi di media sosial. Beberapa kritikus mengatakan dia "tak mengikuti tradisi agama dan sosial".

Namun, banyak akademisi terkemuka dan tokoh publik Saudi turun tangan membalas hujatan yang dialamatkan ke Dr Al Awad.

Salah satunya adalah seorang ulama bernama Sulaiman Al Tareefi, yang mengatakan dia tidak melanggar peraturan apa pun dan hanya menggunakan haknya untuk tampil tanpa cadar.

"Dr Haya Al Awad hidup sesuai dengan keyakinannya dalam kerangka hukum yurisprudensi pluralisme," kata Sulaiman Al Tareefi.

"Para penganut yurisprudensi telah memutuskan bahwa masalah ijtihad ini, alasan independen yang bertentangan dengan imitasi, tidak dapat diberhentikan."

Komentar itu menyebutkan bahwa dalam Islam seorang wanita harus berpakaian sopan, menutup rambut dan tubuhnya, Arab Saudi adalah salah satu dari negara-negara mayoritas muslim yang secara hukum menerapkan aturan berpakaian.

Perempuan, baik orang asing maupun lokal, diminta mengenakan abaya (jubah hitam panjang) di tempat umum. Namun demikian, tak ada aturan yang mengatakan wajib bagi wanita mana pun untuk menutupi wajah mereka.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

Dipuji

20151116-Ilustrasi Berhijab-iStockphoto
Ilustrasi Berhijab (iStockphoto)

Sementara itu, penasihat media dan pendidikan Saudi, Saud Al Musaibeeh, mengatakan bahwa dia memuji Dr Haya Al Awad karena mengadopsi sikap para ulama yang mengizinkan perempuan tidak menutupi wajah mereka.

"Dia mengikuti apa yang dia yakini benar, terlepas dari apa yang harus dia pertahankan dari orang-orang yang menentang pandangannya," kata Saud Al Musaibeeh, dikutip oleh situs berita Saudi Al Marsad pada Senin, 16 April.

"Sayangnya, ada orang-orang yang ingin merebut setiap kesempatan untuk menyerang seorang pejabat wanita dan menghasut publik. Orang-orang harus sangat berhati-hati tentang upaya semacam itu yang dipicu oleh mereka yang bersembunyi di balik komputer mereka."

Bloger Hatoon Qadhi mengatakan bahwa meskipun dia biasanya menjaga jaraknya dari masalah yang terkait dengan hijab, niqab, dan burka, dia merasa harus bergabung dalam debat yang menyerang serangan Dr Haya Al Awad --seorang wanita terhormat yang memegang posisi tinggi.

"Dr Haya tak membutuhkan siapa pun untuk membelanya, karena dia tidak membuat kesalahan. Bahkan, saya berharap dia akan terus maju dan mengadili semua orang yang telah menyiksanya," tulis Hadqhi dalam unggahannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya