Mengejutkan, Kim Jong-un Hentikan Semua Tes Misil dan Uji Coba Nuklir

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengambil langkah dramatis. Ia menghentikan uji coba rudal dan akan menutup tempat uji coba nuklir.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 21 Apr 2018, 13:02 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2018, 13:02 WIB
Senyum Kim Jong-Un Saat Berfoto Bersama Kelompok Seni dari China
Sejumlah awak media mengambil gambar pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un yang didampingi istrinya Ri Sol Ju usai menonton penampilan kelompok seni dari China di Pyongyang, Korea Utara (17/4). (KCNA VIA KNS / AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengambil langkah dramatis. Ia menghentikan uji coba rudal dan akan menutup tempat uji coba nuklir.

"Mulai 21 April 2018, Korea Utara akan menghentikan uji coba nuklir dan peluncuran misil balistik antarbenua," demikian pernyataan yang diumumkan oleh kantor berita negara tersebut, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (21/4/2018).

Selain itu, juga disebutkan bahwa Kim Jong-un mengatakan, uji coba lebih lanjut tak lagi diperlukan. Alasannya, kemampuan nuklir Pyongyang telah terverifikasi. Menurutnya, tak ada yang perlu dibuktikan.

"Situs uji coba nuklir Korea Utara telah menyelesaikan misinya," kata Kim Jong-un, seperti dikutip kantor berita Korut.

Saat menyampaikan pidato tahun baru, Kim Jong-un juga mendeklarasikan rampungnya program nuklir dan rudal balistik negaranya.

Itu berarti, setelah melakukan uji coba nuklir selama enam kali, Korut tak merasa perlu memperbarui desain yang sudah ada.

Namun, meski mengumumkan akan menutup lokasi uji cobanya, belum ada indikasi Pyongyang akan memusnahkan senjata-senjata yang telanjur ada.

Pemimpin Korut, Kim Jong-un berbincang dengan para peneliti mengenai program senjata nuklir saat meninjau pembuatan bom hidrogen yang dapat dimasukkan ke dalam rudal balistik antarbenua pada 3 September 2017. (AFP Photo/Kcna Via Kns/Str)

Pengumuman mengejutkan tersebut dikeluarkan jelang dialog tingkat tinggi Korea Utara dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Kim Jong-un akan bertemu dengan koleganya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, pada pekan depan dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) antar-Korea pertama dalam dua dekade terakhir. Sementara, pertemuan dengan Donald Trump akan digelar pada Juni 2018.

Baik Korsel maupun AS berupaya mendorong Pyongyang ke arah denuklirisasi. Reaksi positif pun disampaikan untuk merespons kebijakan Kim Jong-un.

"Ini adalah kabar baik bagi Korea Utara juga dunia -- kemajuan besar," kata Donald Trump lewat akun Twitternya, @realDonaldTrump.

Sementara, Seoul berpendapat, langkah yang dilakukan Korut adalah kemajuan yang sangat berarti.

"Hal tersebut akan berkontribusi menciptakan lingkungan yang positif bagi kesuksesan pertemuan tingkat tinggi Selatan-Utara dan Utara-AS," demikian pernyataan dari kantor Moon Jae-in soal keputusan terbaru Kim Jong-un.

 

Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump

Aktivis
Dua aktivis memakai topeng Presiden AS, Donald Trump dan Pemimpin Korut, Kim Jon-un berpose di dekat rudal tiruan saat kampanye penghapusan Senjata Nuklir (ICAN) di Kedubes Korea Utara di Berlin, Jerman (13/9). (AFP Photo/dpa/Britta Pedersen/Germany Out)

Banyak yang mempertanyakan, mengapa Kim Jong-un rela mengubur ambisinya menjadikan Korut negara yang ditakuti dengan rudal balistik antarbenuanya (ICBM) dan uji coba nuklir hanya demi bisa duduk bersama Donald Trump.

Jawabannya sejatinya sederhana: sebuah konferensi tingkat tinggi dengan seorang presiden AS dianggap layak untuk diperjuangkan.

Untuk Kim Jong-un, itu adalah sesuatu yang belum pernah dicapai ayah atau kakeknya, Kim Jong-il atau Kil Il-sung.

Bulan lalu Donald Trump membuat kejutan dengan menerima tawaran dialog dari Pyongyang. Sebab, belum pernah dalam sejarah, seorang Presiden AS bertemu langsung dengan pimpinan Korut.

KTT diperkirakan akan berlangsung pada awal Juni. Atau bahkan sebelumnya.

Tentara Korea Selatan berjaga di Joint Secutiry Area di DMZ. (Creative Commons)

Sejumlah ahli berspekulasi, pertemuan akan digelar di Demilitarised Zone (DMZ), yang letaknya antara Korsel dan Korut, negara Asia lainnya, atau negara di Eropa yang dianggap netral.

Pada Kamis, 19 April 2018, Donald Trump menegaskan, jika ia tak yakin pertemuan tersebut akan berhasil, dia tidak akan menghadirinya.

Sementara, kalaupun pertemuan itu jadi digelar tapi tidak produktif, dia akan angkat kaki.

"Kampanye tekanan maksimum AS akan berlanjut sampai Korea Utara menyepakati denuklirisasi," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya