Liputan6.com, Kabul - Serangan bom bunuh diri melanda pusat pendaftaran pemilih di ibu kota Afghanistan, Kabul. Insiden itu menewaskan sedikitnya 31 orang, kata pejabat setempat.
Lebih dari 50 lainnya terluka dalam ledakan yang menghantam kerumunan orang yang menunggu di pintu masuk gedung.
ISIS telah mengklaim melalui kantor berita Amaq bahwa mereka melakukan serangan itu. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Minggu (22/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Pendaftaran pemilih Afghanistan dimulai bulan ini untuk pemilihan legislatif yang akan berlangsung pada bulan Oktober.
Laporan Amaq mengatakan bahwa seorang bomber bunuh diri mengenakan sabuk peledak membidik pusat itu, yang berada di daerah Dashte Barchi di Kabul barat, Afghanistan.
Gambar dari tempat kejadian menunjukkan dokumen bernoda darah di lantai gedung itu.
Sepatu yang ditinggalkan dan pecahan kaca yang pecah di daerah itu dan kendaraan di dekatnya penuh dengan lubang.
Saksi mata bernama Bashir Ahmad mengatakan banyak dari korban adalah perempuan dengan anak-anak yang ada di sana untuk mendapatkan kartu identitas mereka dan mendaftar untuk pemilihan Afghanistan.
Â
Saksian juga video pilihan berikut ini:
Empat Serangan Sejak Pekan Lalu
Sudah ada setidaknya empat serangan di pusat-pusat seperti itu sejak pendaftaran pemilih berlangsung seminggu lalu.
Serangan hari Minggu 22 April 2018 di Kabul, Afghanistan adalah paling mematikan sejak sedikitnya 100 orang tewas di sebuah distrik yang penuh dengan gedung-gedung pemerintah dan kedutaan besar di bulan Januari.
Menteri Dalam Negeri Afghanistan mengatakan kepada BBC awal tahun ini bahwa baik Taliban dan ISIS menargetkan warga sipil untuk memprovokasi orang terhadap pemerintah dan menciptakan kekacauan.
Pemilihan legislatif akhir tahun ini akan diikuti oleh pemilihan presiden pada 2019.
Penelitian BBC awal tahun ini menemukan bahwa pemerintah Afghanistan memiliki kontrol penuh atas hanya 30% dari negara, dengan sisa negara di bawah ancaman signifikan dari Taliban, dan, pada tingkat lebih rendah, ISIS.
ISIS diketahui tengah melawan pasukan militer Afghanistan dan Taliban untuk mengambil alih negara itu.
Advertisement