Liputan6.com, Sabrata - Militer Libya menemukan 11 mayat tanpa identitas dan dokumen terapung di perairan barat laut Kota Sabrata, Libya, sekitar 8 km dari lepas pantai, pada Minggu 22 April pagi waktu setempat.
Diduga, belasan mayat itu adalah imigran non-prosedural yang hendak menyebrang dari Afrika ke Eropa atau Mediterania. Demikian seperti diutip dari Anadolu Ajansi (23/4/2018).
Pada waktu yang hampir bersamaan, paramiliter pro-pemerintah Libya juga menemukan 83 imigran yang diselamatkan dari perahu plastik.
Advertisement
Mereka yang selamat kemudian diserahkan kepada agen imigrasi anti-ilegal Libya di distrik Zawiya barat laut.
Imigran yang selamat itu berasal dari sejumlah negara-negara di Afrika yang berbeda.
Baca Juga
Sejak runtuhnya otoritas pusat di Libya pada tahun 2011, pantai barat laut negara itu telah menjadi pusat migrasi ilegal ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya.
Setiap tahun, puluhan ribu orang dari beragam negara di Afrika melintasi perbatasan Libya, negara yang dipandang oleh para imigran Benua Hitam sebagai "gerbang awal menuju Eropa".
Para imigran itu kebanyakan merupakan pengungsi yang melarikan diri dari konflik atau krisis ekonomi di negara asalnya, seperti Eritream Ethiopia, Sudan Selatan, Niger, Algeria, dan bahkan dari dalam Libya sendiri.
Sebagian besar para imigran itu telah menjual semua yang mereka miliki untuk membiayai perjalanan melalui pantai Libya menuju pintu gerbang Eropa ke Mediterania.
Namun, sejak rute perlintasan itu diperketat oleh otoritas Libya, banyak di antara para imigran dan pengungsi itu mengambil langkah nekat demi menghindar dari jerat aparat.
Tak sedikit di antara mereka melompat dari kapal ke laut di tengah proses penyebrangan, karena takut diciduk oleh otoritas Libya.
Beberapa ada justru memilih atau bahkan terjerumus dalam sindikat jasa penyelundupan manusia.
Pemerintah Libya, hingga saat ini, mengklaim tengah mendalami, menyelidiki, dan mencari pihak-pihak yang bertanggung jawab atas sindikat penyelundupan serta dugaan praktik perdagangan manusia tersebut.
Reporter : Farah Fuadona
Sumber : Merdeka.com
Saksikan juga video pilihan berikut ini: