Janji Korea Utara Tutup Situs Uji Coba Nuklir Akan Berakhir Sia-Sia?

Analis geopolitik menyebut bahwa janji Korea Utara untuk menutup situs uji coba nuklir hanya simbolis belaka.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Mei 2018, 09:12 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2018, 09:12 WIB
Citra satelit yang menunjukkan beberapa aktivitas di Punggye-ri Nuclear Tes Site, Korea Utara (sumber: North 38)
Citra satelit yang menunjukkan beberapa aktivitas di Punggye-ri Nuclear Tes Site, Korea Utara (sumber: North 38)

Liputan6.com, Seoul - Analis geopolitik menyebut bahwa janji Korea Utara untuk menutup situs uji coba nuklir utama mereka pada akhir Mei nanti merupakan gestur simbolik yang signifikan. Akan tetapi, langkah itu dianggap tak berdampak besar bagi proses denuklirisasi dan perlucutan senjata nuklir di Semenanjung.

Chairman Kim Jong-un setuju untuk menutup situs uji coba nuklir mereka -- salah satunya Punggye-ri -- usai pertemuannya dengan Presiden Moon Jae-in dalam KTT Korea Utara-Korea Selatan pada Jumat pekan lalu, kata Juru Bicara Istana Kepresidenan Korsel pada Minggu 29 April kemarin.

Persetujuan itu merupakan bentuk kepatuhan atas deklarasi Panmunjom Declaration for Peace, Prosperity and Unification on the Korean Peninsula yang disepakati bersama oleh Kim dan Moon usai KTT tersebut.

Deklarasi yang ditandatangani oleh kedua pemimpin secara jelas 'mengonfirmasi tujuan bersama untuk merealisasi Semenanjung Korea yang bebas nuklir, melalui denuklirisasi penuh'.

Namun, implementasi atas rencana 'denuklirisasi penuh' itu belum dijelaskan secara detail, sehingga beberapa analis khawatir kalau pelaksanaan atas gagasan itu akan dipraktikkan melenceng dari kaidah ideal.

Selain itu, kondisi salah satu fasilitas tes nuklir utama Korea Utara, yakni Punggye-ri, yang dilaporkan sudah tak lagi berfungsi optimal, justru malah membuat upaya penutupan situs itu tak berdampak besar bagi proses denuklirisasi negara tersebut.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Wen Lianxing, seorang ahli geologi dari University of Science and Technology of China di Hefei, menguatkan bukti itu -- menjelaskan bahwa situs Punggye-ri milik Korea Utara telah kolaps.

"Jika laporan itu benar, maka situs tes itu sudah tak lagi berguna untuk uji coba nuklir di masa depan," kata Duyeon Kim, analis dari Korean Peninsula Future Form mengomentari laporan riset itu, seperti dikutip dari NBC News, Senin (30/4/2018). 

"Sehingga sejatinya, inisiatif untuk menutup fasilitas tersebut hanya akan menjadi isyarat simbolis semata dan tak berdampak signifikan," tambahnya.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Korea Utara Justru Sudah Punya Rudal Nuklir

Lokasi uji coba nuklir Korut di Punggye-Ri. (AFP)
Lokasi uji coba nuklir Korut di Punggye-Ri. (AFP)

Rencana Kim Jong-un untuk menutup situs tes nuklir Korea Utara juga semakin dinilai tak signifikan, karena sejatinya, negara itu kemungkinan besar sudah memiliki rudal berhulu ledak atom tersebut.

Sebelumnya, Pyongyang telah berkali-kali menunjukkan bahwa mereka memiliki senjata nuklir yang kredibel. Oleh karenanya, analis menganggap bahwa pembongkaran Punggye-ri justru tidak akan memengaruhi upaya perlucutan senjata nuklir Korea Utara.

Kemungkinan itu diperkuat oleh pernyataan Kim Jong-un yang elusif pada dua pekan lalu.

"Kami tak perlu lagi melakukan tes nuklir atau uji coba rudal balistik jarak menengah dan antar-benua dan ... situs tes nuklir di utara (Punggye-ri) telah komplit menyelesaikan misinya," kata Kim Jong-un dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh KCNA pada 21 April 2018.

Kim Jong-un juga mengklaim telah mengembangkan rudal balistik antarbenua yang mampu mencapai daratan AS.

Dalam pidato Tahun Baru 2018, Kim Jong-un mengklaim bahwa "tombol nuklir selalu ada di meja saya" dan "seluruh Amerika Serikat berada dalam jangkauan senjata nuklir kami."

Sulit memang untuk membuktikan eksistensi senjata tersebut. Namun, bukan berarti prasangka untuk hal yang demikian dapat hilang begitu saja, kata analis.

Jika Punggye-ri ditutup secara permanen, hal itu mungkin berdampak pada kemampuan Korea Utara untuk melakukan pengujian nuklir masa depan. Akan tetapi, penutupan situs tersebut tidak akan banyak berdampak pada program senjata mereka yang telah eksis dan kapabel.

"Saya tidak akan terkejut jika mereka sudah menggali situs uji baru. Karena kemungkinan besar, mereka kini sudah melakukan tes nuklir di dalam lab," kata Kim Duyeon, analis dari Korean Peninsula Future Form.

"Negara nuklir yang telah maju tidak memerlukan situs tes seperti Punggye-ri setelah sampai pada tahap tertentu. Jadi, Pyongyang mungkin mencoba untuk menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari klub nuklir yang telah maju tersebut," tambahnya.

Riset China: Situs Tes Nuklir Punggye-ri Telah Kolaps

Citra satelit yang menunjukkan beberapa aktivitas di Punggye-ri Nuclear Tes Site, Korea Utara (sumber: North 38)
Citra satelit yang menunjukkan beberapa aktivitas di Punggye-ri Nuclear Tes Site, Korea Utara (sumber: North 38)

Laporan analis itu muncul setelah riset dari China mengabarkan bahwa salah satu fasilitas tes nuklir Korea Utara telah kolaps. Akibatnya, area sekitar, bahkan hingga negara tetangga, berisiko terpapar radioaktif.

Kelompok riset itu menjelaskan, runtuhnya fasilitas itu disebabkan akibat penggunaannya sebagai situs uji coba rudal nuklir sebanyak lima kali berturut-turut dalam beberapa waktu terakhir. Demikian seperti dilansir The South China Morning Post (SCMP).

Situs tes yang dimaksud oleh firma China tersebut berlokasi di Gunung Mantap, Punggye-ri Nuclear Test Site di barat laut Korea Utara.

Lima dari total enam tes nuklir Korea Utara dilaporkan telah dilakukan di bawah gunung tersebut -- yang memiliki fitur terowongan sedalam 700 meter (2.296 kaki) di bawah kaki gunung.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Wen Lianxing, seorang ahli geologi dari University of Science and Technology of China di Hefei, menjelaskan bahwa situs itu juga pernah menjadi lokasi tes hulu ledak nuklir termal terkuat Korea Utara.

Serangkaian tes itu mengubah gunung menjadi fragmen yang rapuh, kata tim peneliti.

Laporan itu juga memicu kekhawatiran lain. Keruntuhan fasilitas itu bisa mengakibatkan zat radioaktif bocor dan meluas ke lokasi sekitar, atau bahkan, negara tetangga seperti China.

Debu radioaktif bisa lolos melalui lubang atau retakan di gunung yang rusak, kata para ilmuwan.

"Penting untuk terus memantau kebocoran bahan radioaktif yang disebabkan oleh insiden kolapsnya fasilitas tersebut," kata tim yang dipimpin Wen Lianxing dalam pernyataannya.

Temuan ini akan dipublikasikan di situs web jurnal ilmiah Geophysical Research Letters pada bulan depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya