Alunan Orkestra Angklung Pukau Ratusan Diplomat di Markas PBB

Pagelaran dengan tema "Bamboo for Peace: Enchanting sounds and rhythms of Indonesia," diselenggarakan oleh PTRI New York dan didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2018, 09:09 WIB
Pagelaran Angklung bertajuk "Bamboo for Peace: Enchanting Sounds and Rhythms of Indonesia” di ruang ECOSOC, gedung PBB, New York, 30 April 2018 (PTRI)
Pagelaran Angklung bertajuk "Bamboo for Peace: Enchanting Sounds and Rhythms of Indonesia” di ruang ECOSOC, gedung PBB, New York, 30 April 2018 (PTRI)

Liputan6.com, New York - Sekitar 500 diplomat dari lebih 190 negara memenuhi ruang ECOSOC, salah satu ruangan pertemuan yang berada di gedung kantor Perwakilan Bangsa-bangsa (PBB) di kota New York, pada Senin, 30 April 2018.

Lagu-lagu tradisional Indonesia seperti Bungong Jeumpa dari Aceh hingga Yamko Rambe Yamko dari Papua, menggema secara beriringan, membuat para diplomat hanyut dalam suasana musik tradisional dari Jawa Barat ini.

"Alunan angklung untuk pertama kalinya terdengar di dalam gedung PBB New York dan ratusan diplomat asing terkesima karena dapat belajar dan berpartisipasi di dalam orkestra musik tradisional Indonesia," demikian disampaikan oleh Duta Besar Dian Triansyah Djani, Wakil Tetap (Watap) Indonesia PBB di New York, dalam siaran persnya baru-baru ini, seperti dikutip dari VOA (2/5/2018).

Pagelaran dengan tema "Bamboo for Peace: Enchanting sounds and rhythms of Indonesia," diselenggarakan oleh PTRI New York dan didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC dan Kementerian Pariwisata Indonesia dalam rangka World Day for Cultural Diversity for Dialogue and Development.

Menampilkan sekitar 30 pemain angklung yang merupakan kolaborasi antara seniman Saung Angklung Udjo dari Bandung, Jawa Barat dengan komunitas House Of Angklung, disertai penari dari Padepokan Jugala Taya.

Acara ini merupakan bagian dari diplomasi Indonesia, yang saat ini sedang mencalonkan diri sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2019 - 2020, untuk meraih dukungan dari seluruh anggota PBB.

Pagelaran ditutup dengan ratusan penonton bergabung menjadi orkestra angklung dan bersama-sama memainkan lagu "We Are The World" dari Michael Jackson. Lagu ini sekaligus menyampaikan pesan Indonesia kepada seluruh negara anggota PBB untuk bersatu dalam menciptakan perdamaian dunia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mahasiswa China Lihat Orkestra Angklung

Kunjungan mahasiswa China ke Saung Angklung Udjo. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)
Kunjungan mahasiswa China ke Saung Angklung Udjo. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Antusiasme warga dunia yang melihat angklung bukan pertama kali terjadi. Pada Minggu, 23 April 2017. Sebanyak 20 mahasiswa dari Tiongkok yang mengikuti program "Write to China" bertandang ke tempat itu.

Mereka terlihat terkesan dengan kebudayaan Indonesia yang ada di Saung Udjo. Salah satunya saat menyaksikan pertunjukan musik angklung.

Salah satu mahasiswa, Lin Qingyu (20) mengatakan, dirinya terkesan dengan penampilan tim Saung Angklung Udjo. "Saya senang bisa menyaksikan penampilan mereka. Bagi saya ini kejutan yang menyenangkan," ujar dia.

Saat itu, para mahasiswa asal Fujian, China yang juga ditemani 20 mahasiswa asal Indonesia, disuguhi pertunjukan seni khas Indonesia. Mulai dari wayang golek, kuda lumping, angklung mini, arumba hingga orkestra angklung.

Permainan angklung yang dibawakan tim Saung Angklung Udjo memberikan kesan tersendiri bagi puluhan mahasiswa. Lagu-lagu yang dibawakan tidak hanya lagu daerah, tetapi juga dari luar negeri.

Mahasiswa Fujian Agricultural and Forestry University itu mengaku pertama kali datang ke Indonesia. Dulu ia tak tahu seluk beluk Tanah Air. Namun dengan adanya kunjungan, dia mendapatkan banyak pengetahuan tentang Indonesia.

"Bukan hanya budaya dan hubungan antar kedua negara saja. Makanan di sini juga saya suka, rata-rata rasanya pedas dan manis," ucap Lin.

Suhandi Hasan, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pattimura yang mendampingi rombongan dari China, mengaku takjub dengan kunjungan tersebut. Ia juga mengaku kagum dengan penampilan angklung di Saung Udjo.

"Penampilannya bagus dan saya suka dengan budaya kita yang beragam," ungkap Suhandi.

Dalam kunjungan tersebut, mereka juga diperkenankan mencoba angklung bersama-sama.

Kunjungan mahasiswa asal Tiongkok ini terselenggara atas kerja sama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan Kedutaan Besar China di Indonesia. "Write to China" sendiri merupakan kompetisi esai yang pembukaannya dilakukan Januari 2017. Sebanyak 20 pemenang kompetisi tersebut terbang ke China untuk melakukan studi pada 10-19 April lalu.

Sebagai balasan kunjungan mahasiswa Indonesia itu, giliran 20 mahasiswa dari China yang melakukan lawatan ke Indonesia.

Sebelum mengunjungi Saung Angklung Udjo, para mahasiswa terlebih dulu dibawa ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Selain mengunjungi Bandung, studi ini juga akan berlanjut ke kota Yogyakarta dan Bali.

"Sebagian besar mahasiswa asal China belum pernah ke Indonesia. Dipilihnya Bandung sendiri karena punya sejarah yang kuat termasuk KAA ini," terang Project Manager FPCI, Lailatunnazhifah.

Sementara itu, atase hubungan masyarakat dan pers Kedutaan Besar China untuk Indonesia, An Xiaoshan menyatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah mempererat persahabatan antara kedua negara.

"Kunjungan ini sangat penting bagi kedua negara dan mengenal lebih dalam lagi tentang kebudayaan antar negara. Kita berharap dengan perjalanan ini para mahasiswa China bisa lebih mengenal Indonesia," jelas An.

Kebudayaan di Indonesia ini beragam terdapat banyak suku dan bahasa. Kesan peserta sendiri kebanyakan tertarik untuk mempelajari banyak hal tentang Indonesia," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya