Liputan6.com, Yerusalem - Penanda jalan untuk Kedutaan AS di Yerusalem telah terpasang pada Senin, 7 Mei 2018. Marka itu dipasang tepat sepekan sebelum kedutaan dibuka pada 14 Mei mendatang.
Wali Kota Yerusalem, Nir Barkat, juga telah memposting foto dirinya berdiri dekat penanda jalan itu dalam laman Facebook kemarin.
"Ini bukan mimpi. Ini kenyataan! Pagi ini 7 April, saya bangga dan senang telah memasang marka pertama untuk Kedutaan AS di Yerusalem, yang akan dibuka pekan depan," kata Barkat dalam laman Facebooknya, seperti dikutip dari CNN, Selasa (8/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Marka yang ditulis dalam tiga bahasa (Hebrew, Arab, dan Inggris) itu terpasang di sudut Jalan Arnona, di selatan Kota Tua Yerusalem.
Penanda itu difungsikan sebagai penunjuk jalan bagi publik yang hendak menuju ke Kedutaan AS di Yerusalem tersebut.
Pada Senin, 14 Mei mendatang, bangunan eks-Konsulat AS yang direnovasi menjadi kedutaan itu resmi dibuka.
Peresmian kompleks itu secara otomatis menandai pemindahan kantor Kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem -- seperti yang dijanjikan oleh Presiden Donald Trump.
Tak hanya itu, hal tersebut juga sebagai simbol pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel -- sebuah langkah yang telah menuai penolakan dan kecaman dari Palestina serta komunitas internasional.
Seremoni peresmian Kedutaan AS di Yerusalem itu diperkirakan akan dihadiri sejumlah pejabat tinggi AS, seperti penasihat kepresidenan Jared Kushner dan Ivanka Trump, Menteri Keuangan Steve Mnuchin serta tokoh lain.
Kendati demikian belum jelas siapa pejabat Israel yang akan menghadiri seremoni Kedutaan AS di Yerusalem pekan depan.
Namun, sejumlah kabar menyebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan hadir. Apalagi mengingat 14 Mei 2018 merupakan perayaan 70 tahun deklarasi berdirinya Israel.
Saksikan video tentang penunjuk jalan untuk Kedutaan AS di Yerusalem berikut ini:
Palestina Mengecam Langkah AS
Pemindahan Kedutaan AS di Yerusalem, ditambah pengakuan Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, telah membuat warga Palestina.
Sekretaris Jenderal Palestinian Liberation Organization (PLO), Saeb Erekat, mengecam keputusan itu, termasuk, peresmian Kedutaan AS di Yerusalem pada pekan depan.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Erekat berkata, "Langkah tersebut tidak hanya ilegal, tetapi juga akan menghalangi upaya perdamaian yang adil dan abadi antara dua negara berdaulat dan demokratis, di mana memiliki tujuan untuk mencapai Israel dan palestina yang hidup berdampingan, damai, dan aman."
"Mereka yang menghadiri upacara (peresmian kedutaan AS di Yerusalem) itu akan mengirimkan pesan yang tidak menyenangkan, sebuah pesan bahwa mereka mendorong pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan hak asasi rakyat Palestina yang tidak dapat dicabut."
Keputusan Donald Trump sekaligus telah meruntuhkan status Negeri Paman Sam sebagai mediator perdamaian, mengingat status Yerusalem sebagai ibu kota tak hanya diakui oleh Israel, namun juga Palestina.
Palestina mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka di masa depan dan hal ini mendapat dukungan dari masyarakat internasional.
Dari sisi Amerika Serikat, berdasarkan Jerusalem Embassy Act of 1995, produk hukum yang disahkan pada 23 Oktober 1995, Washington harus memindahkan kedutaan besar mereka ke Yerusalem.
Selama ini, tuntutan hukum tersebut berhasil "dihindari" sejak disahkan. Mulai dari Presiden Bill Clinton, Bush Jr, hingga Barack Obama, semuanya menolak untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem. Pertimbangan mereka adalah keamanan nasional AS.
Bagian dari kompleks Kedutaan Besar Amerika Serikat yang akan diresmikan di Yerusalem berada di tanah yang disengketakan antara Yerusalem Timur dan Barat. Israel mengambilalih wilayah tersebut dalam perang 1967. Oleh karena itu, kawasan tersebut dianggap wilayah pendudukan oleh PBB.
Terkait hal tersebut, Amerika Serikat bergantung pada fakta bahwa Israel dan Yordania membagi wilayah kantong yang diperebutkan tersebut secara tidak resmi.
Kelak, ketika Amerika Serikat meresmikan pembukaan kedutaan besarnya di Yerusalem, pada saat bersamaan Palestina memeringati Hari Nakba atau Hari Kehancuran. Pada hari itu, digelar peringatan tahunan atas pengusiran bangsa Palestina yang mendorong terbentuknya Israel pada tahun 1948.
Advertisement