HEADLINE: Mahathir Mohammad Jadi PM di Usia 92 Tahun, untuk Menebus 'Dosa'?

Mahathir Mohammad dan Anwar Ibrahim, yang sebelumnya berseteru, bersatu. Mereka menang melawan Najib Razak dan menciptakan sejarah baru di Malaysia.

oleh Khairisa FeridaRizki Akbar Hasan diperbarui 12 Mei 2018, 00:03 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2018, 00:03 WIB
Resmi Dilantik, Mahathir Mohamad menjadi PM Tertua di dunia
Suasana saat Perdana Menteri Malaysia baru, Mahathir Mohamad membacakan sumpah jabatan di Istana Nasional di Kuala Lumpur (10/5). Mahathir Mohamad akhirnya resmi dilantik sebagai perdana menteri ketujuh Malaysia. (AFP Photo/ Istana Nasional Malaysia)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Anwar Ibrahim berdiri, matanya menatap lekat layar televisi. Di kamar sebuah rumah sakit di Cheras, masih mengenakan baju pasien, ia menyaksikan detik- detik pelantikan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia, pada Kamis 10 Mei 2018.

Pria berjuluk 'Little Sukarno' itu kembali terpilih sebagai pimpinan Negeri Jiran di usianya yang sepuh, 92 tahun. Ia adalah pemimpin tertua di dunia yang terpilih secara demokratis. Mahathir sebelumnya pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun.

Hubungan Anwar dan Mahathir berlangsung panjang dan penuh gejolak. Adalah Mahathir yang meyakinkan mantan pemimpin gerakan pemuda Islam itu untuk bergabung di UMNO pada 1982.

Kedekatan dengan Mahathir pula yang membuat karier Anwar melesat di jajaran UMNO, jadi menteri keuangan, kemudian memegang jabatan deputi perdana menteri Malaysia.

Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim saat masih menjabat sebagai PM Malaysia dan Deputi PM pada 1997 (AFP)

Namun, krisis keuangan yang melanda Asia pada 1997 menjadi duri dalam daging dalam hubungan mereka.

Secara dramatis, Mahathir memecat wakilnya pada September 1998. Anwar kemudian meresponsnya dengan memimpin aksi demonstrasi yang menuntut reformasi.

Sebulan kemudian, Anwar ditangkap berdasarkan UU Keamanan Dalam Negeri (Internal Security Act) yang kontroversial. Ia kemudian divonis penjara atas kasus korupsi dan sodomi.

Setelah bebas pada 2004, Anwar Ibrahim kembali dibui dalam kasus sodomi yang berbeda, di bawah pemerintahan PM Najib Razak -- bekas anak didik Mahathir.

Dengan kata lain, bagi Anwar, Mahathir Mohamad adalah musuh bebuyutan.

Namun, tak ada lagi ekspresi dendam saat Anwar melihat Mahathir kembali berkuasa. Justru senyuman yang terbit di bibirnya.

Dua seteru belakangan bersatu demi menghadapi musuh bersama: Najib Razak. Mereka menyatukan kekuatan dalam koalisi Pakatan Harapan.

Sebelumnya, mata Anwar Ibrahim basah. Ia menangis haru saat menyaksikan kabar bahwa Pakatan Harapan menang telak dari koalisi berkuasa, Barisan Nasional. 

Ini adalah kali pertama dalam sejarah Malaysia, koalisi berkuasa kalah di tangan oposisi. 

Mahathir Mohamad kini sedang mengupayakan pengampunan untuk Anwar Ibrahim. Suami Wan Azizah Wan Ismail itu hingga kini masih dipenjara dalam kasus sodomi. Ia baru dijadwalkan bebas pada 8 Juni 2018.

"Raja mengindikasikan akan memberi pengampunan pada Anwar secepatnya," kata Mahathir dalam konferensi pers di Petaling Jaya, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (11/5/2018).

"Kita akan memulainya...proses yang tepat untuk mendapatkan pengampunan. Ini berarti grasi penuh. Ia harus dibebaskan segera setelah mendapatkan pengampunan."

Dalam waktu dekat, Mahathir akan membentuk kabinet, mulai dari 10 menteri kunci, untuk memulai proses pengajuan pengampunan.

Namun, Anwar Ibrahim harus memenangkan pemilu atau terpilih menjadi senator agar dia bisa mengambil alih jabatan perdana menteri.

Setelahnya, Mahathir Mohammad kemungkinan akan mundur. "Saya tak bisa menjabat dalam waktu lama. Paling saya hanya bisa bertahan selama dua tahun," kata dia dalam wawancara dengan media Jepang, Mainichi.

Selama masa penantian itu, istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail akan berada di samping Mahathir Mohamad. Ia disebut-sebut akan menjadi perempuan pertama yang akan menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri Malaysia. 

 

Infografis kepala negara tertua di dunia
Infografis kepala negara tertua di dunia (Liputan6.com/Abdillah)

Mahathir: Mereka Menderita Selama 20 Tahun...

Sejak berpisah haluan, Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad tak pernah bersua selama 18 tahun. Pada September 2016, keduanya akhirnya bertemu.

Pertemuan berlangsung di ruang pengadilan. Dua tokoh Negeri Jiran itu saling bersalaman.

Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad saling bersalaman ruang pengadilan pada September 2016 (AFP)

Mahathir belakangan mengungkapkan, tak mudah bagi Anwar untuk memaafkan dirinya.

"Saya tahu bagaimana perasaan Anwar. Di bawah pemerintahan saya, ia dikirim ke penjara. Sama sekali tak mudah baginya untuk menerima dan menyambut uluran tangan saya," kata Mahathir, seperti dikutip dari The Malaysia Insight.

"Tak hanya Anwar, tapi juga keluarganya yang merasakan tekanan besar ketika ia dipenjara. Mereka telah menderita selama 20 tahun."

Baik Anwar dan Mahathir memutuskan untuk melupakan masa lalu. Masa depan Malaysia, menurut keduanya, lebih penting dari perasaan mereka.

"Ayah saya selalu mengajarkan pada kami untuk memaafkan," kata Nurul Izzah Anwar, putri Anwar Ibrahim seperti dikutip dari situs ABC Australia.

"Fakta bahwa ayah saya menjabat tangannya dan tersenyum hangat melambangkan pentingnya bergerak maju untuk memperkuat demokrasi Malaysia, daripada berfokus pada penderitaan diri sendiri."

Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri Malaysia Zahid Hamidi, yang kini sudah mantan, menyebut bahwa pertemuan Mahathir dan Anwar sebagai "tindakan putus asa".

Kata-katanya itu kini terbukti salah...

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Mengapa Rakyat Malaysia Memilih Mahathir?

Antusiasme Warga Malaysia Jelang Pelantikan Mahathir
Pendukung Pakatan Harapan memadati jalan menuju Istana Negara menjelang pelantikan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia di Kuala Lumpur, Kamis (10/5). Mahathir akan menjadi perdana menteri ketujuh Negeri Jiran. (AFP/Manan VATSYAYANA)

Kemenangan oposisi Pakatan Rakyat melawan Barisan Nasional mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia.

Orang pun bertanya-tanya, mengapa warga Malaysia, khususnya kaum muda memilih seorang tokoh yang usianya nyaris satu abad? Dan, kenapa Mahathir yang sudah 15 tahun pensiun kembali ke gelanggang politik dengan menggandeng bekas seterunya? 

Peneliti Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Ratna Shofi Inayati berpendapat, bahwa kembali terpilihnya Mahathir Mohammad menjadi PM Malaysia disebabkan oleh sejumlah faktor.

Mahathir Mohamad mencetak kemenangan bersejarah di Pemilu Malaysia 2018 (AFP)

"Pertama, bahwa rakyat Negeri Jiran mengalami kegelisahan yang memuncak yang mereka rasakan pada masa kepemimpinan Najib Razak," kata Ratna kepada Liputan6.com, Jumat (11/5/2018) malam. 

"Pajak yang tinggi, perekonomian rendah, semakin banyaknya investasi asing, terutama China, yang diterapkan pada masa kepemimpinan Najib Razak, tak diinginkan oleh rakyat Malaysia," tambahnya.

Skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) punya andil besar menggagalkan upaya Najib Razak untuk berkuasa tiga periode. 

"Skandal 1MDB, korupsi besar-besaran itu, membuat gerah masyarakat Malaysia. Dan itu terjadi pada masa pemerintahan Najib, bahkan diduga ikut menyeret namanya," ujar peneliti LIPI tersebut.

Ilustrasi skandal 1MDB Malaysia (AFP PHOTO/Manan Vatsyayana)

"Alasan ketiga, bagaimana Najib Razak kurang memperhatikan masyarakat. Ia lebih berfokus pada kepentingan pribadi dan kepentingan politiknya, ketimbang kemajuan Malaysia," tambahnya.

Ratna menambahkan, rakyat Malaysia tahu, yang bisa menggoyah Barisan Nasional yang mengakar selama lebih dari 60 tahun berkuasa, yang mampu melengserkan Najib Razak hanyalah Mahathir Mohamar -- mantan mentornya.

Apalagi,"Selama Mahathir memimpin beberapa dekade lalu, Malaysia mengalami kejayaan ekonomi," lanjutnya.

Dan, karena Mahathir tidak bisa maju sendirian, ia pun merangkulAnwar Ibrahim untuk jadi sekutunya. "Padahal, dulu yang memenjarakan Anwar, Mahathir. Tapi, namanya politik, seiring waktu, mana kawan dan lawan itu bisa berubah," tambahdia. 

Di sisi lain, Ratna Shofi menjelaskan bahwa kemenangan Mahathir dapat menjadi sebuah bentuk penebusan 'dosa', atau setidaknya maaf, atas tindakannya terhadap Anwar Ibrahim.

"Iya, kelihatan kalau Mahathir ingin membebaskan Anwar, memberikan pengampunan, dan akhirnya diserahkan tongkat kepemimpinan PM ke Anwar Ibrahim," kata Ratna.

"Nah kita lihat ke depannya apakah janji itu bisa dipenuhi. Karena kita enggak tahu saat ini akan seperti apa. Tapi dilihat fakta bahwa Mahathir sudah sepuh, berusia 93 tahun 2018 ini, belum lagi melihat kondisi fisik dan kesehatannya," tambah dia. 

Mahathir Mohamad kemungkinan akan menepati ucapannya.

Namun, Ratna melihat, ini bukan cuma soal menebus dosa. "Tampak keinginannya itu adalah untuk Malaysia, untuk rakyat Malaysia, dan kemajuan Malaysia pula."

Najib Sudah Kelewatan

Rosmah Mansor dan Najib Razak (AFP)

Mahathir Mohamad sebelumnya mengaku, ada dorongan kuat yang membuatnya kembali terjun ke dunia politik. Yakni, ia merasa, Najib Razak sudah kelewatan.

Terutama terkait skandal 1MDB. Uang sebesar US$ 3,5 miliar dolar dicuri dari dana milik negara, dipakai untuk membeli perhiasan mewah, karya seni berharga, pembuatan film Hollywood, juga sejumlah properti mewah dengan harga selangit.

Tak hanya itu, duit rakyat sebesar US$ 731 juta diduga mengalir ke rekening Najib Razak.

Skandal yang dikuak Departemen Kehakiman Amerika Serikat tersebut bikin rakyat Negeri Jiran meradang. Emosi Mahathir pun memuncak hingga ubun-ubun. Ia merasa harus bertindak.

"Hari ini orang-orang menertawakan Malaysia," kata Mahathir kepada Koresponden BBC, Karishma Vaswani.

Politikus yang lahir pada 10 Juli 1925 itu merasa, memilih Najib Nazak sebagai anak didik dan membukakannya jalan ke pucuk kepemimpinan Malaysia adalah kesalahan terbesarnya. Ia merasa harus mengakhirinya. 

Setelah dinyatakan sebagai pemenang, pada Kamis 10 Mei 2018, Mahathir mengatakan, pihaknya akan mengatasi semua kekacauan yang terjadi. "Aturan hukum akan sepenuhnya ditegakkan," kata dia.

 

"Dan jika secara hukum dinyatakan bahwa Najib telah melakukan kesalahan, maka dia harus menghadapi konsekuensinya."

 

Sebelumnya, Mahathir Mohamad menyatakan, pihaknya tak sedang mencari peluang balas dendam pada Najib Razak.

Adik dan Anak Tiri Najib Dukung Mahathir

Najib Razak
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak memberikan keterngan seusai memberikan hak suaranya pada pemilihan umum di Pekan, Pahang, Rabu (9/5). Pemilu ini pertarungan antara PM Najib yang sudah berkuasa sejak 2009, melawan Mahathir Mohamad. (AP/Aaron Favila)

Kalah, Najib Razak mengaku menerima hasil pemilihan umum. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada kecurangan dalam proses pemilu.

"Saya menerima, rekan-rekan saya juga sudah menerima," kata dia seperti dikutip dari CNBC, menambahkan bahwa koalisinya berkomitmen menghormati prinsip-prinsip parlemen yang demokratis.

Gelombang perubahan sedang terjadi di Malaysia, pasca-kekalahan koalisi Barisan Nasional yang sudah enam dekade berkuasa.

Mereka yang ada di pihak oposisi kini menunjukkan jati dirinya. Orang-orang yang tadinya diam kini berteriak lantang.

Salah satunya Azrene Ahmad, putri tiri PM Najib Razak. Ia adalah satu dari dua anak hasil pernikahan pertama Rosmah Mansor.

Secara terbuka, Azrene merayakan kekalahan ayah tirinya. "Hari ini menandai berakhirnya era tirani yang banyak didoakan (agar berakhir)," kata dia dalam postingan di Facebook pada Rabu 10 Mei 2019.

"Saya tumbuh besar dengan penuh rasa hormat pada dua individu ini, mencintai mereka, menghormati mereka. Ketika saya tumbuh dewasa, saya melihat keegoisan dan keserakahan yang mengungguli segalanya. Saya menyaksikan banyak pelanggaran, kesepakatan, dan jabat tangan yang dilakukan kedua orang itu demi kekuasaan belaka dan memenuhi nafsu serakah."

Azrene Ahmad putus hubungan dengan sang ibu, Rosmah Mansor dan ayah tirinya karena merasa 'dijual', dipaksa untuk menikah dengan lelaki berpangkat dan berharta. "Yang akan membantu mereka mendapatkan keuntungan dan posisi sosial."

Sementara itu, adik Najib Razak, Nazir Razak mengucapkan selamat atas kemenangan Mahathir Mohamad.

"Seperti yang saya katakan secara ad nauseum (berulang-ulang), Malaysia membutuhkan rekalibrasi besar, namun segala upaya di bawah orde lama gagal karena kekakuan struktural dan kepentingan," kata Nazir dalam postingan di Instagram.

 

Congratulations YAB Tun Mahathir, 7th PM of Malaysia. No words can adequately describe the journey back to his old office. Malaysia has also defied the odds and global trends with this peaceful transition of power in line with the will of the people- Malaysia, new icon of democracy. Tun M has always gone to great lengths to praise his mentor Tun Razak (even at the height of tensions with Najib and UMNO). Both of them share the same determination to nation-build to the best of their ability and limits of personal sacrifices. I wish the new PM and his team every success in building the new Malaysia as envisaged in the PH manifesto. As I have argued ad nauseam, Malaysia needs major recalibration, but all attempts under the old order failed due to structural rigidities and vested interest. Now you can!

A post shared by Nazir Razak (@nazir.razak) on

 

'Orde lama' mengarah pada koalisi multi-etnis Barisan Nasional yang telah memimpin Malaysia sejak negara itu merdeka dari Inggris hingga akhirnya kalah pada Pemilu 2018 ini.

Nazir Razak menyebut Malaysia sebagai ikon baru demokrasi, yang melawan segala kemustahilan dan tren global, dengan menggelar transisi kekuasaan secara damai berdasarkan kehendak rakyat.

Ia juga membandingkan Mahathir Mohamad dengan mendiang ayahnya, perdana menteri kedua Malaysia, Tun Abdul Razak Hussein.

"Keduanya memiliki tekad yang sama untuk membangun bangsa dengan mengerahkan segala daya dan upaya," kata dia. Kedua pemimpin juga dinilai rela berkorban demi kemajuan bangsanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya