52 Demonstran Palestina Tewas Ditembak Israel, 'Hari Paling Mematikan' di Gaza...

Kedubes AS resmi dipindahkan ke Yerusalem. Di tengah perayaan, di perbatasan Gaza-Israel, pertumpahan darah terjadi. Sebanyak 52 demonstran Palestina tewas.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 15 Mei 2018, 01:21 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 01:21 WIB
Momen Saat Demonstran Palestina Dihujani Gas Air Mata di Jalur Gaza
Dua pemuda Palestina berusaha menghalau dan melempar balik gas air mata yang ditembakkan oleh paskuan Israel di jalur Gaza (11/5). (AFP Photo/Mohammed Abed)

Liputan6.com, Gaza - Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel resmi pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem, Senin 14 Mei 2018. Aksi kontroversial tersebut dilakukan setelah Pemerintahan Donald Trump secara sepihak mengakui Al Quds sebagai ibu kota negeri zionis.

Upacara peresmian itu diwarnai pertumpahan darah di Gaza. Setidaknya 52 orang Palestina tewas akibat bentrok dengan pasukan Israel. Hal itu berarti, Senin kemarin adalah hari paling mematikan sejak perang di Gaza berakhir 2014 lalu.

Kurang dari 50 mil di mana Ivanka Trump dan sejumlah petinggi AS merayakan peresmian kedutaan di sore yang cerah, perbatasan di Gaza menjelma menjadi zona merah, dengan kobaran api dan situasi penuh kekacauan, saat puluhan ribu demonstran berhadapan dengan para penembak jitu Israel.

Pihak Tel Aviv berdalih, mereka melepaskan tembakan untuk menghalau pihak Hamas , yang menurut mereka menggunakan para demonstran sebagai pengalih, agar mereka bisa menerobos pagar perbatasan dan melakukan serangan di wilayah Israel.

Seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (15/5/2018), pejabat Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, 52 orang tewas di sepanjang perbatasan Gaza dan Israel, termasuk enam anak di bawah usia 18 tahun.

Korban tewas termuda dilaporkan bernama Ezzaldeen al-sammak, seorang bocah laki-laki berusia 14 tahun. Sementara, lebih dari 1.200 lainnya menjadi korban tembakan atau terluka.

Total, sekitar 100 warga Palestina tewas di Gaza sejak aksi protes dimulai enam pekan lalu. Mayoritas korban tewas adalah para demonstran tak bersenjata.

Otoritas Palestina menuduh Israel telah melakukan "pembantaian yang mengerikan" dan meminta dunia internasional untuk bertindak menghentikannya.

Meski pertumpahan darah terjadi, Donald Trump memuji momentum itu sebagai "hari besar untuk Israel". Miliarder nyentrik itu yakin, keputusannya untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada akhirnya akan membantu mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina.

"Selama bertahun-tahun, kita gagal mengakui hal yang sudah jelas. Fakta yang tak bisa terbantahkan bahwa ibu kota Israel adalah Yerusalem," kata Trump dalam sebuah video yang diputar pada acara tersebut.

Ia menambahkan, AS akan berkomitmen penuh untuk memfasilitasi perjanjian damai yang langgeng antara Israel dan Yerusalem.

Tak hanya dikecam negara-negara Arab dan Dunia Islam, keputusan Donald Trump juga ramai-ramai dikritik sejumlah negara Barat, termasuk diantaranya para sekutu dekat AS.

Kantor Perdana Menteri Inggris atau Downing Street mengungkapkan, peresmian kedutaan AS di Yerusalem sama sekali tidak membantu upaya perdamaian Palestina-Israel.

Pun dengan Turki. "Amerika Serikat telah memilih untuk menjadi bagian dari masalah, alih-alih menjadi bagian dari solusi," kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pidato di London.

AS, dia menambahkan, telah kehilangan peran sebagai mediator dalam proses perdamaian Palestina-Israel

 

Demonstrasi Berlanjut Selasa

Momen Saat Demonstran Palestina Dihujani Gas Air Mata di Jalur Gaza
Sekelompok demonstran Palestina berlarian saat ditembakkan gas air mata oleh paskuan Israel di jalur Gaza (11/5). Warga Palestina ini menuntut dikembalikannya hak dan tanah tempat tinggal mereka yang diduduki oleh Israel. (AFP Photo/Mohammed Abed)

Senin kemarin, sekitar 40 ribu demonstran berkumpul di 13 titik di sepanjang pagar kawat yang memisahkan Israel dari Gaza, demikian menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Militer negeri zionis berdalih, mereka melepas tembakan untuk mencegah kerumunan massa, agar mereka tidak menerobos pagar.

Sejumlah bagian pagar memang terlihat rusak di beberapa tempat, namun, tidak ada orang Palestina yang menerobos ke Israel.

"Kami tidak menargetkan siapa pun yang tidak menimbulkan ancaman, baik dengan mencoba meruntuhkan pagar atau berlari ke wilayah Israel," kata juru bicara IDF, Letnan Kolonel Jonathan Conricus.

Lembaga HAM, Human Rights Watch mengkritik Israel karena menggunakan peluru tajam untuk membubarkan demonstran. Padahal, tak ada ancaman langsung yang ditujukan terhadap pasukan Israel atau warga sipil di sana. Dilaporkan, hanya ada satu tentara Israel yang luka, akibat lemparan batu atau terkena pecahan.

"Keputusan IDF mengakibatkan pertumpahan darah yang sejatinya sudah bisa diramalkan oleh siapa pun sejak awal," demikian pernyataan  Human Rights Watch.

Khalil al-Hayya, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan bahwa protes akan berlanjut pada hari Selasa. "Kami menunjukkan dengan jelas, hari ini, kepada seluruh dunia bahwa aksi damai warga justru membuat musuh menumpahkan lebih banyak darah," kata dia.

Lewat akun Twitternya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela diri. "Setiap negara harus melindungi perbatasannya. Organisasi teroris Hamas menyatakan bahwa pihaknya bermaksud untuk menghancurkan Israel dan mengirim ribuan orang untuk menembus pagar perbatasan untuk mewujudkan tujuan ini. Kami akan terus bertindak tegas untuk melindungi kedaulatan dan warga negara," kata dia.

Peresmian kedutaan besar di Yerusalem dipimpin oleh penasihat senior Gedung Putih, Ivanka Trump, yang mewakili ayahnya.

Turut hadir dalam peresmian itu adalah penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner (yang merupakan suami Ivanka), Wakil Menteri Luar Negeri AS John Sullivan, dan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman.

Presiden Paraguay Horacio Cartes dan Presiden Guatemala Jimmy Morales juga hadir dalam seremoni peresmian Kedutaan AS di Yerusalem.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya