Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Senin 14 Mei, menyebut Israel sebagai "negara teroris".
Ungkapan itu ia tujukan sebagai bentuk kecaman atas langkah pasukan Israel yang menembak mati lebih dari 50 warga Palestina, yang ambil bagian dalam demonstrasi di sepanjang perbatasan Gaza. Demikian seperti dikutip dari The Jerusalem Post (15/5/2018).
Ia juga menambahkan bahwa mereka yang tewas adalah warga sipil yang tengah mempraktekkan hak demokratis mereka. Erdogan menyampaikan "belasungkawa kepada para martir" dan menegaskan kembali dukungan Turki untuk "saudara-saudari Palestina" mereka.
Advertisement
Baca Juga
Erdogan juga menyerukan tiga hari berkabung di Turki sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang tewas dalam demonstrasi yang bertepatan dengan peresmian Kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem tersebut.
Turki Tarik Dubes di AS dan Israel
Sebagai bentuk kecaman atas peresmian kedutaan tersebut, pemerintah Turki juga menarik pulang duta besarnya untuk Amerika Serikat dan Israel.
Setidaknya 55 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.000 terluka dalam unjukrasa Senin di sepanjang perbatasan Gaza.
Pasukan Israel (IDF) juga menggunakan gas air mata untuk mencegah warga Gaza yang berupaya melanggar pagar perbatasan yang memisahkan teritori Palestina dan Israel.
"Apa yang dilakukan Israel adalah genosida dan pendudukan, yang telah berlangsung sejak 1948," kata Erdogan.
Dalam pidatonya, Erdogan juga menyerukan agar Organisasi Kerja Islam segera menggelar pertemuan untuk membahas eskalasi tensi yang meningkat di Gaza.
Selain itu, ia menyerukan untuk segera memulai kampanye penggalangan bantuan bagi Palestina. Erdogan sendiri mengatakan bahwa Bulan Sabit Merah Turki telah berupaya mengumpulkan bantuan yang akan dikirim ke rumah sakit di Gaza.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
PM Israel Bela Militernya
Bentrokan di Jalur Gaza merupakan buntut dari aksi protes rakyat Palestina sejak enam minggu terakhir, yang dikoordinasi oleh Hamas dalam tajuk "Great March of Return".
Dikutip dari BBC, aksi protes turut menyasar perayaan hari jadi Israel ke-70, yang oleh masyarakat Palestina disebut sebagai Nakba atau hari bencana.
Selain itu, aksi protes juga dialamatkan pada rencana pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem.
Israel mengatakan sekitar 40 ribu warga Palestina telah ambil bagian dalam "kerusuhan kekerasan" di 13 lokasi di sepanjang pagar keamanan Jalur Gaza.
Demonstran Palestina melemparkan batu dan beragam jenis bom Molotov, sementara militer Israel menahannya dengan tembakan gas air mata dan serangan penembak jitu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela militernya, dan mengatakan, "Setiap negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya."
"Organisasi teroris Hamas menyatakan niatnya untuk menghancurkan Israel dan mengirim ribuan orang untuk melanggar pagar perbatasan. Kami akan terus bertindak dengan tekad untuk melindungi kedaulatan dan warga negara kami," tegas PM Netanyahu.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan tentara menembaki kerumunan orang yang terlibat dalam "aktivitas teroris dan bukan pada demonstran, yang dibubarkan dengan cara biasa seperti gas air mata, sebagaimana sesuai aturan yang berlaku".
Di tempat terpisah, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas mengumumkan tiga hari berkabung.
"Hari ini sekali lagi, pembantaian terhadap orang-orang kami berlanjut," kecam Abbas.
Advertisement