Justin Trudeau Dinilai Berambisi Mendorong Kanada Maju di Bidang Kecerdasan Buatan

Analis menilai Justin Trudeau berambisi menjadikan Kanada negara yang unggul di bidang teknologi kecerdasan buatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 09:09 WIB
PM Kanada-Justin Trudeau
Ekspresi Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau saat disambut oleh mahasiswi Universitas Ton Duc Thang di Ho Chi Minh, Vietnam, (9/11). (Adrian Wyld / Canadian Press via AP)

Liputan6.com, Ottawa - Para ilmuwan komputer Kanada membantu pionir di bidang kecerdasan buatan sebelum bidang tersebut menjadi pembicaraan ramai. Kini Perdana Menteri Justin Trudeau berharap untuk mewujudkan kepemimpinan intelektual mereka.

Justin Trudeau bertindak menjadi semacam promotor bagi ambisi ekonomi teknologi Kanada, secara akurat menjelaskan dasar-dasar dari machine learning seraya mempromosikan rencana nasional yang ia katakan akan "mengamankan pijakan Kanada dalam bidang penelitian dan pelatihan kecerdasan buatan." Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia (20/5/2018).

"Kalangan raksasa teknologi telah menyimak dan membuka kantor-kantor mereka di Kanada, mempekerjakan para pakar Kanada, dan menginvestasikan waktu dan uang ke berbagai aplikasi yang dapat bersifat sama transformatifnya dengan internet itu sendiri," tulis Justin Trudeau dalam sebuah editorial yang dipublikasikan pekan ini di Boston Globe.

Trudeau telah mempromosikan pesan itu di berbagai kesempatan dan kemungkinan akan menekankannya kembali hari Jumat saat ia berbicara dalam sebuah pertemuan di antara para wirausaha bidang teknologi di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Kunjungan Justin Trudeau ke kampus MIT menjadi tajuk berita dalam pertemuan tahunan inisiatif di sekolah itu, yang menghubungkan kalangan inovator dengan berbagai sumber daya di kalangan swasta, perusahaan, dan akademik untuk membantu mereka mengatasi berbagai permasalahan di dunia ini.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Ambisi Kanada

Justin Trudeau
Sejumlah siswi SMA mengajak Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin berswafoto ketika menghadiri acara Fortune Most Powerful Women Summit 2017 di Washington, Selasa (10/10). (AFP Photo / Andrew CABALLERO-REYNOLDS)

Justin Trudeau bukan satu-satunya kepala negara yang berbicara mengenai Kecerdasan buatan. Presiden Perancis, Emmanuel Macron dan Presiden China, Xi Jinping, adalah sebagian di antaranya.

Namun, pendekatan Trudeau yang mendalam telah menarik perhatian berbagai perusahaan teknologi AS dibandingkan dengan pemerintahan Presiden Donald Trump yang "terlambat mulai" dalam menunjukkan minatnya, ujar Erik Brynjolfsson, seorang profesor di MIT yang mengarahkan inisiatif di bidang ekonomi digital di sekolah itu.

"Kecerdasan buatan adalah teknologi terpenting dalam satu atau dua dekade berikut," ujar Brynjolfsson, yang hadir dalam pertemuan puncak pertama mengenai kecerdasan buatan yang pertama kalinya di Gedung Putih pekan lalu.

"Bidang ini secara menyeluruh akan mengubah ekonomi dan masyarakat kita dalam berbagai cara. Adalah suatu kesalahan besar bagi para pemimpin negara untuk mengabaikannya."

Facebook, Google, Microsoft, Uber dan Samsung semuanya telah membuka sejumlah pusat riset kecerdasan buatan di Montreal, Toronto, dan Edmonton, yang tertarik sebagian besar karena penelitian akademik tentang kecerdasan buatan yang telah berjalan beberapa dekade.

Riset yang dilakukan terkait algoritma 'deep learning' yang membantu membuka jalan terciptanya berbagai teknologi yang telah dapat kita rasakan saat ini, seperti asisten digital berbasis suara, teknologi swakemudi, dan layanan photo tagging yang mengenali wajah.

Reputasi Kanada sebagai tempat yang menyambut kehadiran para imigran juga salah satu hal yang membantu, selain antusiasme Trudeau dalam bidang ekonomi Kecerdasan Buatan, ujar Brynjolfsson.

"Saat seorang pemimpin nasional mengatakan kecerdasan buatan jadi prioritas, saya rasa Anda akan mendapatkan kaum muda yang kreatif dan cerdas yang akan menganggap arah kebijakan pemerintah secara serius," ujarnya.

Kunjungan itu terjadi di antara pembicaraan antara Kanada, AS, dan Meksiko menyangkut apakah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) perlu diperbaharui.

Para perunding saat ini telah melewati tenggat waktu informal hari Kamis yang ditentukan oleh Ketua DPR AS, Paul Ryan, yang mengisyaratkan kemungkinan pembicaraan tersebut akan mengalami perpanjangan hingga tahun 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya