Liputan6.com, London - Wilayah Inggris disebut tengah menghadapi ancaman kekurangan pasokan air bersih pada 2050 mendatang, kecuali segera diambil tindakan cepat untuk mengefisiensikan penggunaan di sektor rumah tangga dan industri.
Badan Lingkungan Hidup Inggris memeringatkan dalam laporan barunya, bahwa air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 20 juta orang, atau sekitar tiga miliar liter, hilang karena kebocoran setiap hari.
Dikutip dari BBC pada Kamis (24/5/2018), pertumbuhan penduduk dan dampak perubahan iklim diperkirakan akan menambah tekanan terhadap pasokan air bersih di Negeri Ratu Elizabeth II.
Advertisement
Pada tahun 2016, diketahui sekitar 9.500 miliar liter air tawar diambil dari sungai, danau, waduk dan sumber-sumber air bawah tanah. Jumlah tersebut digunakan sebanyak 55 persen oleh perusahaan air publik, 27 persen untuk pembangkit listrik, dan sisanya oleh industri.
Baca Juga
Menurut Badan Lingkungan Hidup, ekstraksi air tanah pada 2017, tidak pada tingkat yang berkelanjutan, yakni 28 persen dari penyedotan langsung dan 18 persen dari saluran mata air via sungai.
Esktraksi yang tidak berkelanjutan itu berarti bahwa setidaknya 6-15 persen badan air sungai tidak mencapai "status ekologi atau potensi yang baik".
Mayoritas aliran air kapur juga gagal memenuhi standar kelayakan, di mana ekstraksi berlebihan disebut bertanggung jawab terhadap penurunan suplai air bersih pada seperempat dari total sungai yang diuji.
"Kita perlu mengubah sikap terhadap penggunaan air," kata Emma Howard Boyd, ketua Badan Lingkungan Inggris.
"Ini adalah hal paling mendasar yang diperlukan untuk memastikan lingkungan sehat, tetapi kita mengambil terlalu banyak, sehingga harus bekerja sama untuk mengelola sumber daya berharga ini secara lebih baik," lanjut Howard Boyd.
Simak video pilihan berikut:
Mengunakan 140 Liter Air per Hari
Sementara itu, secara rata-rata, setiap penduduk Inggris menghabiskan 140 liter air untuk berbagi kegiatan sehari-hari.
Badan Lingkungan Hidup mengatakan akan bekerja dengan pemerintah dan industri untuk menetapkan target konsumsi, serta menghasilkan langkah-langkah yang efektif untuk biaya pemenuhannya.
Pemerintah telah menyarankan agar penggunaan air secara individu dikurangi, di mana dimulai awal Januari lalu untuk jangka watu 25 tahun mendatang.
Dijelaskan oleh Badan Lingkungan Hidup bahwa tiga per empat air yang digunakan oleh rumah tangga Inggris, mayoritas berkisar pada kegiatan mencuci dan menyiram toilet.
"Dari sekitar 140 liter per hari, kami berharap dapat melihatnya turun menjadi 100 liter, atau lebih kurang. Kami pikir itu sangat bisa dilakukan selama 20-25 tahun ke depan," kata Nicci Russell dari Waterwise, sebuah lembaga yang gencar mengampanyekan efisiensi air di Eropa.
Meski begitu, Menteri Lingkungan Hidup, George Eustice, meyakinkan bahwa usulan pedoman di atas tidak akan membuat rumah tangga dan industri di Inggris terkendala dalam pasokan air bersih.
"(Aturan) ini berupaya mendorong setiap rumah tangga untuk memikirkan penggunaan air mereka, seperti salah satunya ketika menyiram sistem toilet yang lebih ekonomis, sehingga kita menggunakan air lebih hati-hati," ujar Menteri Eustice.
Pertanyaan besar untuk masa depan, menurut Badan Lingkungan Hidup, adalah dampak perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk.
Suhu yang meningkat akan memengaruhi waktu dan jumlah curah hujan yang mengalir ke sungai, dan mengisi kembali persediaan air tanah.
Advertisement
Lebih Berisiko di Kawasan Tenggara
Bersamaan dengan munculnya ancaman kekurangan pasokan air bersih, Inggris juga tengah dihadapkan pada kenaikan jumlah penduduk, yang diprediksi bertambah sebanyak 58,5 juta jiwa pada 2016 mendatang.
Laporan terkait mengatakan bahwa lonjakan jumlah penduduk akan terjadi di daerah-daerah di mana persediaan air telah mengkhawatirkan.
Ditambahkan pulan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengurangi penggunaan air sekaligus meningkatkan pasokan sumebrnya, maka "sebagian besar wilayah tersebut tidak akan memenuhi permintaan konsumsi pada tahun 2050-an".
Ancaman tersebut, masih menurut sumber yang sama, diprediksi akan terjadi lebih cepat di kawasan tenggara pulau Inggris, di mana London dan beberapa kawasan industri utama berada.
Menanggapi risiko tersebut, Komisi Infrastruktur Nasional menyarankan untuk memindahkan air dari utara ke selatan, sebagai bagian dari rencana pembangunan masa depan.
"Laporan hari ini mencerminkan temuan kami, bahwa Inggris menghadapi risiko kekeringan yang nyata, dan kita perlu mengambil tindakan segera untuk mengatasinya, yakni dengan mengurangi permintaan, namun juga mencari altenratif lai untuk meningkatkan pasokan,” kata Sir John Armitt, pemimpin komisi terkait.