Aktif Main Instagram Bisa Jadi Obat Melawan Depresi, Ini Buktinya...

Instagram bisa menjadi ajang untuk mengumpulkan dukung suportif terhadap penderita depresi.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Mei 2018, 09:12 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2018, 09:12 WIB
Instagram
Ilustrasi Instagram Stories (iStockPhoto)(AP Photo/Marcio Jose Sanchez)

Liputan6.com, London - Aktif di Instagram bukan sekedar mengisinya dengan swafoto ataupun unggahan bertagar #foodporn yang menampilkan begitu banyak visual makanan lezat penggugah selera.

Lebih dari itu, menurut studi ilmiah terbaru yang dilakukan oleh Universitas Drexel, Inggris, Instagram disebut bisa menjadi medium untuk mengekspresikan depresi dan rasa ketidakamanan.

Dikutip dari Bustle.com pada Senin (28/5/2018), karakter unggahan foto yang berbeda dari setiap pemilik akun Instagram, banyak menggambarkan upaya pencarian solusi atas problematika yang menghampiri dirinya. 

Pernyataan di atas merupakan hasil dari penelitian terhadap hampir 800 unggahan foto di Instagram dengan tagar #depression, yang dipilah dari 90.000 unggahan milik 24.920 akun unik selama satu bulan.

Apa yang kemudian ditemukan?

Terkait isu depresi, Instagram ternyata banyak digunakan untuk mengkomunikasikan perbincangan mengenai isu kesehatan, dan dukungan untuk mengatasi masalah kesehatan psikologi.

"Mengunggah foto ke Instagram adalah alternatif bagi mereka yang kesulitan untuk mengekspresikan perasaan dalam bentuk kata-kata," ujar Andrea Forte, pimpinan studi terkait. 

"Selain itu, Instagram juga dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk mengungkapkan perasaan dalam bentuk visual. Bahkan, tak jarang juga berfungsi sebagai medium bertemunya orang-orang dengan kesamaan paham dan masalah," lanjut Forte. 

Dalam beberapa unggahan Instagram bertagar #fat (gemuk) misalnya, masih menurut Andrea, ditemukan lebih banyak komentar suportif terhadap si pemilik akun. 

"Ketika ada yang berkomentar negatif terhadap unggahan depresif, justru akan lebih banyak serangan positif yang melindungi si pengunggah. Di sinilah, penggugah terkait merasa aman karena mendapat dukungan moril," pungkas Forte. 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Tanda Pemilik Gejala Depresi

Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi (iStock)

Sementara itu, penelitian serupa lainnya menyebut kebalikan dari manfaat aktif di Instagram, yakni seseorang yang cenderung mengunggah foto dalam jumlah besar ke media sosial, berisiko memiliki gejala depresi.

Para peneliti dari Universitas Harvard dan Vermont telah merancang sebuah aplikasi yang dapat mengidentifikasi pengguna sosial media yang memiliki kecenderungan tersebut.

Aplikasi itu menunjukkan tingkat risiko yang akan dihadapi oleh seseorang melalui sistem yang telah dirancang sedemikian rupa.

Studi yang dirilis oleh tim Harvard dan Vermont menyebut, seseorang yang memiliki kecenderungan depresi akan mengunggah sebuah foto dengan filter yang lebih gelap dan menarik perhatian (followers) untuk mengisi kolom komentar.

Tim riset menggunakan program komputer untuk menganalisis lebih dari 43 ribu foto. Tak hanya itu, peneliti juga merekrut 166 pengguna media sosial yang sangat populer dan memiliki jumlah pengikut yang banyak.

Setelah diuji coba, peneliti dapat membedakan siapa saja yang masuk dalam kategori berisiko depresi tinggi.

"Meski hanya memiliki ukuran sampel yang relatif kecil, tim riset dapat mengamati perbedaan jenis foto yang diunggah oleh individu yang mengalami depresi dan yang tidak depresi," ujar Dr Andrew Reece.

Untuk itu, tim peneliti akan terus mengkaji studi ini lebih lanjut dengan menambah jumlah sampel. Dengan demikian hasilnya akan terlihat lebih jelas sehingga dapat dijadikan acuan dan peringatan dini bagi pengguna media sosial.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya