Wartawan Rusia Pengkritik Keras Kremlin Ditembak Mati di Ukraina

Babchenko, seorang koresponden veteran perang Rusia, ditembak tiga kali dari belakang saat ia meninggalkan apartemennya untuk membeli roti.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Mei 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2018, 09:09 WIB
Arkady Babchenko
Arkady Babchenko ditembak tiga kali dari belakang saat ia meninggalkan apartemennya untuk membeli roti (AP Photo/Alexander Baroshin)

Liputan6.com, Kiev - Wartawan terkemuka Rusia Arkady Babchenko, yang merupakan seorang kritikus kebijakan Kremlin di Ukraina dan Suriah, ditembak mati di Kiev. Kabar itu disampaikan pejabat Ukraina pada Selasa malam waktu setempat.

Seperti dikutip dari laporan The Guardian, Rabu (30/5/2018), menurut polisi, pembunuhan Babchenko kemungkinan terkait dengan laporannya.

Babchenko, seorang koresponden veteran perang Rusia, ditembak tiga kali dari belakang saat ia meninggalkan apartemennya untuk membeli roti. Ia ditemukan dalam kondisi bersimbah darah oleh istrinya. Pria itu tewas di ambulans yang membawanya ke rumah sakit, ujar seorang pejabat pemerintah Ukraina.

Pembunuhan tersebut diduga ditargetkan. Pelaku penembakan disebut sudah menunggu Babchenko di luar apartemennya.

Kepala kepolisian Ukraina mengatakan, terdapat dua motif terkait pembunuhan Babchenko yang tengah dipertimbangkan saat ini, yakni "pekerjaan profesional dan posisi sipilnya". Polisi telah merilis sketsa tersangka, seorang pria berjanggut dengan topi bisbol.

Dalam beberapa tahun terakhir, Babchenko dilaporkan sangat kritis terhadap pemerintah Rusia. Ia mengkritik pencaplokan Negeri Beruang Merah atas Crimea dan dukungan Kremlin atas kelompok separatis di tenggara Ukraina.

Babchenko meninggalkan Rusia pada Februari 2017, ia menulis bahwa Rusia adalah "sebuah negara di mana saya tidak lagi merasa aman".

Pembunuhan Babchenko merupakan insiden kematian seorang pembangkang profil tinggi di Kiev, sebuah kota yang telah menjadi tempat perlindungan bagi sejumlah kritikus Moskow yang paling keras. Ini juga menambah panjang daftar pembunuhan yang ditargetkan, namun belum terpecahkan selama bertahun-tahun.

Pada 2016, seorang wartawan investigasi Pavel Sherement tewas dibunuh dalam sebuah bom mobil di luar apartemennya. Sejumlah jurnalis mengklaim bahwa badan intelijen Ukraina telah berupaya untuk melumpuhkan penyelidikan.

Pembunuhan Babchenko dengan cepat menarik perhatian internasional. Harlem Désir, perwakilan kebebasan media di Organisation for Security and Cooperation di Eropa mengatakan, ia merasa ngeri dengan kematian Babcheko. "Saya minta pihak berwenang Ukraina untuk melakukan penyelidikan langsung dan penuh," twit Désir.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Saling Tuding

Arkady Babchenko
Arkady Babchenko ditembak tiga kali dari belakang saat ia meninggalkan apartemennya untuk membeli roti (AP Photo/Alexander Baroshin)

Pejabat Ukraina dan Rusia saling tunjuk jari atas kematian Babchenko. Anton Gerashchenko, seorang anggota parlemen Ukraina yang juga penasihat menteri dalam negeri menulis di Facebook bahwa penyelidik akan berusaha menggali upaya "agen mata-mata Rusia untuk menyingkirkan mereka yang mencoba menyampaikan kebenaran tentang apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina".

"Ukraina menjadi negara paling berbahaya bagi para wartawan," ungkap anggota parlemen Rusia Yevgeny Revenko dalam pernyataan yang disampaikan oleh kantor berita RIA Novisti. Ia menambahkan, "Pemerintah Ukraina tidak dapat menjamin kebebasan dasar".

Babchenko bertugas sebagai prajurit dalam Perang Chechnya I dan Perang Chechnya II, sebelum akhirnya ia menuangkan pengalamannya dalam sebuah memoar terkenal, One Soldier's War. Babchenko melayani sebagai koresponden perang selama lebih dari satu dekade, ia menulis tentang perang di Georgia dan Ukraina tenggara.

Pria berusia 41 tahun itu melarikan diri dari Rusia pada 2017 setelah mengunggah opini berlawanan di Facebook terkait dengan insiden kematian kelompok paduan suara militer dan sejumlah penumpang lainnya dalam kecelakaan pesawat Rusia. Burung besi itu jatuh dalam perjalanan ke Suriah.

Sejak saat itu, Babchenko menerima ancaman bahkan alamat rumahnya dipublikasikan. Beberapa orang menyerukan agar kewarganegaraan Rusia-nya dicabut.

Babchenko pada awalnya pindah ke Republik Ceko, kemudian ia pergi ke Israel, sebelum akhirnya menetap di Kiev di mana ia bekerja untuk ATR. "Semua elemen mesin propaganda terlibat," tulisnya di The Guadian tahun lalu, menyebut pengalaman (teror) itu "sangat pribadi, begitu menakutkan, sehingga saya terpaksa melarikan diri".

Sebelum Babchenko, sejumlah kritikus Rusia juga tewas di Kiev dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai seorang jurnalis, Babchenko dinilai mempertaruhkan posisinya sebagai penentang perang. Memoarnya adalah kebalikan dari kejayaan, menggambarkan kehidupan sehari-hari seorang prajurit yang berbahaya di garis depan konflik Chechnya. Ketika ditanya apa yang ingin ia sampaikan dalam memoarnya, ia mengatakan, "Saya ada. Saya terlibat dalam perang ini. Dan inilah yang saya lihat".

Di hari kematiannya, Babchenko menulis tentang sebuah insiden di mana seorang jenderal Ukraina menolak memberikannya izin untuk bepergian dengan helikopter selama awal perang pada 2014. Helikopter tersebut kemudian ditembak jatuh. "Empat belas orang tewas. Saya beruntung. Itu menjadi hari lahir kedua saya".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya