Liputan6.com, Sydney - Kabar meninggalnya miliarder muda Ali Banat ramai dibicarakan oleh komunitas Muslim di Australia dan dunia lewat jejaring sosial. Padahal, ia bukanlah seorang imam, kyai, atau ustad.
Saat usianya masih 33 tahun, pria asal Sydney, Australia ini sudah memiliki segalanya. Dua perusahaan miliknya sendiri terus berkembang . Ia hidup dalam kemewahan, layaknya sebuah mimpi bagi banyak anak muda.
Advertisement
Baca Juga
Tapi di tahun 2015 miliarder muda ini divonis memiliki kanker stadium empat dalam tubuhnya dan sejak itu pula kanker terus mengerogoti tubuhnya.
Advertisement
Dikutip dari ABC Indonesia, Jumat (8/6/2018), dokter di Australia saat itu memperkirakan jika usianya hanyalah kurang dari setahun lagi.
Ali pun langsung ingin mengubah hidupnya, meninggalkan apa yang menurutnya bersifat keduniawian. Tapi, ia menganggap kanker yang diidapnya adalah sebagai sebuah 'karunia' dari Tuhan.
Miliarder muda ini pernah diwawancara oleh 'Living Muslim', sebuah serial video produksi komunitas Muslim Australia, yang ditayangkan di Facebook pada November 2015 lalu.
"Saya diberi karunia oleh Allah, Alhamdulillah, dengan kanker yang ada di seluruh tubuh saya," ujar Ali dalam video tersebut.
Video tersebut hingga kini sudah ditonton hingga lebih dari 3 juta orang.
Ali dikabarkan telah menjual bisnisnya, juga beberapa koleksi barang mewah miliknya, seperti sepatu, jam tangan, dan kacamata karya perancang dunia yang mahal.
Saksikan juga video berikut ini:
Proyek Mulia
Di tahun 2015 barulah Ali memulai proyek mulianya untuk membantu warga miskin di kawasan Togo Afrika. Melalui organisasinya 'Muslim Around The World'.
Setelah mengunjungi Togo secara langsung, Ali kemudian menggalang dana untuk membangun kampung bagi 200 janda, sebuah masjid, serta bagi sekolah dan asrama bagi 600 anak-anak yatim piatu.
Hingga ia menghambuskan nafas terakhirnya Selasa malam 29 Mei, penggalangan dana bagi organisasinya telah mencapai lebih dari target awalnya yakni $1 juta, atau lebih dari Rp 10 miliar.
Semasa hidupnya, Ali sering memberikan perkembangan terbaru baik dari proyeknya di Afrika hingga kondisi kesehatannya, khususnya lewat video di Facebook dan Instagram, kepada ratusan ribu pengikutnya.
Tak heran kabar kematiannya pun memenuhi lini masa jejaring sosial dengan ucapan belansungkawa, khususnya dari kalangan Muslim.
Banyak sejumlah organisasi dan tokoh Muslim dunia yang juga menyampaikan rasa duka dan kehilangan atas kematian Ali Banat.
Dari halaman Facebook yayasan amalnya, diperkirakan ratusan orang menghadiri pemakamannya di kawasan Lakemba, New South Wales.
"Banyak hati yang berduka atas kematiannya, ia adalah sumber inspirasi yang telah banyak menanamkan benihnya di hati kita semua untuk terus melanjutkan cita-citanya," ujar Faiza, salah satu pengikutnya.
"Ia adalah inspirasi bagi saya saat terkena penyakit. Setelah mendengarkannya, saya mulai merasa bahwa penyakit saya adalah karunia," tulis Kanwal Rukh yang tinggal di Pakistan.
Advertisement