Donald Trump Hentikan Latihan Militer Bersama, Ini Tanggapan Korea Selatan dan Rusia

Korea Selatan dan Rusia menyampaikan tanggapan terhadap keputusan Donald Trump untuk menghentikan latihan militer bersama.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 13 Jun 2018, 16:09 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2018, 16:09 WIB
Presiden Korsel Moon Jae-in dan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika bertemu di Vladivostok
Presiden Korsel Moon Jae-in dan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika bertemu di Vladivostok (Mikhail Metzel/TASS News Agency Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Seoul - Pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri latihan militer pasca-pertemuan bersejarah dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, memicu reaksi beragam dari berbagai kalangan, tidak terkecuali oleh Korea Selatan dan Rusia.

Korea Selatan, yang merupakan sekutu AS di Asia Timur --selain Jepang-- belum berkomentar tentang keputusan Donald Trump itu.

Dikutip dari Time.com pada Rabu (13/6/2018), Presiden Moon Jae-in tidak menyinggung hal itu sedikitpun, ketika menyampaikan ucapan selamat atas terselenggaranya KTT AS-Korut di Singapura, Selasa, 12 Juni 2018.

Presiden Moon justru mengatakan "pujian tinggi untuk keberanian dan tekad kedua pemimpin" pada "peristiwa bersejarah yang bantu memecah warisan terakhir Perang Dingin".

Kepada harian The New York Times, Kementerian Pertahanan Korea Selatan hanya melontarkan pernyataan "singkat", yang mengatakan para pejabat Negeri Ginseng sedang menelaah apa arti pengumuman Trump tersebut.

Juru bicara Angkatan Bersenjata AS divisi Korea mengatakan: "Dalam koordinasi dengan mitra (Korea Selatan), kami akan melanjutkan posisi militer saat ini hingga menerima panduan terbaru dari Departemen Pertahanan… dan/atau Komando Indo-Pasifik."

Adapun latihan militer bersama di antara kedua negara, dijadwalkan berlangsung pada Agustus mendatang.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Rusia menyampaikan pujian atas keputusan Donald Trump, di mana hal itu dianggap perlu untuk mengakhiri tindakan provokatif di Semenanjung Korea.

Amerika Serikat telah menempatkan pasukan militernya di Korea Selatan sejak 1953, sebagai bagian dari Perjanjian Gencatan Senjata yang mengakhiri Perang Korea, meski tidak menyeluruh hingga ke ranah teknis.

Latihan militer bersama AS dan Korsel disebut mencapai tingkat terbesarnya pada 2016 dan 2017, ketika Korea Utara gencar mengancam uji coba rudal nuklirnya.

Namun, ketika 2018, latihan gabungan tersebut ditunda sementara waktu karena mencairnya ketegangan di Semenanjung Korea, menyusul diselenggarakannya Olimpiade Musim Dingin PyeongChang.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Efisiensi Biaya

AS Kirim Kapal Induk USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea
Kedatangan Kapal induk USS Carl Vinson menuju ke semenanjung Korea untuk melakukan latihan militer bersama dengan korea Selatan, Kamis (28/4). (AP Photo)

Sementara itu, Presiden Donald Trump beralasan penghentian latihan militer bersama --antara AS dan Korea Selatan-- dilatarbelakangi oleh efisiensi biaya operasional.

Presiden AS ke-45 itu menampik tanggapan bahwa keputusannya dibuat untuk memenuhi desakan Kim Jong-un.

"(Kebijakan) ini akan menghemat banyak uang. Agenda (latihan militer bersama) ini sangat mahal. Jumlah uang yang kita belanjakan luar biasa besar," kata Trump kepada wartawan di Singapura.

Latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan sering melibatkan beberapa senjata paling canggih, termasuk rudal pengebom yang diterbangkan dari Guam.

Rudal pengebom itu telah lama menjadi obyek kontroversial yang kerap dikeluhkan oleh Korea Utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya