Liputan6.com, Amman - Pangeran William dikabarkan telah mendarat di ibu kota Yordania, Amman, pada Minggu, 24 Juni 2018, untuk memulai kunjungan bersejarah ke Timur Tengah selama lima hari.
Agenda tersebut menjadikannya sebagai perwakilan pertama Kerajaan Inggris yang melakukan kunjungan resmi ke Israel dan wilayah Palestina.
Dikutip dari CNN pada Senin (25/6/2018), Pangeran William disambut oleh Putra Mahkota Hussein, putra Raja Yordania Abdullah II, di Queen Alia International Airport, Amman.
Advertisement
Pangeran Hussein kemudian mengajak Duke of Cambridge mengunjungi sebuah konferensi kecil tentang peran pemuda dalam pengembangan teknolgi, yang digelar oleh Yayasan Putra Mahkota.
Istana Kensington men-twit bahwa Pangeran William "menantikan kesempatan membangun hubungan yang nyata, dan bertahan lama, dengan orang-orang di wilayah ini".
Baca Juga
Selanjutnya, suami dari Kate Middleton itu dikabarkan akan bertolak menuju Israel pada Senin malam, di mana ia meminta setiap langkahnya diawasi dengan ketat.
Setelah kunjungan Selasa pagi ke Pusat Peringatan Holocaust di kota Yad Vashem, Pangeran William akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Reuven Rivlin.
Pada hari Rabu, dia dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, di Tepi Barat.
Hari berikutnya, Pangeran William diperkirakan akan mengunjungi Kota Tua Yerusalem, Bukit Zaitun dan Gereja St. Mary Magdalena di Taman Getsemani, di mana nenek buyutnya, Putri Alice --ibu Pangeran Philip-- dimakamkan.
Sebagai cerminan terhadap fokus pengembangan potensi anak muda, Pangeran William dikabarkan turut menjadwalkan kunjungan bertemu dengan pengungsi dan mahasiswa Suriah.
Ia juga dikabarkan akan bermain sepak bola dengan anak-anak di Distrik Jaffa, Tel Aviv, di hari terakhir sebelum kembali ke London.
Simak video pilihan berikut:
Kekuatan Israel Dianggap Berlebih
Sementara itu, istri Pangeran William, Duchess of Cambridge, tidak bergabung dengannya dalam kunjungan ke Timur Tengah itu.
Perjalanan bersejarah, yang bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirinya Israel, berlangsung di tengah ketengangan yang meningkat di wilayah terkait.
Sebelumnya, militer Israel melakukan serangan udara pada Rabu, 20 Juni 2018, sebagai tanggapan terhadap tembakan sekitar 45 roket oleh kelompok Palestina di Gaza.
Lebih dari 120 orang warga Palestina tewas sejak 30 Maret, di tengah berlanjutnya gelombang protes di sepanjang pagar perbatasan, yang memisahkan Gaza dan Israel.
Israel telah dituduh menggunakan kekuatan yang berlebihan terhadap para pengunjuk rasa. Tel Aviv membantah hal itu, dan mengklaim bahwa Hamas bertanggungjawab di balik aksi protes besar-besaran itu.
Awal bulan ini, Majelis Umum PBB mengutuk Israel atas penggunaan "kekuatan yang berlebihan, tidak proporsional dan tidak pandang bulu" terhadap warga sipil Palestina.
Resolusi yang disampaikan oleh PBB itu juga mengutuk penembakan roket dari Gaza ke wilayah sipil Israel.
Advertisement