Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan melaksanakan pertemuan tingkat tinggi di Helsinki, Finlandia pada 16 Juli 2018, demikian kata juru bicara kepresidenan kedua negara Kamis 28 Juni 2018 kemarin.
"Kedua pemimpin akan mendiskusikan relasi AS-Rusia dan berbagai isu keamanan nasional," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (29/6/2018).
Sementara itu, Penasihat Kepresidenan Bidang Kebijakan Luar Negeri Rusia, Yuri Ushakov mengatakan bahwa Helsinki dipilih sebagai lokasi pertemuan tingkat tinggi atas kehendak kedua pemimpin.
Advertisement
Ushakov menambahkan, persiapan juga tengah dilaksanakan jelang pertemuan tersebut.
Pengumuman itu datang usai kunjungan Penasihat Kepresidenan Bidang Keamanan Nasional AS, John Bolton ke Kremlin, Moskow pada Rabu 27 Juni. Dalam kesempatan itu, Bolton melaksanakan pertemuan tatap muka dengan Presiden Putin, di mana kedua belah pihak membahas persiapan KTT, pengendalian senjata nuklir, dan masalah bilateral lainnya.
Pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin ini akan menjadi pertemuan pertama kedua pemimpin, sejak mereka bertemu di KTT G20 pada Juli 2017.
Sejumlah pihak, terutama sekutu AS dan pengkritik Rusia dinilai was-was menanti pertemuan Trump-Putin.
Baca Juga
Inggris salah satunya. Sekutu lama AS itu khawatir bahwa pertemuan Trump-Putin akan menghasilkan hubungan Washington-Moskow yang membaik, ketika London justru tengah bersitegang dengan Negeri Beruang Merah menyusul kasus peracunan Sergei Skripal pada Maret 2018 lalu.
Banyak pihak juga menilai bahwa Pakta Aliansi Militer Atlantik Utara (NATO) turut mengkhawatirkan hal serupa. Karena, pertemuan Trump-Putin berlangsung di tengah ketegangan hubungan antara AS dengan dua negara anggota NATO, Jerman dan Kanada --yang dipicu isu perdagangan-- baru-baru ini.
Di sisi lain, Donald Trump pada berbagai kesempatan telah mengutarakan keinginannya agar Gedung Putih mampu memiliki hubungan yang lebih baik dengan Kremlin --meski pada waktu yang bersamaan, sanksi ekonomi yang diterapkan AS terhadap Rusia semakin mengetat dan meningkat belakangan terakhir.
Sedangkan, kedua belah pihak juga telah berselisih mengenai beragam isu, mulai dari dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016, konflik di Ukraina dan Suriah, keamanan siber, kebijakan NATO dan senjata nuklir.
Hubungan antara kedua negara saat ini, secara luas dilihat sebagai yang terburuk sejak perang dingin.
Rusia dan AS sempat menutup konsulat dan mengusir ratusan diplomat dalam aksi balasan selama kejatuhan diplomatik.
Pada waktu terpisah, berbicara kepada komite Senat pada Rabu 27 Juni, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan: "Presiden (Trump) menantikan kesempatan untuk menemukan segelintir tempat di mana kita (AS-Rusia) dapat melakukan percakapan produktif yang mengarah pada perbaikan untuk masing-masing dari kedua negara."
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Trump Menanti Bertemu Putin?
Pada waktu dan tempat terpisah, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa dirinya mengamati dengan seksama pertemuan antara Penasihat Kepresidenan Bidang Keamanan Nasional AS, John Bolton dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, pada Rabu 27 Juni 2018.
"Sepertinya kita (ia dan Putin) mungkin akan bertemu dalam waktu tidak lama lagi," kata Trump di Oval Office, mengindikasikan pertemuannya dengan Putin yang kian dekat menyusul kunjungan Bolton ke Kremlin.
"Menurut saya, itu hal yang baik," tambah Trump.
Berbicara kepada wartawan pada Rabu 27 Juni malam, Bolton mengatakan: "Saya tidak berpikir itu tidak biasa bagi para pemimpin Rusia dan AS untuk bertemu."
"Trump dan Putin berpikir sekarang adalah waktu bagi mereka untuk bertemu. Komunikasi langsung antara keduanya adalah yang terbaik bagi Amerika Serikat," lanjut Bolton.
Advertisement