Banjir Bandang Akibat Bendungan Jebol di Laos, 20 Orang Tewas

Sebuah bendungan dilaporkan jebol di Laos, memicu banjir bandang yang menyebabkan 20 orang tewas.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 25 Jul 2018, 10:01 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 10:01 WIB
Banjir bandang terjadi di Laos akibat sebuah bendungan jebol pada Senin malam, 23 Juli 2018, menewaskan setidaknya 20 orang. (AP)
Banjir bandang terjadi di Laos akibat sebuah bendungan jebol pada Senin malam, 23 Juli 2018, menewaskan setidaknya 20 orang. (AP)

Liputan6.com, Vientiane - Sebuah bendungan di Laos jebol pada Senin malam, 23 Juli 2018 waktu setempat dan mengakibatkan banjir bandang. Regu penyelamat dikabarkan terus berupaya mencari korban yang terjebak.

Air dari balik dinding bendungan yang jebol itu membanjiri beberapa desa di sekitarnya, dan setidaknya menewaskan 20 orang.

Dikutip dari BBC pada Rabu (25/7/2018), sekitar 100 orang lainnya dilaporkan hilang, dan ribuan rumah warga mengalami kerusakan.

Pihak berwenang di Provinsi Attapeu mengerahkan armada helikopter dan perahu untuk mengevakuasi sebanyak mungkin penduduk desa yang terjebak.

Bendungan yang runtuh itu adalah bagian dari proyek pembangkit listrik tenaga air Xe-Pian Xe-Namnoy, yang melibatkan perusahaan-perusahaan lokal, Thailand, dan Korea Selatan.

Pemerintah setempat telah meminta kepada badan pemerintah dan komunitas lain untuk memberikan bantuan darurat seperti pakaian, makanan, air minum dan obat-obatan.

Rekaman video dari petugas penyelamat memperlihatkan banyak korban berkerumum di atas atap rumah yang terendam, bersama dengan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.

Seorang wanita, terlihat dalam sebuah video yang diunggah oleh kantor berita ABC Laos di Facebook, menangis dan berdoa ketika dia dievakuasi dengan perahu.

Wanita itu mengatakan kepada penyelamat bahwa ibunya masih terdampar di pohon.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Terlebih Dahulu Muncul Retakan

Banjir
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Bendungan yang jebol merupakan infrastruktur bantu yang disebut "Saddle Dam D", yakni bagian dari jaringan dua bendungan utama dan lima bendungan tambahan dalam proyek pembangkit listrik tenaga air Xe-Pian Xe-Namnoy.

Bendungan ini 90 persen selesai dan akan mulai beroperasi secara komersial tahun depan.

SK Engineering & Construction, sebuah perusahaan Korea Selatan yang memegang saham besar dalam proyek itu, menyebut telah ditemukan retakan pada Minggu, 22 Juli 2018, sebelum kemudian runtuh sehari setelahnya.

Di hari yang sama, pihak berwenang disiagakan untuk mengawal evakuasi dini warga di sekitar bendungan. Sekelompok teknisi pun telah dikirim ke lokasi kejadian untuk memperbaiki retakan, namun terhambat oleh hujan lebat, yang juga telah merusak banyak jalan.

Otoritas terkait sempat berinisiatif membuang volume air di bendungan utama, guna menurunkan ketinggian di bendungan tambahan. Namun, karena kerusakan justru bertambah parah, pemerintah setempat pun memerintahkan seluruh warga sekitar untuk menyelamatkan diri sebelum kemungkinan terburuk terjadi.

Air terlihat mendesak keluar dari celah retakan bendungan pada Senin 23 Juli, menjelang tengah malam. Pagi harinya, banjir meluas hingga menggenangi tujuh desa.

Ratchaburi Electricity Generating Holding, perusahaan Thailand yang terlibat dalam proyek terkait, mengatakan bahwa bendungan "retak" setelah "hujan badai terus-menerus" menyebabkan "volume air yang tinggi mengalir ke cekungan proyek".

Akibatnya, air "bocor ke luar dinding bendungan, dan membuat Sungai Xe-Pian meluap" sekitar lima kilometer jauhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya