Liputan6.com, Mexico City - Sputnik, media Rusia, mengangkat kisah mengenai komunitas Muslim yang hidup di San Cristóbal, negara bagian Chiapas di Meksiko, Minggu 29 Juli 2018. Para wartawan berbincang dengan seorang pemimpin mereka untuk memahami bagaimana Islam tumbuh subur di Tanah Suku Maya Kuno itu.
Sejarah Islam di Chiapas --negara termiskin di Meksiko selatan yang berbatasan dengan Guatemala-- anehnya berkaitan dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (kelompok revolusioner bersenjata yang bermarkas di Chiapas) pada tahun 1994.
Tak lama setelah peristiwa tersebut, sejumlah ulama Muslim dari Spanyol datang dan menyarankan kepada pemimpin Zapatista kala itu, Subcomandante Marcos, untuk memeluk Islam. Namun bagaimanapun juga, Marcos menolak mentah-mentah tawaran itu dan enggan bertatap muka dengan mereka
Advertisement
Karena sebab inilah, para ulama mulai menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat lokal. Perlahan, satu-per satu penduduk di sana mulai menjadi mualaf.
Seiring waktu berjalan, umat Islam setempat terbagi dalam empat kelompok. Di antara anggota komunitas Muslim di Chiapas, mayoritas terdiri dari Suku Maya dan Tzotzil.
Menurut sensus terakhir dari National Institute of Statistics and Geography (INEGI), pada tahun 2010 ada 3.760 Muslim di negara itu, 110 di antaranya tinggal di Chiapas.
Namun, data ini dianggap telah usang. Menurut beberapa kelompok Muslim, saat ini ada sekitar 12.000 penganut agama Islam di Meksiko. Tetapi angka-angka tersebut masih harus dikonfirmasi.
Salah satu kelompok Muslim terbesar di Chiapas adalah Ahmadiyah. Ibrahim Chechev, seorang imam dari San Cristóbal, membeberkan kepada Sputnik tentang asal dan prospek Ahmadiyah di kotanya.
Menurutnya, anggota jemaah Ahmadiyah terdiri dari 60 keluarga dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat.
"Banyak penduduk asli mencari panduan hidup yang sejati. Mereka menemukannya di komunitas kami dan mendapatkannya melalui ajaran Islam," ucap Chechev.
Ia menambahkan, mayoritas Muslim di San Cristobal de las Casas berasal dari kaum pribumi. Mereka masuk Islam sekitar tahun 1995. Banyak di antaranya merupakan mantan EZLN (Tentara Pembebasan Nasional Zapatista).
"Begitu mereka memeluk Islam, segala jenis pertempuran dikesampingkan. Jadi, komunitas Muslim di sini bebas dari kelompok bersenjata," papar Chechev.
"Sekarang kami tidak pernah bersinggungan dengan EZLN. Jemaah Ahmadiyah tidak ingin berprasangka kepada siapa pun, apalagi dengan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista," imbuhnya.
Menurut Chechev, dari empat kelompok Muslim di San Cristóbal, dua di antaranya adalah Sufi, satu adalah Wahabi dan yang lainnya adalah Ahmadiyah.
Komunitas Ahmadiyah di San Cristobal de las Casas memiliki hubungan yang sangat erat dengan pemerintah kota dan pemerintah negara bagian, serta dengan pemerintah federal. Selain itu, kelompok tersebut mencoba mengambil bagian dalam kehidupan sosial di Meksiko.
Muslim Ahmadiyah juga bekerja sama dengan organisasi Humanity First. Melalui lembaga nirbala ini, para anggota bisa membantu para wanita dalam mencegah berbagai macam penyakit, khususnya, kanker rahim dan kanker payudara. Selain itu, mereka pun turut membantu para korban gempa bumi Meksiko pada 2017.
"Menjadi seorang Muslim dan warga San Cristobal, kami tidak ingin berselisih paham atau memiliki permasalahan lain. Sebaliknya, kami semakin memperkuat ikatan dengan agama lain," ungkap Chechev.
"Kami selalu mendukung perdamaian dan persatuan, terlepas dari jenis keyakinan yang dianut. Kami menghormati dan mencintai mereka yang beragama Kristen, tidak peduli penganut Evangelis, Katolik atau siapa pun."
Saksikan video pilihan berikut ini:
Menentang Segala Bentuk Terorisme
Muslim Ahmadiyah, kata Chechev, sepenuhnya menentang terorisme dan mereka yang menodai nama Islam.
Dia menjelaskan bahwa akar kata "Islam" adalah bahasa Arab untuk "perdamaian," sementara kata "Muslim" dapat diterjemahkan sebagai "orang yang mematuhi kehendak Allah."
Oleh karena itu, anggota komunitas harus, dengan cara yang positif, "mengajarkan orang-orang tentang Islam yang sebenarnya."
"Tujuan kami adalah untuk menafsirkan Islam dengan benar kepada semua orang yang merasa melakukan kesalahan, meski Islam kerap dihubungkan dengan terorisme dan pelecehan terhadap wanita," ungkap Chechev.
Pemuda itu mengaku ada individu yang menyebut bahwa Islam seharusnya tidak ada di Meksiko, sebab Islam adalah agama yang sangat agresif. Namun tantangan ini tak diambil pusing oleh Chechev.
Kelompok Ahmadiyah, kata Chechev, akan "terus berjuang" melawan prasangka-prasangka tersebut untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang paling indah.
Advertisement