Menlu Jerman Imbau agar Uni Eropa Tak Lagi Bergantung pada AS

Karena dinilai semakin banyak memiliki perbedaan komitmen, Menlu Jerman imbau anggota Uni Eropa untuk tak lagi bergantung pada Amerika Serikat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 24 Agu 2018, 08:01 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2018, 08:01 WIB
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas (AP/Michael Sohn)
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas (AP/Michael Sohn)

Liputan6.com, Berlin - Sebuah kritik tidak biasa disampaikan Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, terhadap kebijakan Amerika Serikat (AS) tentang eksistensi NATO. Dia menegaskan agar negara-negara anggota Uni Eropa tidak lagi bergantung kepada Washington, dan menganjurkan untuk meningkatkan secara mandiri anggaran pertahanannya.

"Alih-alih menunggu pemerintahan Trump berakhir, Eropa harus mengambil bagian tanggung jawab yang sama secara global," kata Maas.

Dikutip dari Time.com, Kamis (23/8/2018), Maas menambahkan bahwa Eropa sebaiknya segera meningkatkan anggaran belanja militer sebagai tandingan terhadap manuver kebijakan AS, yang tidak dapat diprediksi dan tidak bisa sepenuhnya diandalkan.

Peningkatan pembelanjaan pertahanan, kata Maas, akan mengamankan posisi Eropa, dan Jerman secara khusus, sebagai kekuatan global.

"Di mana AS melintasi batas, kita orang Eropa harus membentuk penyeimbang, sesulit apa pun itu," kata dia dalam sebuah tajuk opini berjudul "A New World Order", yang dimuat oleh surat kabar Jerman Handelsblatt.

Dalam tulisan itu, Maas juga menekankan pentingnya upaya menarik AS kembali ke meja perundingan tentang nuklir Iran.

Pada 6 Agustus lalu, AS memberlakukan sanksi baru terhadap Iran pasca-penarikan sepihak Trump dari kesepakatan nuklir. Maas menilai hal itu akan mengancam kegiatan bisnis Eropa, terutama yang berhubungan dengan Negeri Persia dan kawasan Timur Tengah.

"Kami tidak akan mengizinkan (Washington) memerintah, apalagi campur tangan dalam menentukan kebijakan," tulis Maas.

Pendapat Mass sejalan dengan apa yang sempat dilontarkan Kanselir Jerman Angela Merkel pada Mei 2017, yakni keluhan karena sekutu tradisionalnya--Amerika Serikat--sudah tidak bisa diandalkan.

"Waktu di mana (Jerman) dapat sepenuhnya bergantung pada orang lain, sebagian kini sudah berakhir," kata Merkel.

"Kami, orang Eropa, benar-benar harus mengambil jalan untuk menentukan nasib sendiri di masa depan."

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Komitmen Anggota NATO Dipertanyakan

Bersama Negara NATO, Marinir AS Pimpin Latihan Militer di Laut Baltik
Marinir AS melakukan operasi pendaratan saat latihan militer Baltops 2018 di Laut Baltik, Lithuania (4/6). Sebelumnya Rusia juga menggelar latihan perang selama tiga hari di Laut Baltik, yang membuat cemas negara Latvia. (AP/Mindaugas Kulbis)

Di lain pihak, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat mengguncang pertemuan puncak NATO pada 11 Juli 2018, di Brussels, dengan mempertanyakan nilai eksistensi aliansi pertahanan Atlantik Utara itu.

Pertanyaan kontroversial itu disampaikan Trump ketika mengkritik kedekatan Jerman dan Rusia melalui kerja sama pipa gas alam, yang dinilainya telah membuat Berlin "dikendalikan oleh Moskow".

Dikutip dari Time.com, Presiden Donald Trump mempertanyakan tentang seberapa penting NATO, jika anggotanya justru ada yang semakin dekat dengan musuh bersama, yang disebutnya sebagai bekas aliansi Soviet.

"Apa gunanya NATO jika Jerman membayar Rusia miliaran dolar untuk gas dan energi?" sindir Trump dalam kicauannya di Twiiter, Selasa 10 Juli 2018.

Kanselir Jerman Angela Merkel membalas dengan segera, bahwa ia tidak hanya menolak tegas kritik tersebut. Namun, dia juga menyebut hak istimewa Presiden Trump sebagai pemimpin negara besar, tidak memberikan dukungan cukup terhadap Berlin di panggung dunia.

Kanselir Merkel menggambarkan bagaimana tumbuh di Jerman Timur yang terkungkung tirai besi komunis.

Dia berkata, "Saya telah mengalami sendiri bagian dari Jerman yang dikendalikan oleh Uni Soviet, dan saya sangat senang hari ini bahwa kita bersatu dalam kebebasan sebagai Republik Federal Jerman, dan dengan demikian kita dapat menentukan kebijakan kita sendiri, dan itu sangatlah bagus," ujar Kanselir memberikan pembelaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya