Gagal Mengatasi Krisis, Argentina Ajukan Pinjaman Rp 733 Triliun kepada IMF

Berbagai kebijakan ekonomi dinilai gagal mengatasi krisis, membuat pemerintah Argentina berganti opsi memilih berutang Rp 733 triliun kepada IMF.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Agu 2018, 10:05 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2018, 10:05 WIB
Presiden Argentina Mauricio Macri
Presiden Argentina, Mauricio Macri didampingi Ibu Negara, Juliana Awada mengunjungi lokasi serangan truk pikap di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/11). Lima dari delapan korban meninggal adalah warga Argentina. (Drew Angerer/GETTY IMAGES/AFP)

Liputan6.com, Buenos Aires - Pemerintah Argentina secara tak terduga meminta pencairan awal pinjaman senilai US$ 50 miliar atau setara Rp 733 triliun dari Dana Moneter Internasional (IMF), menyusul krisis ekonomi yang kian memburuk di negara tersebut. Padahal, rencana utang tersebut masih menyisakan pro dan kontra meluas di tengah masyarakat Negeri Tango itu.

Presiden Mauricio Macri mengatakan langkah itu dirancang untuk memulihkan kepercayaan terhadap ekonomi Argentina.

Mata uang peso Argentina dilaporkan telah kehilangan lebih dari 40 persen nilainya terhadap dolar AS tahun ini, yang kemudian diikuti dengan meningkatnya inflasi.

Dikutip dari BBC pada Kamis (30/8/2018), IMF mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa pihaknya ingin memperkuat pengaturan ekonomi, dan mengubah tahapan restrukturisasi di Argentina.

"Saya menekankan dukungan untuk upaya kebijakan Argentina dan kesiapan kami membantu pemerintah dalam mengembangkan rencana kebijakan yang direvisi," ujar Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF, dalam sebuah pernyataan.

Para investor khawatir Argentina mungkin tidak dapat membayar pinjaman pemerintahnya yang berat dan sangat berisiko. Para wartawan menilai kebijakan mempercepat pencairan dana IMF menandakan keputusasaan.

Ketika persyaratan pinjaman disepakati pada bulan Mei, Presiden Macri mengharapkan ekonomi pulih dan tidak berencana segera menggunakan uang itu.

"Selama seminggu terakhir kami telah melihat ekspresi baru kurangnya kepercayaan di pasar, khususnya atas kapasitas pembiayaan kami pada 2019," kata Presiden Macri dalam pidato yang disiarkan televisi.

"Kami telah sepakat dengan IMF untuk memajukan semua dana yang diperlukan guna menjamin kepatuhan dengan program keuangan tahun depan. Keputusan ini bertujuan untuk menghilangkan ketidakpastian pada laju ekonomi kami," dia menjelaskan.

Presiden Macri menambahkan bahwa langkah-langkah lebih lanjut untuk mengendalikan pinjaman pemerintah akan segera dibahas menyertai perubahan kebijakan ekonomi Argentina.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut:

 

Investor Ragu terhadap Argentina

Tolak Utang IMF, Ribuan Warga Argentina Turun ke Jalan
Ribuan orang berdemonstrasi menentang kebijakan Presiden Mauricio Macri di Buenos Aires, Argentina, Senin (9/7). Demonstran menentang perjanjian antara IMF dan pemerintah Argentina. (AP Photo/Jorge Saenz)

Di lain pihak, suku bunga dan dukungan tertinggi dunia dari IMF telah gagal meyakinkan investor. Peso Argentina masih kehilangan nilai meskipun semua upaya telah dilakukan untuk meredam kekhawatiran investor.

Pasar negara berkembang lainnya seperti Turki dan Brasil juga menderita devaluasi mata uang mereka tahun ini, tetapi situasi Argentina dinilai sangat sulit oleh banyak pengamat.

Negara ini belum dapat menurunkan inflasi, yang tertinggi di antara negara-negara G20. Selain itu, pemerintah setempat juga gagal memberlakukan reformasi ekonomi yang dijanjikan IMF, kebanyakan dari mereka bertujuan untuk membatasi belanja publik dan pinjaman.

Menurut beberapa pengamat, Presiden Macri terpilih atas janji menghidupkan kembali ekonomi, tetapi sejauh ini hanya sedikit kemajuan yang telah dibuat.

Biaya kehidupan sehari-hari semakin mahal bagi penduduk Argentina, karena harga barang dan jasa yang masih berhubungan erat dengan dolar AS.

Dan kombinasi antara inflasi spiral dan pemotongan belanja publik berarti upah tidak sejalan dengan harga, membuat kebanyakan orang menjadi lebih miskin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya