Liputan6.com, Kuta - Hari ini, tepat 13 tahun lalu, sejarah menyedihkan terjadi di Tanah Air. Pulau nan indah Bali, diterjang aksi teror --yang kini dikenal dengan nama teror Bom Bali 2.
Tiga bom meledak di dua daerah wisata di Bali -- dua di Jimbaran, satu di kuta. Akibat dari insiden itu, 23 orang tewas, dengan kebanyakan korban adalah warga asing.
Selain korban tewas juga terdapat pula wisatawan dan warga lokal yang menderita luka-luka. Jumlahnya pun tidak sedikit sampai 196 orang.
Advertisement
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggungjawab atas kejadian itu. Tetapi, beberapa hari kemudian, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai menyebut peristiwa itu merupakan bom bunuh diri yang dilakukan 3 orang berbeda: Muhammad Salik Firdaus, Misno, dan Ayib Hidayat.
Baca Juga
Selain itu, ia mengatakan 2 orang WN Malaysia Azahari Bin Husin and Noordin Mohamed Top sebagai otak dari aksi ini.
Tragedi yang kerap disebut bom Bali 2 ternyata begitu membekas di memori Mantan PM Australia Tony Abbott. Sebab, saat ledakan Abott --yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Australia-- ternyata ada di sana.
Abbott mengatakan ketika kejadian, ia bersama istrinya, Margie dan 3 putrinya sedang berlibur di Bali. Mereka sedang tidur saat bom meledak di restoran di Jimbaran dan yang ketiga di Kuta Town Square. Tak menyadari apa yang sedang terjadi.
"Kami berada di hotel...telepon berdering beberapa kali, awalnya aku pikir itu telepon iseng," kata Abbott, seperti dikutip dari The Daily Telegraph Australia, Senin (1/10/2018).
"Pagi harinya, telepon kembali berdering sekitar pukul 05.00. Ternyata adik perempuanku yang menelepon, ia seorang travel agent, menanyakan apakah kami baik-baik saja."
Abbott kala itu menjawab, ia dan keluarganya dalam kondisi baik. "Lalu, adikku berkata, ada bom," kata dia.
"Aku tak percaya, sama sekali tak menyangka 'petir' bisa menyambar 2 kali. Tapi itu yang terjadi," kenang Abbott, mereferensi teror Bom Bali 1.
"Kemudian, saya langsung memakai sepatu dan berlari ke jantung Kuta."
Tiga tahun setelah serangan pertama, yang merenggut 202 nyawa, termasuk 88 warga Australia, Abbott menemukan dirinya di Rumah Sakit Sanglah General yang dikelilingi oleh orang Australia yang terluka dan sekarat.
Abbott kemudian duduk di samping tempat tidur salah satu korban, Paul Anacich, dan menghibur istrinya yang yakin betul suaminya akan segera mati. Namun, nasib berkata lain, Paul berhasil selamat.
Paul kemudian memberikan pujian kepada Abbott, yang menyebut bahwa pendampingan dari pejabat Australia itu ternyata "berperan dalam menyelamatkan nyawa"-nya, demikian seperti dikutip dari The Daily Telegrap Australia.
Abbott juga menghabiskan sepanjang hari di rumah sakit membantu menenangkan korban dan mengatur pengangkutan untuk korban luka serius untuk menjalani pengobatan di Singapura dan Australia.
Selain peristiwa bom Bali 2, di tanggal yang sama, insiden menyedihkan juga terjadi di Hongkong di tahun 2012. Tabrakan feri di daerah tersebut menewaskan 38 orang dan mencederai 102 lain.
Sementara itu, pada 1 Oktober 1939, Presiden Amerika Serikat ke-39 Jimmy Carter lahir di Plains, Georgia. Tidak cuma menjabat sebagai Orang Nomor Satu di Negeri Paman Sam Carter pernah meraih penghargaan Nobel Perdamaian.
Â
Â
Simak video pilihan berikut: