Liputan6.com, Jakarta - Indonesia baru-baru ini dilanda bencana alam berturut-turut, mulai dari gunung meletus, gempa, hingga tsunami. Lindu adalah peristiwa alam yang kerap terjadi di Tanah Air.
Contohnya saja, dua lindu terbesar di antaranya, yaitu gempa Lombok dan gempa Donggala.
Advertisement
Baca Juga
Fenomena ini membuat beberapa ahli berpikir bahwa Indonesia amat memerlukan alat pendeteksi gempa, mengingat negara ini terletak dalam lintasan Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire. Akan tetapi, uniknya, manusia seharusnya bisa melihat kemungkinan datangnya gempa dari hewan-hewan yang ada di sekitarnya.
Konon, ada beberapa binatang yang bisa merasakan kehadiran gempa, jauh sebelum guncangan kecil terjadi. Mengutip laman dari The Weather Network, Rabu (3/10/2018), berikut adalah 4 satwa yang dimaksud:
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Semut
Beberapa orang pernah mendengar tentang kehebatan semut ketika bereaksi terhadap datangnya gempa. Akan tetapi pada tahun 2013, ada studi yang menguak fakta baru tentang hewan kecil ini.
Menurut penelitian tentang semut yang dilakukan selama 3 tahun di Jerman, sebelum terjadi gempa, semut akan meninggalkan gundukan mereka (sarang) meski hari sudah larut malam. Sebab semut hanya beraktivitas pada siang saja, dan keluar dari sarang pada malam hari justru membahayakan karena bisa berhadapan dengan predator.
Semut yang keluar dari sarangnya mengindikasikan bahwa binatang ini khawatir kalau guncangan gempa akan meruntuhkan tempat tinggal mereka.
Para peneliti dari University of Duisberg-Essen di Jerman, mengidentifikasi sekitar 15.000 gundukan semut di sepanjang patahan rawan gempa di Jerman dan melacak mereka selama 24 jam 7 hari. Kata periset, semut mampu mengantisipasi gempa berkekuatan 2,0 SR yang tidak bisa dirasakan manusia.
Terkait cara serangga itu tahu bahwa gempa akan datang, ilmuwan yakin bahwa semut punya kemampuan untuk merasakan perubahan tingkat karbon dioksida dan medan magnet Bumi.
"Kami masih harus menyelidiki tentang hal tersebut, cara semut bereaksi terhadap rangsangan alam. Tetapi kami berencana untuk pergi ke wilayah yang tektoniknya lebih aktif dan melihat apakah semut bereaksi terhadap gempa bumi yang magnitudonya lebih besar," kata peneliti Gabriele Berberich dari European Geosciences Union.
Advertisement
2. Ular
Menjelang tanggal 4 Februari 1975, orang-orang di dalam dan di sekitar Kota Haicheng (China) melihat banyak ular meninggalkan liang mereka. Ini adalah peristiwa langka, sebab kala itu adalah pertengahan Musim Dingin, dengan suhu di bawah nol derajat Celcius.
Pada umumnya, hewan melata tersebut enggan keluar sarang pada cuaca yang beku. Hwan berdarah dingin itu akan mendekam di bawah tanah hingga Musim Semi datang, sebab keluar "kandang" pada cuaca ekstrem bisa membunuh diri sendiri.
Ternyata, ular yang keluar sarang merupakan pertanda buruk. Fenomena tersebut cukup untuk meyakinkan pejabat setempat yang kemudian memerintahkan evakuasi penduduk sebelum gempa tiba.Â
Perilaku ular seperti itu memicu penelitian tentang sensitivitas hewan oleh United States Geological Survey (USGS). Namun di satu sisi, Survei Geologi Amerika Serikat menyebut bahwa pihak berwenang lebih banyak mendapatkan petunjuk dari serangkaian foreshock (tremor ringan sebelum guncangan besar dari gempa bumi terjadi) ketimbang mendeteksi kerajaan hewan.
Ular telah dipercaya untuk memprediksi gempa setidaknya sejak 373 SM, ketika Kelike di Yunani dileburkan oleh tsunami besar.
Â
Â
3. Ikan Oarfish
Ikan oarfish adalah hewan air yang cukup aneh, sehingga tidak mengherankan jika beberapa budaya kuno menganggap bahwa mereka memiliki kekuatan magis.
Ikan ini disebut dapat tumbuh dengan panjang lebih dari 5 meter, terlihat seperti pita raksasa yang hidup. Oarfish juga memiliki wajah yang menakutkan (tetapi tidak berbahaya) dan hidup cukup dalam di laut, sehingga banyak nelayan yang hampir tidak mengetahui apa pun tentang mereka.
Selain itu, oarfish diyakini bisa memprediksi gempa bumi.
Laporan Live Science mengatakan, sekitar 20 ekor ikan ditemukan hanyut di sepanjang pantai Jepang sebelum negara ini hancur oleh gempa dahsyat pada 2011. Jumlah yang lebih besar pernah ditemukan di Negeri Sakura tersebut ketika gempa kuat melanda Chili dan Taiwan pada 2010.
Menurut USGS, fenomena alam itu hanya sebuah kebetulan. Oarfish yang hidup ratusan meter di bawah laut mungkin sensitif terhadap tremor yang terjadi di laut dalam.
Berita tentang kemunculan oarfish berukuran panjang 3,5 meter di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat banyak menarik perhatian sejumlah pembaca Liputan6.com pada 18 Juni 2017. Menurut mitos para nelayan setempat, kemunculan ikan Oarfish ke permukaan laut menjadi pertanda akan terjadinya gempa bumi.
Mengingat habitatnya yang berada di laut sedalam 1.000 meter, komunitas akademik menilai bahwa oarfish peka terhadap pergerakan lempeng bumi di dasar laut, dan mungkin saja ikan itu mampu mendeteksi dini tumbukan lempeng di dasar laut yang dapat menjadi sebab-musabab gempa.
Advertisement
4. Kodok
Para ilmuwan sedang mempelajari kebiasaan kodok di Italia pada 2009, ketika seluruh amfibi ini lenyap dari kolam mereka. Tiga hari kemudian, kota L'Aquila diguncang gempa magnitudo 5,9 dan lebih dari 300 orang tewas.
Periset yakin bahwa kodok-kodok telah melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari risiko tanah longsor. Peneliti mengatakan, amfibi tersebut mungkin telah merasakan partikel bermuatan atau perubahan gas-gas di Bumi.
Kodok juga dipandang sebagai "pembaca pertanda" gempa di Sichuan, China pada 2008. Dengan skala 7,9 SR, gempa ini telah menewaskan hampir 70.000 orang secara keseluruhan.
Telegraph melaporkan, para blogger Negeri Tirai Bambu mengklaim bahwa ribuan kodok membanjiri jalan-jalan di satu desa pada tiga hari sebelum gempa menelan korban jiwa sebanyak 2.000 orang dari desa tersebut.Â
Â