Diduga Korban Perbudakan Modern, Pria Ini Disekap Selama 40 Tahun

Seorang pria diduga kuat menjadi korban perbudakan modern. Ia ditemukan dalam kondisi disekap dalam sebuah gudang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Okt 2018, 12:02 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2018, 12:02 WIB
Perbudakan modern ditemukan di Inggris, korbanya disekap lebih dari 40 tahun (AFP)
Perbudakan modern ditemukan di Inggris, korbanya disekap lebih dari 40 tahun (AFP)

Liputan6.com, London - Seorang pria paruh baya diduga kuat menjadi korban perbudakan modern. Ia ditemukan terkurung di dalam sebuah gudang di Carlisle, kota di utara Inggris yang berbatasan dengan SKotlandia.

Pria berusia 58 tahun itu diselamatkan oleh otoritas penyelamat kekerasan sosial setempat (GLAA) pada Rabu, 3 Oktober waktu setempat. Ia ditemukan dalam kondisi lusuh, ditemani sebuah kursi dan selimut kotor.

Setelah dikeluarkan hati-hati dari dalam gudang, sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis (4/10/2018), korban langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa oleh staf medis spesialis.

Bersamaan dengan hal tersebut, seorang pria lain berusia 79 tahun ditangkap karena dicurigai sebagai pelaku perbudakan modern terkait.

Martin Plimmer dari GLAA mengatakan: "Informasi yang kami terima adalah bahwa dia (korban) telah dikurung di dalam gudang selama 40 tahun."

"Ketika kami menemukannya, dia seperti kelinci di hadapan lampu dan (terlihat) sangat bingung," lanjutnya. "Dia hanya memiliki pakaian yang satu-satunya dikenakan, dan tidur beralaskan karpet tipis dengan selimut kotor."

Petugas mengatakan bahwa korban perbudakan modern itu tinggal tanpa ada pemanas, padahal cuaca di luar masih berada dalam kondisi musim dingin.

Disebutkan pula bahwa korban kemungkinan telah dipaksa melakukan pekerjaan tanpa bayaran sejak usia 16 atau 17 tahun. Namun, belum diketahui apakah ia pernah mencoba kabur atau tidak.

"Dia telah mengalami trauma untuk waktu yang lama, sehingga akan menjadi proses yang lambat untuk mengembalikan kepercayaan dirinya," jelas Plimmer.

Ditambahkan oleh Plimmer, bahwa penemuan itu adalah yang pertama kali dalam sepanjang kariernya.

"Saya pikir, bisa jadi ini adalah periode penyekapan terpanjang yang pernah kami tangani. Ini kasus yang sangat menyedihkan dan serius," ujar Plimmer.

Penemuan kasus perbudakan modern itu berawal dari panggilan ke saluran bantuan rahasia, yang segera ditindaklanjuti oleh Kepolisian Wilayah Cumbria dan Badan Penanggulanan Kriminal Nasional.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Negara dengan Tingkat Perbudakan Tertinggi di Dunia

Mengintip Cara Warga Korea Utara Peringati Berakhirnya Perang Dunia II
Tentara dan warga usai memberi penghormatan di hadapan patung pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il dalam peringatan berakhirnya Perang Dunia II dan pembebasan dari kolonial Jepang di Pyongyang, Korut, Rabu (15/8). (AP Photo/Ng Han Guan)

Sementara itu, dalam sebuah penelitian terbaru yang dirilis pada pertenhahan Juli lalu, Korea Utara dan beberapa rezim represif lainnya, disebut memiliki tingkat perbudakan modern paling tinggi di dunia.

Studi itu juga menyebut bahwa negara-negara maju turut memikul tanggung jawab terhadap perbudakan modern, karena mereka mengimpor barang senilai sekitar US$ 350 miliar yang diproduksi dalam situasi mencurigakan.

Dikutip dari Time.com, Global Slavery Index memperkirakan 40,3 juta orang di seluruh dunia menjadi sasaran perbudakan modern pada 2016, dengan konsentrasi tertinggi di Korea Utara, di mana satu dari 10 orang hidup dalam kondisi seperti itu.

"Lebih dari 40 juta orang.... mereka bukan sekadar angka. Bisa siapa saja. Saya, ibu, saudara perempuan," kata pembelot Korea Utara Park Yeon-mi, yang melarikan diri ke China karena jadi korban perdagangan manusia dan dipaksa menikah, pada konferensi pers di kantor pusat PBB di New York.

"Bahkan sekarang, ada 300.000 orang pembelot Korea Utara di China, dan 90 persen dari mereka diperdagangkan. Mereka dijual oleh pria lokal seharga beberapa ratus dolar," lanjutnya menjelaskan.

Park, yang sekarang belajar di Columbia University di New York, mendesak khalayak luas untuk membantu jutaan korban perbudakan modern.

"Orang-orang ini hanya dilahirkan di tempat yang salah," kata Park. yang mendirikan sebuah kelompok advokasi utnuk korban perdagangan manusia di Korea Utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya