Fakta Atau Mitos? 5 Hal Menyeramkan Ini Kerap Dikaitkan dengan Halloween

Ada banyak hal menakutkan dan terbilang konyol, yang orang katakan tentang Halloween, tetapi beberapa di antaranya merupakan kebohongan.

oleh Afra Augesti diperbarui 18 Okt 2018, 19:05 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2018, 19:05 WIB
Zombie Walk di Chile
Seorang gadis berpakaian seperti karakter Corpse Bride ambil bagian dalam perayaan satu dekade Zombie Walk di Santiago, Chile, 13 Oktober 2018. Zombie Walk digelar dua minggu sebelum perayaan Halloween pada 31 Oktober mendatang. (AP/Esteban Felix)

Liputan6.com, New York - Setiap akhir bulan Oktober, tepatnya 31 Oktober, orang-orang Barat umumnya merayakan satu hari yang berkaitan dengan hal-hal yang menyeramkan. Hari tersebut dinamakan Halloween. Seluruh sekolah, universitas dan perkantoran biasanya libur.

Saat hari tersebut datang, orang-orang cenderung mengenakan kostum hantu, goblin, berdandan layaknya zombie atau badut yang berpenampilan memyeramkan. 

Banyak yang belum mengetahui asal-usul Halloween dan mengapa dirayakan setiap tanggal 31 Oktober setiap tahunnya?

Dikutip dari Wikipedia, kata Halloween pertama kali digunakan pada Abad ke-16, yaitu sekitar tahun 1785 dan berasal dari Kekristenan. "Hallowe'en" berarti "malam yang dikuduskan" atau "malam suci". Kata ini muncul dari istilah yang lazim diucapkan bangsa Skotlandia untuk All Hallows' Eve (Malam Para Kudus, yaitu malam sebelum Hari Raya Semua Orang Kudus).

Dalam bahasa Skot, kata "eve" adalah even yang dipendekkan menjadi e'en atau een. Seiring berjalannya waktu, (All) Hallow(s) E(v)en berevolusi menjadi Hallowe'en.

Frasa "All Hallows" ditemukan dalam bahasa Inggris Kuno, namun frasa "All Hallows Eve" tidak terlihat hingga tahun 1556. Konon, Halloween dipengaruhi oleh acara festival panen di Eropa Barat dan festival orang mati dari tradisi kaum pagan, terutama kaum Samhain Celtic.

Sejarawan Nicholas Rogers, yang meneliti asal-usul Halloween, mencatat Halloween berasal dari pesta Romawi untuk menghormati Dewi Pomona, dewi buah-buahan dan biji-bijian.

Perayaan ini sering dikaitkan dengan Festival Samhain dari bangsa Celtic. Kata Samhain berasal dari bahasa Irlandia Lama, yang berarti "akhir musim panas", yang menandai berakhirnya musim panen dan awal musim dingin.

Di Irlandia, penduduk biasanya pergi sebelum malam tiba. Mereka akan mengumpulkan makanan untuk pesta Samhain dan terkadang sembari mengenakan kostum.

Selain itu, Halloween juga diduga dipengaruhi oleh hari-hari suci umat Kristen dari All Saints Day yang dirayakan setiap 1 November. Ini adalah hari perayaan hari untuk mendoakan orang-orang kudus yang baru meninggal.

Hari All Saints diperkenalkan tahun 609, namun pada awalnya dirayakan pada 13 Mei. Lalu pada 835, beralih ke tanggal 1 November atas perintah Paus Gregorius IV.

Dulu, Gereja Kristian merayakan peringatan All-Saints atau All-Hallows setiap 31 Oktober pada siang hari, dan malamnya mereka merayakan Hallows-Eve (Malam Suci/Keramat) atau Halloween.

Umat Kristen mengadopsi beberapa warisan pagan dengan tetap meyakini bahwa pada malam tersebut, orang-orang yang telah mati sedang berjalan di antara mereka dan para penyihir terbang di atas tempat tinggal mereka.

Akan tetapi, banyak laporan dan cerita menakutkan yang beredar di media sosial terkait Halloween. Apakah itu nyata atau mitos? Berikut adalah 5 mitos dan legenda menakutkan tentang liburan paling menakutkan, menurut USA Today yang dikutip Kamis (18/10/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

1. Orang Dewasa Racuni Permen untuk Bunuh Anak-Anak

BPOM menelusuri keberadaan permen model lipstik ini usai beredarnya foto permen yang diduga menewaskan seorang bocah 7 tahun. (Foto: Liputan6.com/Istimewa/Muhamad Ridlo)
BPOM menelusuri keberadaan permen model lipstik ini usai beredarnya foto permen yang diduga menewaskan seorang bocah 7 tahun. (Foto: Liputan6.com/Istimewa/Muhamad Ridlo)

Silet, racun, jarum jahit, atau LSD (Lysergic acid diethylamide yang merupakan obat halusinasi) adalah benda yang diisukan "ditanam" di dalam permen selama Halloween.

Penganan manis tersebut lalu dibagikan oleh orang dewasa untuk anak-anak yang kerap datang ke rumah-rumah, mengetuk pintu, lalu menyerukan "Trick or treat?".

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial dihebohkan dengan penampakan paku dan benda asing lainnya yang ada di dalam permen. Insiden tersebut muncul seiring datangnya libur Halloween.

Joel Best, seorang profesor sosiologi dan peradilan pidana dari University of Delaware, mengenang kembali insiden terkait kengerian Halloween yang pernah terjadi pada 1958.

Best mengatakan, ia tidak menemukan laporan yang membuktikan seorang anak terbunuh atau terluka parah karena terkontaminasi permen "Trick or Treat".

Satu-satunya kejadian fatal yang terbukti kebenarannya adalah kasus pembunuhan bocah 8 tahun bernama Timothy O'Bryan yang tinggal di Pasadena, Texas, Amerika Serikat.

Kejadian ini terjadi pada 1974. O'Bryan tewas di tangan ayah kandungnya sendiri, Ronald Clark O'Bryan, setelah Ronald mencampurkan racun sianida ke dalam permen bermerek Pixy Stix.

Oleh si anak, permen itu lalu ditelannya. O'Bryan kejang-kejang, sebelum akhirnya meregang nyawa. Polisi lantas mengeksekusi Ronald pada tahun 1984. Kini, publik menegnangnya sebagai Candy man dan Pria Pembunuh Halloween.

Meski demikian, Best menegaskan, tidak ada salahnya memeriksa permen yang diberi oleh seseorang atau yang dibeli dari toko, supermarket atau minimarket. 

2. Binatang Jadi Tumbal

Uniknya Fashion Show Kucing di New York
Fotografer mengambil foto Merlin mengenakan tuksedo tahun 1920 dan topi di atas karpet merah selama pertunjukan fashion show kucing di Hotel Algonquin di New York, AS (2/8). (AP Photo/Mary Altaffer)

Beberapa tempat penampungan hewan di negara-negara Barat biasanya akan menutup toko mereka menjelang atau saat Halloween tiba.

Ini dikarenakan kepercayaan yang beredar di masyarakat bahwa orang-orang yang hendak mengadopsi binatang dari penampungan, konon hanya menjadikan satwa tersebut sebagai tumbal atau media penyiksaan.

Terutama kucing berbulu serba hitam, sebab Halloween di mata orang-orang seperti itu adalah hari pembersihan kucing hitam (The Purge of black cats).

The Animal Welfare League (AWL), yang bermarkas di luar Chicago, kerap menyembunyikan semua kucing dan kelinci hitam di ruang terpisah, sekitar seminggu sebelum Halloween.

"Kami tidak akan membiarkan hewan-hewan lucu tersebut untuk diadopsi, sampai dua hari setelah Halloween," jelas presiden dan direktur eksekutif AWL, Linda Estrada.

Estrada mengakui bahwa binatang, terutama kucing, berisiko mengalami kekerasan sepanjang tahun, meski konteks ini tidak berkaitan dengan Halloween.

Dia pun "menyingkirkan" kucing dan kelinci hitam ketika Halloween hanya untuk mengamankan mereka.

"Kami tidak ingin melihat satu hewan pun jatuh ke tangan yang salah," tegasnya.

Dia mengatakan seekor kucing hitam pernah dibawa ke kliniknya, sehari setelah Halloween setiap tahun, dengan luka bakar di tubuhnya.

Kabar tentang penyiksaan kucing dan kelinci hitam yang digunakan untuk ritual pengusiran setan, mulai marak pada tahun 1980-an dan 1990-an. Kala itu, konon, penyihir menjelma menjadi sesosok kucing hitam demi melukai korbannya.

Banyak tempat penampungan hewan yang mengabaikan kebijakan untuk menyembunyikan kucing hitam.

American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA) mengatakan, "Tidak ada salahnya untuk mempercayai bahwa kucing-kucing ini terancam."

Kelompok itu menegaskan, tempat penampungan harus mengikuti prosedur adopsi ketat saat Halloween.

"Publisitas yang terus menerus tentang penyiksaan kucing, cenderung membuat prosedur konseling adopsi hewan tampak sewenang-wenang dan konyol," kata ASPCA.

3. Harinya Setan

Ilustrasi arwah (iStock)
Ilustrasi arwah (iStock)

Banyak orang Amerika percaya bahwa Halloween berakar dari pemujaan setan. Selama beberapa dekade, pendiri Christian Broadcast Network, Pat Robertson, mengutuk Halloween karena dianggap sebagai "ritual setan" dan "malam ketika iblis bersukacita."

"Ibu, jangan biarkan bayi Anda tumbuh menjadi penyembah iblis," Robertson menyarankan pada 2016. "Jangan biarkan mereka melakukannya."

Beberapa sarjana melacak asal-usul Halloween dengan festival Celtic kuno yang dikenal sebagai Samhain. Beberapa orang mengklaim, mereka bisa berkomunikasi dengan orang mati saat merayakannya.

Sementara itu, Nicholas Rogers, penulis Halloween: From Pagan Ritual to Party Night, mengatakan bahwa orang-orang telah berhenti merayakan Samhain, jauh sebelum "Setanisme" digaungkan.

"Setanisme pada dasarnya adalah ciptaan Kristen," katanya. "Tidak sesuai dengan politeisme Celtic kuno."

Sedangkan Henry Kelly, seorang profesor bahasa Inggris di UCLA dan penulis buku Satan: A Biography, menekankan bahwa Halloween seharusnya dipahami sebagai hasil dari cerita rakyat Abad ke-18 di Skotlandia dan Irlandia, yang diwariskan turun-temurun.

4. Labu Kuning dan Tipuan Iblis

Kontes Mengukir Labu di Laut
Para penyelam memperlihatkan labu ukiran mereka saat Kontes Mengukir Labu Bawah Air di Cagar Alam Laut Nasional Florida Keys, Minggu (14/10). Kontes menyambut Halloween ini berhadiah trip dive bersama Florida Keys. (Frazier Nivens/various sources/AFP)

Halloween identik dengan labu kuning yang diukir menyerupai pola Jack O' atau jack-o'-lantern. Namun jack-o'-latern sesungguhnya diukir dari lobak dan membawa lilin untuk mewakili jiwa yang terperangkap di api penyucian, menurut Rogers.

Rogers, seorang sejarawan Halloween, menyampaikan bahwa orang-orang di Inggris terkadang membawa lobak saat "souling", yaitu ritual dengan menyambangi beberapa rumah di sekitar tempat tinggal untuk meminta makanan sebagai imbalan doa bagi sanak famili yang meninggal.

Salah satu kisah populer di balik asal-usul jack-o'-lantern bermula dari mitos Irlandia, tentang "Stingy Jack" yang ditipu iblis saat berada di surga.

Setelah membuat marah Tuhan karena menuruti permintaan setan, Jack akhirnya diusir dari surga dan dipaksa untuk berjalan di muka Bumi. Ia hanya dibekali dengan bongkahan batu bara yang terbakar di ukiran lobak untuk membimbingnya.

5. Kisah 'The Legend of Sleepy Hollow'

Universal Studio Singapura
Seorang wanita mengenakan kostum menyeramkan saat preview media 'Halloween Horror Nights' di Universal Studio, Singapura, Senin (24/9). Kali ini Universal Studio Singapura mengusung tema Infinit Fear untuk menguji nyali pengunjung. (AFP/Roslan RAHMAN)

Kisah tentang The Legend of Sleepy Hollow disebut sebagai salah satu kisah Halloween paling terkenal.

Sleepy Hollow adalah sebuah desa di Lembah Hudson, New York. Sebelumnya, tempat ini bernama North Tarrytown, namun diubah pada tahun 1996 demi mewujudkan destinasi wisata menyeramkan.

Panduan perjalanan Fodor's, mengatakan bahwa tidak ada tempat yang lebih baik untuk merayakan Halloween selain Sleepy Hollow.

"Satu-satunya masalah ialah The Legend of Sleepy Hollow tidak ada hubungannya dengan Halloween," menurut Kelly, profesor UCLA.

Cerita tersebut tak pernah menyebutkan Halloween, yang tidak dikenal luas atau dirayakan di Amerika ketika Washington Irving menulis cerita pendek The Legend of Sleepy Hollow.

Akan tetapi, Brian Jay Jones, penulis Washington Irving: An American Original, mengatakan ini adalah kisah Halloween yang klasik, semuanya sama.

"Irving menggabungkan cerita rakyat Jerman dan Belanda untuk menciptakan kisah horor Amerika pertama yang nyata," kata Jones.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya