Liputan6.com, California - Seorang gadis remaja di Davis, California, Amerika Serikat, dilaporkan memanggang abu neneknya untuk dijadikan bahan adonan kue kering. Tak hanya itu, dia juga menyuguhkan kue tersebut kepada teman-teman sekelasnya untuk disantap bersama di sekolah.
Pelaku yang merupakan murid di Da Vinci Charter Academy itu kini ditahan polisi untuk diselidiki. Pihak sekolah maupun Davis Joint Unified School District memilih bungkam terkait kasus tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Menurut berita yang dimuat di FOX40, laporan bermula saat ada seorang anak laki-laki --yang juga merupakan siswa sekolah menengah tersebut-- menghampiri kantor FOX40 untuk memberitahu tentang kejadian itu. Ia datang bersama keluarganya dan mengisahkan kronologinya.
"Gadis ini berkeliling di dalam kelas dan memberitahu semua orang bahwa dia membuat kue-kue tersebut dengan abu neneknya," kata remaja lelaki yang tidak mau disebutkan namanya itu kepada FOX40, seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (19/10/2018).
Departemen Kepolisian Davis, Kepala Sekolah Tyler Millsap dan pejabat dari Davis Joint Unified School District tidak segera menanggapi permintaan Newsweek untuk memberikan komentar.
Akan tetapi, polisi yang menyelidiki insiden itu menyebut, tak ada hal aneh setelah teman-teman pelaku mengonsumsi kue kering tersebut.
"Saya belum mendengar ada yang sakit atau ada yang dirugikan, baik fisik maupun fisiologis," kata Letnan Polisi Davis, Paul Doroshov, kepada CBS13.
"Tim investigasi kini telah menyita sampel kue kering untuk diuji di laboratorium kepolisian," dia menambahkan.
Menurut WCMH, setidaknya sembilan siswa dilaporkan telah menelan kue kering abu jenazah itu. Adapun dua di antaranya diduga terlibat dalam proses pembuatan kue.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perusahaan Ini Sediakan Jasa Tabur Abu Jenazah di Atmosfer Bumi
Sementara itu, dua mahasiswa lulusan Sheffield University memungkinkan manusia mengirimkan abu jenazah orang-orang tercinta ke angkasa luar dan menaburnya di atmosfer Bumi, dengan menggunakan balon berbahan latex berisi gas yang lebih ringan dari udara.
Cara kerjanya adalah dengan mengirimkan abu jenazah ke ketinggian 33 kilometer, yakni berada di lapisan stratosfer. Balon pembawa abu tersebut kemudian meledak di ketinggian tersebut.
Dikutip dari Daily Mail, Jumat 6 Oktober 2017, perjalanan itu direkam dengan kualitas gambar tinggi sebagai kenang-kenangan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Penggagasnya, Dr Chris Rose dan Dr Alex Baker, mengatakan bahwa abu tersebut akan menyebar secara merata di atmosfer Bumi setelah meledak di stratosfer.
"Banyak generasi pertama penggemar angkasa luar yang tergila-gila dengan penerbangan antariksa dan tak pernah mengalami sensasi melihat Bumi dari ketinggian. Car itu memenuhi impian mereka untuk melakukan penerbangan antariksa," ujar Rose dalam Dragon's Den BBC bulan lalu.
"Layanan baru kami memungkinkan keluarga mendapat kesempatan untuk memenuhi impian orang-orang terkasih mereka."
"Pada dasarnya, kita semua adalah stradust -- serbuk bintang, jadi ini merupakan penghormatan yang pantas bagi mereka yang hidup pada awal era penjelajahan antariksa," imbuh Rose.
Keduanya menolak tawaran pendanaan Dragon's Den. Namun, mereka mengatakan, perusahaannya dapat menghasilkan 500.000 pound sterling jika 0,2 persen warga Inggris menggunakan layanan tersebut.
Perusahaan mereka, Ascension Flights, telah mendekati penyedia pemakaman. Mereka juga menggandeng Otoritas Penerbangan Sipil sehingga balon-balon tersebut tak masuk ke wilayah yang digunakan oleh pesawat komersial.
Layanan seharga 795 pound sterling atau sekitar Rp 14 juta itu telah dilakukan untuk kali pertama pada November 2017.
Advertisement