Semenanjung Krimea Memanas, Presiden Ukraina Minta NATO Kirim Kapal Militer

Menanggapi kondisi yang semakin memanas di Semenanjung Krimea, Ukraina meminta NATO mengirimkan kapal militer. Untuk apa?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Nov 2018, 10:32 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2018, 10:32 WIB
Presiden Ukraina Petro Poroshenko (kiri) dan istrinya Maria (kanan), memberikan suara di tempat pemungutan suara selama pemilihan presiden di Kiev, 25 Mei 2014. (AP/SergeiChuzavkov)
Presiden Ukraina Petro Poroshenko (kiri) dan istrinya Maria (kanan), memberikan suara di tempat pemungutan suara selama pemilihan presiden di Kiev, 25 Mei 2014. (AP/SergeiChuzavkov)

Liputan6.com, Kiev - Presiden Ukraina Petro Poroshenko mendesak NATO untuk mengirimkan kapal militer ke Laut Azov, menyusul ketegangan dengan angkatan laut Rusia di Selat Kerch, tidak jauh dari Semenanjung Krimea yang dianeksasi Moskow pada 2014.

Poroshenko mengatakan kepada surat kabar Bild dari Jerman, bahwa dia berharap kapal-kapal NATO dapat dikirim untuk membantu Ukraina menjaga keamanan di wilayah konflik terkait.

Di sisi lain, sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis (29/11/2018), NATO telah menyatakan "dukungan penuh" untuk Ukraina, yang sejatinya bukan negara anggota.

Di tengah hubungan yang memburuk pada hari Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Poroshenko menciptakan "provokasi" angkatan laut untuk meningkatkan popularitasnya menjelang pemilu 2019.

Di saat bersamaan, Poroshenko menetapkan undang-undang darurat militer di wilayah perbatasan Ukraina selama 30 hari sebagai tanggapan atas krisis tersebut.

Dalam wawancara dengan Bild, Poroshenko mengatakan, Vladimir Putin ingin menduduki Laut Azov.

"Jerman adalah salah satu sekutu terdekat kami, dan kami berharap bahwa negara-negara NATO sekarang siap untuk merelokasi kapal-kapalnya ke Laut Azov guna membantu Ukraina dan memberikan keamanan," katanya.

"Kami tidak bisa menerima kebijakan agresif Rusia ini. Pertama, Krimea, kemudian timur Ukraina, sekarang dia menginginkan Laut Azov. Jerman juga harus bertanya pada dirinya sendiri: Apa yang akan dilakukan Putin selanjutnya jika kita tidak menghentikannya?"

Pada Senin 26 November, kepala NATO Jens Stoltenberg meminta Rusia untuk membebaskan kapal dan pelaut Ukraina dan mengatakan Moskow harus menyadari "konsekuensi dari tindakannya".

Dia mengatakan blok keamanan Atlantik Utara itu akan terus memberikan "dukungan politik praktis" ke Ukraina, yang merupakan negara mitra NATO.

Adapun NATO tidak segera menanggapi pernyataan terbaru Poroshenko.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Dituduh Melanggar Wilayah Perbatasan

Tiga kapal Ukraina ditahan oleh militer Rusia di bawah jembatan Selatan Kerchc, Minggu 25 November 2018 (AP Photo)
Tiga kapal Ukraina ditahan oleh militer Rusia di bawah jembatan Selatan Kerchc, Minggu 25 November 2018 (AP Photo)

Setidaknya tiga pelaut Ukraina terluka ketika penjaga perbatasan FSB Rusia menembaki dua kapal perang yang dituduh melanggar wilayah perbatasan di sekitar perairan Semenanjung Krimea.

Kapal-kapal angkatan laut telah berlayar dari Odessa ke Mariupol, sebuah pelabuhan Ukraina di laut Azov, ketika mereka dihadang oleh kapal FSB.

Padahal, kedua negara sepakat untuk berbagi laut dalam perjanjian tahun 2003, tetapi keputusan Rusia untuk membuka jembatan melintasi Selat Kerch tahun ini, telah memperparah ketegangan.

Ukraina mengatakan Rusia dengan sengaja memblok Mariupol dan pelabuhan lain, Berdyansk, serta mencegah kapal-kapal melewati Selat Kerch.

Sebanyak 24 pelaut Ukraina yang ditangkap oleh Rusia, kini didakwa hukuman penjara dua bulan dalam pra-sidang oleh pengadilan di Krimea.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya