Perang Dunia III Terjadi pada Akhir Tahun 2018? Ini Klaim Penjelajah Waktu

Seorang yang mengaku sebagai penjelajah waktu dari tahun 2043, secara sensasional mengklaim bahwa Perang Dunia III akan segera dimulai.

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Des 2018, 00:45 WIB
Diterbitkan 08 Des 2018, 00:45 WIB
Ilustrasi Jam Tangan
Ilustrasi jam tangan. (iStock)

Liputan6.com, Berlin - Seorang pria yang mengaku sebagai penjelajah waktu (time traveller), Michael Phillips, mengunggah video kontroversial ke media sosial. Di platform tersebut, ia mengklaim bahwa Korea Utara akan meluncurkan senjata nuklir yang dikerahkan kepada Amerika Serikat.

Phillips mengklaim, agen negara mengirimnya kembali ke tahun ini melalui mesin waktu. Ia menyebut, ini adaalah era saat alien kerap menampakkan wujudnya di Bumi.

"Halo, nama saya Michael dan saya punya banyak cerita (mengenai mesin waktu) yang akan saya sampaikan kepada Anda. Ya, saya adalah seorang penjelajah waktu," katanya dalam video itu, seperti dikutip dari Daily Star, Jumat, 7 Desember 2018.

Phillips mengklaim, ia lahir pada tahun 2043. Ia juga mengaku telah bergabung dengan unit pasukan khusus pada usia 18 tahun, sebelum akhirnya dipilih sebagai bahan percobaan untuk menjadi penjelajah waktu. Ia pun dikirim kembali ke masa lalu.

Laki-laki yang tidak diketahui kota asalnya itu menggambarkan bagaimana dunia akan terlihat dalam waktu 30 tahun. "Saya ingin membeberkan pada Anda tentang Korea Utara, karena mereka berusaha meluncurkan senjata nuklir ke Amerika Serikat --yang akan terjadi pada akhir tahun 2018. Itulah alasan saya membuat rekaman ini."

Ia melanjutkan, Korea Utara berusaha menyerang sejumlah wilayah di Negeri Paman Sam. Sebagai balasannya, AS mengirim dua rudal jelajah yang dipenuhi dengan senjata nuklir. Rudal ini akan diarahkan ke Pyongyang.

"Sayangnya, apa yang terjadi sebagai akibat dari pertempuran nuklir ini, Perang Dunia III bakal terwujud pada tahun 2019 nanti. Dimulai dari akhir tahun 2018 ini. Itu bukan tentang perang tanpa batas, tidak berskala besar seperti Perang Dunia I atau Perang Dunia II, namun saya harus mencoba menghentikannya. Saya tidak ingin ada korban jiwa," akunya.

Selain itu, Phillips juga mengklaim bahwa dunia akan mengalami sejumlah bencana alam dahsyat. Akan tetapi di satu sisi, ia membocorkan 'kabar' bahagia. Pada tahun 2025, manusia akhirnya bisa menginjakkan kakinya di Planet Mars, dengan menumpangi roket SpaceX.

Kendati demikian, semua ucapan Phillips terkait belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Awal pekan ini, seorang yang mengaku sebagai penjelajah waktu, telah menjalani tes pendeteksi kebohongan. Ia dinyatakan lulus dalam ujian tersebut. Dalam pernyataannya, laki-laki itu berkata bahwa ia telah disiksa karena mengungkap rahasia dunia.

Lelaki bernama Noah itu pertama kali muncul di Apex TV untuk menyampaikan ramalan mengejutkan kepada orang-orang di muka Bumi, salah satunya ialah Armageddon. Noah menyebut, kecerdasan buatan atau AI akan mengambil alih dunia dalam waktu dekat.

Dia juga mengungkapkan bahwa Donald Trump akan terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat untuk periode kedua.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Donald Trump: Saya Menyukai Kim Jong-un dan Akan Memenuhi Keinginannya

Keakraban Donald Trump dan Kim Jong-un Saat Berjalan di Taman
Suasana saat Presiden AS Donald Trump (kiri) dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berjalan di taman Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Trump dan Kim optimis bahwa KTT akan sukses. (Anthony Wallace/Pool/AFP)

Di balik prediksi Phillips yang memperkirakan kemelut antara Amerika Serikat dan Korea Utara, faktanya saat ini Presiden Donald Trump justru tengah berupaya menggandeng Kim Jong-un terkait denuklirisasi.

Donald Trump mengatakan ingin agar pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tahu bahwa dia menyukainya, dan akan memenuhi keinginannya.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Minggu 2 Desember, mengutip pertemuan dengan Trump di KTT G20 Argentina, sehari sebelumnya.

Moon, yang berharap segera menyambut kunjungan perdana Kim Jong-un ke Seoul, seperti yang disetujui awal tahun ini, mengatakan Trump telah memintanya untuk menyampaikan pesan di atas.

"Pesannya adalah bahwa Donald Trump memiliki pandangan yang sangat baik terhadap Kim Jong-un, dan dia menyukainya," kata Moon kepada wartawan dalam penerbangan ke Selandia Baru, di mana dia memulai kunjungan kenegaraan tiga hari sejak Minggu.

"Karena itu, dia meminta saya untuk memberi tahu Ketua Kim bahwa dia ingin menerapkan sisa perjanjian mereka bersama, dan dia akan memenuhi keinginan Ketua Kim," lanjutnya sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin, 3 Desember 2018.

Beberapa pengamat menduga pernyataan di atas merupakan lanjutan dari "tanggapan setengah bergurau" oleh Trump, terhadap kegiatan saling bertukar surat yang mereka lakukan pada September lalu.

Saat itu, Trump mengatakan bahwa surat yang dikirim Kim "sangat indah" dan selanjutnya berujar: "Kami (seperti) saling jatuh cinta, kan?"

Trump, yang bertemu Kim di Singapura pada bulan Juni, mengatakan pada Sabtu 1 Desember 2018, bahwa dirinya kemungkinan akan kembali bertemu pemimpin Korea Utara pada Januari atau Februari, dengan tiga lokasi yang sedang dipertimbangkan.

"Kami sangat akrab," kata Trump di dalam kabin Air Force One. "Kami memiliki hubungan yang baik."

Trump menambahkan bahwa pada titik tertentu ia akan mengundang Kim Jong-un ke AS.

Kim dan Trump berjanji pada pertemuan pertama mereka untuk bekerjasama menuju denuklirisasi, meskipun kedua belah pihak sejak itu membuat sedikit kemajuan.

Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu --setelah pertemuan Trump dengan presiden China Xi Jinping-- bahwa mereka dan Kim akan berusaha "untuk mengupayakan Semenanjung Korea yang bebas nuklir".

Pernyataan itu turut mengutip Xi dan Trump "setuju bahwa kemajuan besar telah dibuat sehubungan dengan Korea Utara".

Trump telah sering menggambarkan hubungan pribadi yang hangat dengan Kim, dengan alasan bahwa ini akan membantu mencapai terobosan diplomatik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya