Pemerintah China Larang Perayaan Pernikahan Ekstrem, Seperti Apa?

Pemerintah China mengeluarkan aturan baru terkait pernikahan. Tidak boleh terlalu mewah, dilarang kelewatan.

oleh Elin Yunita KristantiHappy Ferdian Syah Utomo diperbarui 09 Des 2018, 09:31 WIB
Diterbitkan 09 Des 2018, 09:31 WIB
Pernikahan Nikah Menikah
ilustrasi Foto Pernikahan (iStockphoto)

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China mengeluarkan aturan baru terkait pernikahan --yang dianggap sebagai salah satu momentum paling penting dalam kehidupan seseorang. Alasannya, untuk menghentikan tren pesta perkawinan yang kian mewah dan keisengan saat pre-wedding yang menjurus ke kekerasan dan pelecehan seksual.

Pihak pemerintah beralasan, pernikahan modern terlalu 'ekstrem' dan bertentangan dengan nilai-nilai China dan sosialis.

Yang dimaksud dengan pernikahan ekstrem adalah pesta mewah, hadiah super-mahal, 'harga pengantin' yang tinggi -- yang semuanya mengacu pada segala bentuk harta benda yang diberikan keluarga pengantin pria ke mempelai perempuan.

Berdasarkan sejumlah laporan, aparat China berniat mengendalikan 'harga pengantin', membatasi nilai hadiah pernikahan juga jumlah tamu.

"Seperti di Jinan, di China Timur. Mereka menerapkan etiket pernikahan yang sederhana dan pantas, yang bertujuan membentuk tren sosial yang baik, yang mendorong ketekunan dan penghematan, serta menentang kemewahan berlebih serta pemborosan," demikian dikutip dari AsiaOne, Sabtu (8/12/2018).

Sementara itu, seperti dikutip dari BBC News, sama seperti di negara lain, para mempelai di China seakan bersaing dengan tetangga dan teman soal pernikahan.

Itu berarti, pesta mewah digelar, pakaian berharga selangit, foto pre-wedding di luar negeri. Semua harus lebih wah, tak peduli biayanya. Para tamu juga diharapkan membawa hadiah yang mahal.

"Kementerian Urusan Sipil mengutuk pesta pernikahan yang mewah dan boros dan membuat tuntunan yang jelas menuju pernikahan yang lebih sederhana dan moderat," demikian dikabarkan kantor berita Xinhua.

Upacara pernikahan, menurut pihak pemerintah, harus mengintegrasikan nilai-nilai sosialis dan budaya tradisional China. "Untuk melawan tren dan nilai yang keliru agar menjadi teladan dalam masyarakat."

"Pihak berwenang akan mengatur pedoman tentang proses pernikahan dan jumlah hadiah uang tunai," kata pejabat kementerian Yang Zongtao dalam sebuah wawancara.

Tak hanya pesta pernikahan terlampau mewah, pemerintah juga berupaya menghentikan keisengan terhadap calon pengantin yang dirasa kelewatan bahkan membahayakan.

Keisengan tersebut terkait dengan ritual naohun atau 'pesta bujang' yang diyakini bisa mengusir roh jahat.

Sayangnya, pada praktiknya, ritual tersebut kelewat batas, menjurus ke kekerasan dan pelecehan. Seperti yang terjadi pada Ai Guangtao, calon mempelai pria di China.

 

Tertabrak Mobil

Ilustrasi Pernikahan
Ilustrasi Pernikahan (iStockPhoto)

Ai Guangtao mengalami cedera akibat tertabrak mobil. Saat kejadian, pemuda 24 tahun itu sedang berusaha kabur dari keisengan teman-temannya.

Calon mempelai yang bakal segera melepas masa lajangnya itu jadi bulan-bulanan. Teman-temannya melempari pemuda itu dengan telur, menyiramkan bir juga tinta ke tubuhnya, mengikatnya dengan tali plastik ke tiang listrik dan memukulinya dengan bilah bambu.

Seperti dikutip dari Guiyang Evening News, Ai kabur dengan badan penuh tinta, hanya mengenakan celana dalam, dari rumah calon istrinya. Ia sudah tak tahan dan berusaha lari dari teman-temannya yang terus mengejar.

Namun, di jalan raya dekat rumahnya, ia mengalami kecelakaan.

"Hanya melihatnya saja sudah menyakitkan," kata bibi korban, Chen Xiaomin. "Ia tersudut di pojokan sebelah jalan raya. Tak ada cara lain untuk lari," kata dia.

Ai ditabrak mobil yang melintas setelah melompati pembatas jalan raya. Chen dan teman-teman korban segera menghentikan ambulans yang kebetulan lewat.

Menurut diagnosis dokter, ia mengalami retak tengkorak dan pendarahan di otak.

"Mereka yang ambil bagian dalam pesta bujang adalah teman-teman baik Ai. Namun, tingkat mereka menyakiti seluruh keluarga karena pernikahan yang harusnya menyenangkan berubah menjadi sebuah tragedi," tambah dia. 

Dalam ritual tersebut, seringkali calon pengantin perempuan dipaksa untuk meniru hubungan seksual dengan pasangannya. 

Sementara pengiring pengantin mengalami pelecehan seksual termasuk sentuhan. Dalam beberapa kasus, bahkan orang tua mempelai menjadi sasaran lelucon. Misalnya, dipaksa memakai kostum yang memalukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya