Demi Tingkatkan Angka Kelahiran, Korea Selatan Berikan Insentif untuk Orang Kaya

Korea Selatan dikabarkan akan memberi insentif kepada orang kaya untuk menaikkan angka kelahiran di sana.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 10 Des 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2018, 07:00 WIB
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)

Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan telah menghabiskan 136 triliun won (setara Rp 1,7 triliun) sejak 2005, untuk mencoba meningkatkan angka kelahiran, namun belum juga membuahkan hasil signifikan.

Dalam upaya terbaru untuk membalikkan tren penurunan angka kelahiran, Korea Selatan pada Jumat 7 Desember, mengumumkan akan memperluas insentif kepemilikan anak --hingga 300.000 won (setara Rp 3,8 juta) per bulan-- ke 10 persen keluarga kaya, yang saat ini dikecualikan.

Selain itu, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Minggu (9/12/2018), mulai akhir tahun depan, orang tua yang memiliki anak-anak di bawah usia 8 tahun, akan mendapat pengurangan satu jam kerja setiap hari, untuk merawat buah hati mereka.

Kebijakan baru itu juga menyebut pemberian hak cuti melahirkan bagi pria akan meningkat, dari yang awalnya tiga hari, menjadi 10 hari.

Ditambahkan oleh Kementerian Sosial Korea Selatan, bahwa dalam beberapa tahun ke depan, juga akan dibangun lebih banyak pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak, guna menyelaraskan dinamika kehidupan modern yang sibuk dan pentingnya pengasuhan.

"Paket ini fokus untuk memberikan harapan kepada orang yang berusia 20-an sampai usia 40-an, dan memastikan bahwa kualitas hidup mereka tidak memburuk ketika memilih untuk menikah dan melahirkan," kata Kim Sang-hee, wakil ketua gugus tugas nasional untuk mengatasi tingkat kelahiran yang rendah.

 

Simak video pilihan

 

Tingkat Kesuburan Nasional Menurun

Kelahiran Bayi
Ilustrasi Foto kelahiran Bayi (iStockphoto)

Korea Selatan mengeluarkan sejumlah langkah pada pekan ini, untuk mencoba membalikkan salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia.

Tingkat kesuburan negara itu --didasarkan pada jumlah kelahiran anak perempuan-- turun menjadi 0,95 pada kuartal ketiga tahun ini, pertama kali turun di bawah batas poin 1 dan jauh di bawah 2,1, yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas kependudukan.

Akibatnya, populasi ekonomi terbesar ke 11 di dunia itu, yang berjumlah 51 juta jiwa, diperkirakan mulai menurun drastis pada 2028 mendatang.

Ada banyak penyebab, termasuk biaya membesarkan anak, jam kerja yang panjang, tempat penitipan anak yang terbatas, dan kemunduran karier bagi ibu yang bekerja, yang menanggung beban ganda dalam menanggung beban pekerjaan rumah tangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya