Ilmuwan Australia: Pelihara Ayam di Belakang Rumah Bisa Jadi Bom Waktu

Hewan yang dianggap membawa risiko wabah penyakit apabila dipelihara di belakang rumah adalah ayam, babi atau kambing.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 09:01 WIB
Ilustrasi ayam
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Canberra - Para pakar penyakit menular di Australia mengatakan, semakin meningkatnya kebiasaan warga memelihara ternak hewan di belakang rumah berpotensi menjadi bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Dikutip dari laman ABC Indonesia, Jumat (14/12/2018) Direktur penelitian lembaga penelitian utama di Australia CSIRO untuk Kesehatan dan Biosecurity Paul De Barro mengatakan, ada risiko yang semakin besar bahwa ayam, babi atau kambing yang dipelihara bisa menjadi pembawa wabah penyakit yang mematikan manusia.

Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan kota, terpapar hewan liar, seperti kelelawar, yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

"Perubahan iklim juga dianggap sebagai sebuah faktor pemicu, di mana kita menyaksikan hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka misalnya kelelawar terbang yang menjadi semakin sering dijumpai di perkotaan - 50 tahun yang lalu, hal itu tidak dijumpai."

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko dari kemungkinan penyebaran dari hewan ke manusia semakin meningkat."

Wabah Sulit Diprediksi

Menurut Dr. de Barro, resiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Dikatakannya misalnya ada wabah flu burung, pihak berwenang di Australia tidak akan tahu siapa yang memiliki ayam, atau di mana, karena tidaknya pendaftaran kepemilikan hewan di sini.

Sehingga katanya usaha membendung wabah penyakit itu tidak mungkin terjadi.

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan mereka akan terjadi, kita tidak tahu frekuensinya dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban namun mungkin ratusan orang mati."

Menurut Dr de Barro, para ilmuwan juga sampai sekarang belum memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan dan kemudian ke manusia.

"Pengawasan yang kita miliki untuk penyakit-penyakit yang disebarkan oleh hewan ke manusia ini belum memadai." kata Dr de Barro.

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, atau dalam kondisi apa, virus seperti Hendra bergerak dari kelelawar menular ke kuda lalu menular ke manusia, jadi sulit untuk membuat prediksi seputar kemungkinannya."

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ada di Sekitar Kita

Ingin Bugar, Pria Ini Ajak Jalan Ayam-Ayamnya Setiap Hari
Ilustrasi ayam (pixabay.com)

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko, kata Dr De Barro.

"Kami tidak benar-benar tahu penyakit apa yang ada pada burung asli, marsupial, kelelawar," katanya.

"Dan kami tidak memantau frekuensi penyakit-penyakit ini, jadi saya tidak bisa menjelaskan apakah penumpukan virus pada hewan tertentu di pinggiran kota tertentu."

Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya