Liputan6.com, Washington DC - Menantu Donald Trump, sekaligus penasehat senior Gedung Putih, Jared Kushner, diisukan berada di daftar potensial calon kepala staf presiden Amerika Serikat (AS) berikutnya, demikian laporan media-media Negeri Paman Sam pada Kamis 13 Desember
Menurut Huffington Post, yang pertama kali melaporkan isu itu, Kushner dikabarkan telah bertemu dengan pemimpin Partai Republik untuk membahas pekerjaan terkait.
"Saya kurang tahu bahwa dia (Kushner) sedang dalam pertimbangan, tetapi saya pikir kita semua di sini akan segera mengetahuinya. Dia hebat dalam peran apa pun yang ditunjuk oleh presiden," kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih menanggapi, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Jumat (14/12/2018).
Advertisement
Baca Juga
Donald Trump dikabarkan telah berupaya mencari calon kepala staf yang sesuai dengan kriterianya, setelah John Kelly --yang merupakan pensiunan jenderal-- mengumumkan turun dari jabatan itu pada akhir tahun.
Sementara itu, Nick Ayers --kepala staf untuk Wakil Presiden Mike Pence-- diisukan sebagai kandidat terfavorit untuk menggantikan Kelly. Tetapi, kemudian dia mengumumkan tidak akan masuk dalam bursa calon.
Begitu juga Mark Meadows, seorang politikus Republik dari North Carolina yang mengepalai Kaukus Kebebasan di parlemen AS, sempat menunjukkan minat besar sebelum akhirnya menarik diri dari pencalonannya.
Donald Trump belum berkomentar apapun tentang hal ini, meski pemberitaan tentangnya mulai tersebar luas.Â
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Peran Penting Kushner
Oleh para pengamat, Jared Kushner dinilai sebagai pemain kunci dalam negosiasi dengan Kanada dan Meksiko, untuk mempertahankan pakta perdagangan bebas antara negara-negara di wilayah Amerika Utara.
Dia juga telah memimpin upaya untuk menyusun rencana perdamaian Timur Tengah, yang menurut pemerintahan Trump akan diumumkan pada awal 2019.
Pria berusia 37 tahun itu juga membina hubungan dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang dituduh memainkan peran dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, sebuah kasus yang mengguncang hubungan kerajaan Teluk itu dengan Barat.
Kritikus menilai bahwa kabar Kushner sebagai calon potensial memicu risiko nepotisme, terutama jika mengingat bahwa menantu Trump itu baru memiliki pengalaman politik yang singkat.
Seperti mertuanya, Kushner meninggalkan bisnis properti di New York untuk menjadi salah satu pemain politik paling kuat di Washington.
Advertisement