Mantan Karyawan Amazon Klaim Kirim Teror ke Donald Trump

Eks karyawan tersbut mengkau telah mengirim ancaman bom kepada Donald Trump dan beberapa mantan presiden AS.

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Jan 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2019, 10:00 WIB
Mantan Karyawan Amazon
Mantan karyawan Amazon, Kao Xiong, yang mengaku meneror Donald Trump lewat sebuah surat. (Foto oleh US District Court)

Liputan6.com, Washington DC - Mantan karyawan Amazon, Kao Xiong, mengaku telah mengirimkan lebih dari 150 surat teror bom sejak Januari 2017 kepada Donald Trump. Selain itu, ia juga menyasar beberapa mantan presiden Amerika Serikat, agen FBI, Bandara Internasional Dallas/Fort Worth (DFW) dan sejumlah individu.

Pengadilan federal menyebut, surat-surat dari pria 34 tahun itu berisi ancaman kematian, bom, pemerasan, serta munculnya kelompok yang ia sebut Unstoppable Force atau "Kekuatan Tak Terhentikan".

"Bom pipa, Semua orang akan mati," tulis Xiong yang berasal dari Oroville, California itu dalam satu surat yang dikirim ke kantor bandara DFW di Texas, menurut catatan pengadilan yang dikutip oleh Liputan6.com dari South China Morning Post pada Sabtu (5/1/2019).

Xiong telah menjalani sidang di pengadilan federal Sacramento dan mengaku bersalah atas tindakannya tersebut. Oleh karena itu, ia terancam hukuman penjara maksimum 10 tahun.

Meski demikian, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa Xiong pernah merakit bom pipa atau alat peledak apa pun. Ia juga mengatakan kepada penyelidik bahwa ia tidak memiliki akses ke pelatihan pembuatan bom atau niat untuk melukai orang-orang.

Xiong, untuk sementara, dijadikan tahanan rumahan sambil menunggu putusan pengadilan federal pada bulan Maret, di bawah perjanjian pembelaan (plea agreement).

Dalam persidangan sebelumnya, tim jaksa penuntut di persidangan mengatakan Xiong mengancam keamanan publik dan membahayakan penerbangan. Akan tetapi, hakim federal memutus bebas dengan uang jaminan.

Dalam putusan itu, Xiong diperintahkan agar mengembalikan paspor dan menggunakan gelang kaki khusus untuk memonitor selama dia bebas.

"FBI memantau saya," tulis Xiong di akun Facebooknya, disertai foto mata kakinya yang mengenakkan gelang monitor.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kata Pengacara

Ledakan Bom Rakitan
Ilustrasi Foto Bom Rakitan (iStockphoto)

Pengacara Xiong, Tim Zindel, menyatakan bahwa ulah yang dilakukan oleh kliennya adalah refleksi dari penyakit mental yang diidapnya sejak lama. Ia juga pernah menjalani perawatan kesehatan jiwa.

Surat kabar Star Tribune di Minneapolis melaporkan, Xiong dalah seorang pengungsi Hmong yang lahir di sebuah kamp pengungsi Thailand pada tahun 1984. Ia lalu pindah ke AS pada tahun 1999 bersama orang tuanya dan tinggal di Minnesota.

Ia kemudian pindah ke kota Oroville, California, Amerika Serikat setelah pernikahannya hancur karena penyakit kejiwaan yang dideritanya.

Dokumen pengadilan menguak fakta bahwa Xiong berkali-kali mengirimkan surat ancaman tipuan, bahkan setelah ia diinterogasi secara terpisah oleh Secret Service dan agen FBI.

"Tahun lalu, surat tipuan atau ancaman itu terus dikirim olehnya setelah setiap interogasi," tulis dokumen pengadilan. "Perilaku Xiong semakin menjadi setelah FBI mewawancarainya terkait sejumlah surat ancaman yang kembali beredar, termasuk nama dan alamat kantor agen yang diwawancarai ... yang telah memberikan kartu nama Xiong kepadanya."

Teror tersebut diketahui ditujukan kepada mantan presiden AS, George W. Bush, Barack Obama dan Ronald Reagan (yang telah meninggal), serta Mall of America di Minnesota dan markas Yahoo.

Dua surat identik yang dikirim pada November 2017 ke Hmong TV di Minnesota dan kantor FBI di Boston menuntut pembayaran US$ 1 juta untuk dikirimkan ke restoran cepat saji McDonald's di Lyndale, Minnesota.

"Aku butuh satu juta dolar atau Donald Trump bakal mati," tulis Xion dalam surat-surat itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya