Menlu AS Tunjuk Elliot Abrams sebagai Utusan Khusus Amerika Serikat di Venezuela

Keputusan ini diumumkan oleh Pompeo pada Jumat, 25 Januari di Washington menjelang sidang khusus Dewan Keamanan PBB, Sabtu (26/1/2019).

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Jan 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2019, 14:00 WIB
Bendera Venezuela Antar Pemakaman Remaja yang Tewas Akibat Kerusuhan
Bendera negara Venezuela dibentangkan saat prosesi pemakaman Jose Francisco Guerrero di San Cristobal, Tachira State, Venezuela (19/5). (AFP/Luis Robayo)

Liputan6.com, Caracas - Menlu Amerika Serikat, Mike Pompeo telah menunjuk pakar kebijakan Luar Negeri Elliot Abrams sebagai utusan khusus AS untuk Venezuela yang bertugas membantu negara itu memulihkan kondisi demokrasi.

Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (26/1/2019), keputusan ini diumumkan oleh Pompeo, pada Jumat, 25 Januari di Washington menjelang sidang khusus Dewan Keamanan PBB hari ini.

Pompeo mengatakan bahwa semua negara haruslah mengakui ketua DPR Venezuela Juan Guaido sebagai pemimpin sementara Venezuela, seperti yang dilakukan AS.

Dia menyebut Presiden Nicolas Maduro sebagai seorang "diktator yang kejam" yang telah menyebabkan banyak kehancuran di negaranya.

Pompeo juga menyampaikan bahwa Amerika Serikat juga sangat berharap bahwa Venezuela akan bisa mengadakan pemilihan umum (Pemilu) yang bebas dan adil untuk memilih pemimpin yang baru.

Dia juga menegaskan para diplomat AS yang diusir oleh Maduro minggu ini akan terus dilindungi dan dijaga. Dikatakan pemerintah Amerika Serikat kini sedang mengambil semua tindakan untuk menjamin keamanan mereka.

Sementara itu, Kepala kantor urusan HAM PBB Michelle Bachelet, Jumat kemarin menyerukan supaya diadakan perundingan untuk menyelesaikan ketegangan di Venezuela, yang bisa dengan cepat menjadi tidak terkendali dan mengakibatkan konsekuensi gawat darurat.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pembicaraan untuk Redakan Situasi di Venezuela

Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)
Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Komisaris Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet telah menyerukan diselenggarakan pembicaraan untuk meredakan situasi di Venezuela, seraya menyatakan situasi di sana dapat berkembang cepat di luar kendali dengan konsekuensi yang mengerikan.

Bachelet juga meminta investigasi independen terhadap berbagai laporan yang menyebutkan bahwa pasukan keamanan Venezuela telah menewaskan 20 orang dan menahan lebih dari 350 orang dalam berbagai protes pekan ini.

Presiden Amerika Donald Trump dengan terang-terangan memperingatkan Presiden Venezuela Nicholas Maduro, pada Kamis, 24 Januari 2019. Bahwa "semua opsi tersedia" apabila tidak ada transisi damai menuju demokrasi di negara di Amerika Selatan itu.

Presiden Venezuela yang disengketakan itu mengatakan, ia mengakhiri hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat sebagai tanggapan atas pengumuman Trump yang secara resmi mengakui ketua parlemen nasional Juan Guaido sebagai pemimpin sementara Venezuela.

Guaido menyatakan diri sebagai presiden sementara dalam suatu demonstrasi besar-besaran.

Maduro memerintahkan para diplomat Amerika untuk meninggalkan Venezuela dalam 72 jam. Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan Maduro tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengeluarkan perintah.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya