Sanksi AS di Venezuela Ganggu Bisnis Minyak Rusia, Picu Intervensi Moskow?

Perusahaan minyak Rusia di Venezuela goyah setelah AS menjatuhkan sanksi, sinyal bagi intervensi Moskow?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Feb 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2019, 17:00 WIB
Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Bendera Rusia. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Liputan6.com, Moskow - Saat sanksi Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak negara Venezuela membuat harga 'emas hitam' bergejolak di pasar, ada satu perusahaan yang terdampak besar oleh hal tersebut daripada kebanyakan firma lain yang berbisnis dengan Caracas: mitra utamanya dari Rusia, Rosneft.

AS sebelumnya menjatuhkan sanksi kepada (Petroleos de Venezuela SA) PDVSA, perusahaan minyak negara Venezuela, menyusul langkah Washington DC yang mendukung pemimpin oposisi 'presiden interim' Juan Guaido dan mendesak agar presiden yang berkuasa sekarang, Nicolas Maduro, turun dari kursinya atas tuduhan menyebabkan krisis dan 'otoritarianisme' di negara Amerika latin itu.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin, berjanji untuk mendukung Venezuela, yang ia sebut sebagai "mitra strategis" Moskow di Amerika Selatan dan memperingatkan konsekuensi "bencana" jika Amerika Serikat mengirim bantuan militer kepada pemimpin oposisi.

Moskow juga menawarkan untuk menengahi antara pemerintahan "sah" Presiden Nicolas Maduro dan oposisi yang dipimpin 'presiden interim' Juan Guaido jika perlu.

CEO Rosneft, Igor Sechin secara pribadi mempelopori dukungan Rusia untuk pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan selama lima tahun terakhir, perusahaan minyak Negeri Beruang Merah itu telah menyalurkan lebih dari US$ 7 miliar di Venezuela, sebagian besar melalui pinjaman yang akan dibayar dalam pengiriman minyak mentah di masa depan, demikian seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (1/2/2019).

Rosneft adalah "salah satu investor internasional terbesar di Republik Bolivarian Venezuela," menurut laporan tahunannya, dan negara itu adalah salah satu investasi internasional terbesar perusahaan.

Penasihat Kepresidenan AS bidang Keamanan Nasional, John Bolton, dalam sebuah twit pada Rabu 31 Januari, mengimbau komunitas keuangan untuk tidak berdagang emas, minyak, atau komoditas Venezuela lainnya.

Ketika pemerintahan Trump meningkatkan tekanan ekonomi pada Maduro, taruhan besar minyak Rosneft berada di bawah tekanan.

"Situasi politik yang sulit diprediksi, yang terjadi di Venezuela hari ini, berdampak pada hubungan antara negara, hubungan antara perusahaan," Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Kozak, yang bertanggungjawab pada sektor energi, mengatakan pada Rabu 31 Januari 2019. "Maka, konyol untuk menyangkal risiko."

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan di Moskow pada hari Rabu bahwa sanksi AS terhadap PDVSA adalah "ilegal" dan "melanggar hukum internasional dan mengganggu kegiatan ekonomi" Rosneft, perusahaan yang beroperasi di Venezuela.

 

Simak video pilihn berikut:

Saham Rosneft di PDVSA

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak
Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rosneft memiliki saham di lima proyek minyak darat di Venezuela, yang dimiliki bersama dengan Petroleos de Venezuela SA (PDVSA), serta dua proyek gas lepas pantai.

Proyek-proyek minyak menghasilkan 8,06 juta ton pada tahun 2017, di mana bagian Rosneft adalah 3,14 juta ton, atau sekitar 60.000 barel per hari --sekitar 1,3 persen dari produksi minyak mentah perusahaan Rusia, menurut laporan Bloomberg.

Pinjaman yang diberikan Rosneft kepada perusahaan minyak negara Venezuela jauh lebih signifikan secara finansial bagi perusahaan Rusia.

Pada tahun 2014, Rosneft memberikan uang muka sebesar US$ 4 miliar kepada PDVSA sebagai imbalan atas pengiriman minyak di masa depan; pada 2016-17, perusahaan Rusia itu menambah US$ 2,5 miliar dari total sebelumnya.

Yang pasti, bisnis Rosneft di Venezuela sejauh ini menguntungkan.

Firma itu berinvestasi di negara pada saat sebagian besar perusahaan minyak lainnya tidak berani. Investasi perusahaan di negara itu sejauh ini telah menuai hasil jauh melebihi tingkat target internal, menurut seseorang yang akrab dengan masalah tersebut.

PDVSA memasok minyak kepada Rosneft senilai US$ 1,9 miliar terhadap pinjaman pada tahun 2017, menurut perusahaan Rusia, dan memotong pokok pinjaman di bawah kesepakatan dengan US$ 1,5 miliar lebih lanjut dalam sembilan bulan pertama tahun 2018.

Analis memperkirakan bahwa total yang beredar saat ini adalah sekitar US$ 2,5 miliar hingga US$ 2,6 miliar.

"Sementara kekhawatiran seputar paparan Rosneft ke Venezuela kemungkinan akan bertahan selama ketidakpastian politik berlanjut, itu jauh kurang penting bagi perusahaan daripada 18 bulan lalu mengingat pembayaran signifikan yang dilakukan sejak saat itu," kata analis di UBS Group AG dalam sebuah catatan tertanggal 28 Januari 2019.

Rosneft Perpanjangan Tangan Rusia di Venezuela?

Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)
Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Investasi Rosneft di negara Amerika Selatan bukan hanya bisnis, namun juga bersifat 'pribadi' dan 'politis' bagi CEO Rosneft, Igor Sechin, yang telah lama mengambil peran utama dalam kebijakan Rusia terhadap Venezuela.

"Misi kami adalah mewujudkan impian dan rencana Chavez, bersama dengan Presiden Nicolas Maduro," kata Sechin dalam pidato persembahan kepada mantan presiden Venezuela Hugo Chavez, yang disampaikan dalam bahasa Spanyol pada tahun 2014.

Sekarang taruhan Sechin pada rezim Maduro terlihat kurang pasti.

Saham Rosneft turun paling banyak dalam tujuh minggu setelah AS mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara. Minggu ini seorang pejabat Rusia memperingatkan bahwa Venezuela dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi pembayaran ke Kremlin di bawah kesepakatan penjadwalan utang senilai US$ 3,15 miliar yang dicapai pada tahun 2017.

"Taruhan terbesar Sechin meledak di wajahnya," kata Maximilian Hess, analis risiko politik senior di AKE International.

Langkah pemerintah AS untuk mengakui Guaido sebagai kepala negara Venezuela, dan untuk menjatuhkan sanksi pada PDVSA, telah menimbulkan keraguan tentang masa depan investasi Rosneft di sana.

Beberapa pedagang minyak Eropa untuk sementara waktu berhenti berurusan dengan PDVSA sementara pengacara mereka mempertimbangkan apakah mungkin bagi entitas non-AS untuk terus membeli minyak mentah Venezuela.

Tidak jelas apakah sayap perdagangan Rosneft, yang menerima pengiriman minyak sebagai pembayaran atas pinjaman perusahaan, akan mengikuti jejak tersebut.

Sejauh ini Rosneft menolak berkomentar.

Pemerintah Rusia terus mendukung Maduro --meningkatkan kekhawatiran bahwa dalam skenario terburuk, Rosneft dapat kehilangan asetnya di Venezuela serta investasi pinjamannya.

Namun, perusahaan memiliki agunan untuk pinjamannya melalui 49,9 persen saham di lengan penyulingan PDVSA AS, Citgo Holding Inc.

Sementara sanksi akan mempersulit setiap langkah oleh Rosneft untuk menegakkan agunan itu --setelah politisi AS mengatakan mereka akan meneliti dengan cermat setiap langkah-- keberadaannya kemungkinan akan membuat perusahaan menjadi pemain yang tidak dapat dihindari dalam negosiasi keuangan apa pun, bahkan jika pemerintah Maduro akan jatuh.

"Terlepas dari apa pun yang terjadi di Venezuela, Rosneft memiliki kursi di meja," kata Hess. "Pada akhirnya, jika beberapa kesepakatan dapat dicapai untuk menyelamatkan posisi Rosneft, itu akan terbayar selama bertahun-tahun yang akan datang."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya