Mengenal Proyek Naga, Usaha China Kejar Aset di Australia

China berusaha mengejar asetnya yang diduga dilarikan ke Australia.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Feb 2019, 10:02 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2019, 10:02 WIB
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Canberra - China merekrut sejumlah mantan detektif polisi Australia untuk mengerjakan Proyek Naga (Project Dragon), sebuah usaha mengejar aset jutaan dolar yang diduga dilarikan ke Negeri Kanguru. Hal itu sebagaimana diwartakan oleh Program TV ABC Four Corners.

Proyek naga memiliki misi untuk menyita hasil kejahatan dari China yang ditransfer ke luar negeri. Bisa pula berupa dana resmi yang diduga dilarikan secara ilegal ke Kanada, Amerika Serikat dan Australia, sebagaimana dilansir dari ABC Indonesia pada Senin (18/2/2019).

Four Corners mendapatkan bukti yang menunjukkan bahwa aset atau dana ilegal yang berhasil dipulihkan harus dikembalikan ke China. Para detektif dan operator yang disewa kemudian mendapatkan komisi.

Dua mantan polisi di Gold Coast, Austin Whittaker dan Jason McFetridge, yang bekerja untuk proyek ini, menjelaskan strategi yang mereka jalankan cukup sederhana.

Austin Whittaker adalah mantan penyidik Kepolisian NSW, analis intelijen dan komando Angkatan Darat Australia.

Rekannya Jason McFetridge adalah mantan detektif Selandia Baru yang sekarang bekerja sebagai detektif swasta di Gold Coast.

Dalam operasinya, katanya, mereka berusaha menemui pemilik suatu aset dan menjelaskan bahwa mereka bekerja untuk pihak berwajib China.

"Kami bisa menjual aset itu, memulihkan kerugian dan mengembalikan uangnya ke China. Semua pihak senang," kata McFetridge.

Mereka mengidentifikasi adanya aset properti senilai 80 juta dolar AUD (sekitar Rp 800 miliar) di Gold Coast yang mereka duga sebagai hasil pencucian uang oleh warga China.

Aset-aset ini, katanya, umumnya terletak di kawasan mewah di tepi pantai daerah tujuan wisata Australia itu dan dalam kondisi kosong.

Meskipun bekerja untuk pemerintah asing, kedua mantan polisi mengaku bekerja dalam koridor hukum yang berlaku di Australia.

Simak pula video pilihan berikut: 

 

Pertama Kalinya Memakai Konsultan Swasta-Asing

Ilustrasi detektif
Ilustrasi detektif (iStock)

Pakar anti pencucian uang yang juga mantan menyidik Scotland Yard, Neil Jeans, menyebutkan upaya pihak berwajib China menggunakan konsultan swasta seperti ini baru pertama kalinya terjadi.

"Mereka harus sangat hati-hati. Salah satu tantangannya yaitu mereka harus bergerak di ruang yang amat sangat sempit," katanya.

Kedua detektif Australia itu sendiri menolak tudingan bahwa mereka menjalankan perintah dari negara asing.

"Kami tak bekerja secara langsung untuk Pemerintah China," ujar Whittaker.

Pemerintah China, katanya, menjalin kemitraan dengan pihak swasta, yang diberi mandat untuk mengejar uang yang dilarikan keluar dari China.

Dikatakan, mereka hanya terlibat dengan perusahaan pihak ketiga tersebut di Hong Kong.

Mantan perwira intel pada kepolisian Kanada Bill Majcher juga terlibat dalam Project Dragon.

Dia kini bekerja sebagai pimpinan EMIDR, sebuah perusahaan pemulihan aset yang berbasis di Hong Kong.

"Sepanjang klaimnya sah dan kita melakukannya secara sah dan benar, saya bisa disewa oleh perusahaan besar atau pemerintah mendapatkan kembali apa yang menjadi hak mereka," katanya.

Majcher berhati-hati ketika menggambarkan perannya dalam membantu Kementerian Keamanan Publik China.

Dia mengaku berhubungan dengan entitas yang terkait otoritas kepolisian di China. "Mandat mereka difokuskan pada kejahatan ekonomi, kejahatan keuangan, pencucian uang," katanya.

Sebelumnya di tahun 2015, China juga pernah menggelar Operation Sky Net yang bertujuan memulihkan dana dan menangkap para buron internasional, termasuk pejabat korup.

Majcher memperkirakan bisnis yang dijalankannya dalam pemulihan aset untuk China akan marak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya