Liputan6.com, Jakarta - Demi kemajuan teknologi di masa depan, peneliti terus berinovasi. Peluncuran sejumlah satelit dengan tujuan tertentu ke angkasa luar adalah salah satu upaya kemajuan teknologi dan mempermudah pekerjaan manusia di Bumi.
Baca Juga
Advertisement
Namun, ada sejumlah kesalahan dan permasalahan teknis yang membuat benda yang semula mengorbit Bumi ini tak berfungsi dan rusak.
Padahal, mereka menyimpan reaksi nuklir dan kandungan yang lain dan bisa saja sewaktu-waktu jatuh ke Bumi.
Seperti dikutip dari laman Listverse.com, Selasa (19/2/2019), berikut 5 benda yang mengorbit dan berbahaya bagi Bumi:
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
1. Tiangong-1
Tiangong-1 adalah stasiun ruang angkasa prototipe yang diluncurkan oleh pemerintah China pada tahun 2011.
Tiangong-1 memiliki misi dua tahun untuk menguji efek perjalanan ruang angkasa pada astronot dan kemampuan docking pesawat ruang angkasa lainnya.
Misi itu diperluas melampaui rencana semula sebelum akhirnya ditinggalkan karena operator stasiun di China mengklaim bahwa mereka tidak lagi dapat mengendalikannya.
Tiangong-1 memiliki berat mencapai 8.500 kilogram (19.000 pon), dan mampu menampung dua astronot sekaligus.
Meskipun sebagian besar stasiun terbakar di atmosfer setelah masuk kembali ke Samudra Pasifik pada awal April 2018, harapannya adalah bahwa mesin roket tidak akan terbakar. Meskipun pernah dikhawatirkan bahwa potongan utuh ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada struktur, hewan, dan manusia.
Advertisement
2. SNAP 10-A
Pada tahun 1965, Amerika Serikat meluncurkan SNAP 10-A ke ruang angkasa dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg. SNAP 10-A adalah satu-satunya satelit fisi nuklir yang diluncurkan ke luar angkasa oleh Amerika Serikat.
Itu dirancang sebagai pesawat ruang angkasa nuklir eksperimental yang mampu menghasilkan tenaga listrik 500 watt. Tujuan utamanya adalah untuk memantau bagaimana reaktor fisi nuklir berperilaku di ruang angkasa.
Sayangnya, reaktor nuklir hanya bekerja selama 43 hari, dan kemudian regulator tegangan catu daya gagal. Satelit mulai runtuh pada akhir 1970-an, dan sekitar 50 keping yang tersisa.
Selama proses penumpahan ini, sangat mungkin bahwa beberapa bahan radioaktif dilepaskan ke ruang angkasa.
3. Kosmos 1818
Pada tahun 1987, Uni Soviet meluncurkan Kosmos 1818, yang ditenagai oleh reaktor nuklir TOPAZ 1 (atau termionik). Tujuan dari Kosmos 1818 adalah sebagai satelit pengintai angkatan laut, atau RORSAT (Radar Ocean Reconnaissance Satellite).
Sayangnya, reaktor nuklir di Kosmos 1818 beroperasi hanya lima bulan sebelum ditutup. Pada tahun 1978, satelit serupa memasuki kembali atmosfer dan menabrak Bumi, menyebarkan materi radioaktif di Kanada. Kosmos 1818 ditempatkan di orbit tinggi untuk menghindari bencana serupa.
Namun, orbitnya yang tinggi juga berarti bahwa ia memiliki probabilitas tabrakan yang tinggi. Setiap tabrakan dapat mempercepat penurunan material yang mungkin terkontaminasi ke Bumi.
Advertisement
4. Kosmos 1867
Kosmos 1867 diluncurkan oleh Uni Soviet pada tahun 1987, pada tahun yang sama dengan kembarannya, Kosmos 1818.
Ia memiliki tujuan yang mirip dengan Kosmos 1818, tetapi Kosmos 1867 beroperasi selama 11 bulan sebelum ditutup.
Karena berada dalam orbit tinggi seperti kembar, Kosmos 1867 telah menyerah pada tekanan pemanasan matahari berulang. Akibatnya, tabung pendingin di atas reaktor nuklir satelit telah retak dan memungkinkan pelepasan logam cair ke ruang angkasa.
Â
5. Kosmos 1900
Kosmos 1900 adalah Satelit Aktif AS-A atau terkendali yang digunakan untuk misi RORSAT. Diluncurkan pada tahun 1987 oleh Uni Soviet, satelit itu terganggu sejak awal dan tidak pernah cukup mencapai orbit jelajah yang dirancangnya.
Setelah beberapa dorongan roket untuk mencoba mengoreksi orbitnya, satelit terus kehilangan ketinggian.
Selain itu, reaktor nuklir tidak berhasil masuk ke orbit penyimpanannya. Pada titik tertentu sebelum 1995, NASA menetapkan bahwa awan bahan radioaktif cair berasal dari satelit Kosmos 1900. NASA mengklaim bahwa kebocoran itu kemungkinan karena tabrakan dengan satelit lain.
Advertisement