Liputan6.com, Beijing - Pemerintah Arab Saudi dan China pada Jumat 22 Februari 2019, dikabarkan akan sepakat memasukkan bahasa Mandarin ke dalam kurikulum semua tahap pendidikan di sekolah dan universitas di seluruh Negeri Petrodolar.
Kesepakatan itu mengemuka selama pertemuan antara Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan delegasi tingkat tinggi China di ibu kota Beijing, dalam upaya untuk memperkuat persahabatan dan kerja sama bilateral, serta memperdalam kemitraan strategis di semua tingkatan antara kedua negara.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Arabnews.com pada Senin (25/2/2019), langkah ini bertujuan untuk memungkinkan kemitraan strategis yang komprehensif dalam mencapai aspirasi kepemimpinan Arab Saudi dan China.
Selain itu, dimasukkannya bahasa Mandarin ke dalam kurikulum pendidikan Saudi juga bertujuan memanfaatkan peluang hubungan jangka panjang bagi masyarakat kedua negara.
Situs berita bahasa Inggris milik pemerintah China, Global Times, menyebut kerjasama bahasa itu berpeluang meningkatkan keragaman pengetahuan budaya di Arab Saudi, sekaligus berkontribusi pada pencapaian tujuan nasional di bidang pendidikan untuk Visi 2030.
"Pengenalan bahasa Mandarin ke dalam kurikulum (pendidikan) adalah langkah penting menuju terbuka luasnya cakrawala akademik baru bagi siswa dari berbagai tingkat pendidikan di Kerajaan," tulis pemerintah Arab Saudi dalam sebuah siaran resmi.
Ditambahkan bahwa menguasai bahasa Mandarin akan berfungsi sebagai jembatan antara kedua negara, sehingga berkontribusi pada peningkatan hubungan perdagangan dan budaya.
Simak video pilihan berikut:
Mitra Dagang Terbesar Arab Saudi
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Xinhua, Menteri Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Khalid bin Abdulaziz Al-Falih, mengatakan investasi Saudi di China "baru saja dimulai."
"Budaya kami sangat cocok dengan budaya China. Kami telah mengirim ratusan siswa untuk belajar ke sana, dan ketika kembali, mereka bisa berbicara bahasa Mandarin. Hal itu membuat ribuan orang Saudi memahami betapa hebatnya Tiongkok. Kami membutuhkan lebih banyak dari itu," katanya.
Sementara itu, China adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi, melampaui negara-negara Eropa dan sekutu dekat Amerika Serikat. Pada 2018, impor dari Arab Saudi mencapai US$ 46 miliar, atau setara Rp 647 triliun.
Arab Saudi sebelumnya telah menyatakan minatnya untuk mengambil bagian dalam insiatif Jalur Sutera Baru rancangan Xi Jinping, yang berupaya membangun jalan, kereta api, dan pelabuhan yang menghubungkan China dengan dunia.
Di bawah inisiatif tersebut, sejumlah besar perdagangan China akan melewati Laut Merah, yang berbatasan dengan Arab Saudi, dalam perjalanan ke Eropa.
Advertisement