Liputan6.com, Sana'a - Laporan terbaru PBB menyebut hampir 100 orang warga sipil tewas atau terluka setiap minggu di Yaman, pada tahun lalu, di mana seperlima di antaranya adalah anak-anak.
Menurut angka yang dikeluarkan oleh badan pengungsi dunia (UNHCR) pada Kamis 7 Maret 2019, lebih dari 4.800 kasus kematian dan cedera warga sipil dilaporkan selama 2018.
Khusus untuk anak-anak, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Sabtu (9/3/2019), UNHCR mencatat ada 410 kematian dan 542 luka-luka.
Advertisement
Baca Juga
Mengandalkan data sumber terbuka untuk temuannya, UNHCR juga mencatat bahwa hampir setengah dari semua korban --48 persen-- dilaporkan terjadi di kota Hodeidah, yang pelabuhan strategisnya telah menjadi tempat pertempuran sengit antara pemberontak Houthi dan pasukan pimpinan Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman.
Angka-angka PBB juga menunjukkan bahwa 30 persen warga sipil terbunuh dan terluka di dalam rumah mereka, di mana non-kombatan juga menjadi sasaran saat bepergian di jalan, bekerja di pertanian, dan di situs sipil lainnya.
"Laporan itu menggambarkan besarnya dampak terhadap manusia akibat konflik," kata Volker Turk, asisten komisaris tinggi UNHCR, untuk pengungsi Yaman.
"Warga sipil di Yaman terus menghadapi risiko serius terhadap keselamatan, kesejahteraan dan hak-hak dasar mereka. Terpapar kekerasan setiap hari, banyak yang hidup di bawah ketakutan terus-menerus, dan menderita dalam kondisi yang memburuk, berbalik dalam keputus-asaan pada mekanisme yang berbahaya untuk bertahan hidup," lanjutnya panjang lebar.
Â
Simak video pilihan berikut:
Lebih dari 60.000 Orang Terbunuh Sejak 2016
Terlepas dari ganasnya konflik, angka 10.000 kerap dikutip oleh jurnalis dan lembaga bantuan untuk menggambarkan jumlah kematian warga sipil di Yaman.
Angka itu berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh PBB pada Agustus 2016.
Namun, menurut Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), setidaknya 60.223 orang mungkin telah terbunuh sejak Januari 2016, sembilan bulan setelah Arab Saudi melancarkan serangan udara besar-besaran, untuk mendukung pasukan yang memerangi Houthi.
Angka itu tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kekurangan gizi, di mana lembaga amal seperti Save the Children memperkirakan 85.000 anak-anak mungkin kelaparan hingga tewas.
Sementara itu, perang telah mengalami kebuntuan selama bertahun-tahun, dengan koalisi dan pasukan Yaman tidak dapat mengusir Houthi dari ibu kota Sana;a, dan beberapa kota utama lainnya.
Pertempuran dan keruntuhan ekonomi yang terjadi kemudian juga telah melepaskan krisis kemanusiaan yang paling mendesak di dunia, dengan 14 juta dari 29 juta penduduk negara miskin itu berada di ambang kelaparan.
Biaya makanan telah melonjak rata-rata 68 persen sejak 2015, menurut PBB, sementara harga komoditas seperti bensin, solar, dan gas rumah tangga meningkat setidaknya 25 persen pada tahun lalu.
Advertisement