Australia: Komen Buruk Senator Kami soal Teror di Selandia Baru Tak Dapat Diterima

Duta Besar Australia untuk Indonesia mengatakan bahwa komentar negatif Senator Fraser Anning soal teror penembakan di dua masjid Selandia Baru adalah sesuatu yang tidak pantas.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 19 Mar 2019, 18:01 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2019, 18:01 WIB
Aksi Will Connolly "Egg Boy" melemparkan telur ke Senator Fraser Anning (AP Photo)
Aksi Will Connolly "Egg Boy" melemparkan telur ke Senator Fraser Anning (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan menegaskan kembali bahwa komentar negatif dari seorang senator Negeri Kanguru soal teror penembakan di dua masjid Selandia Baru adalah sesuatu yang tidak pantas.

Quinlan merujuk pada komentar yang dibuat oleh Fraser Anning, Senator Negara Bagian Queensland yang menuduh imigran sebagai penyebab terjadinya teror di Christchurch, Selandia Baru.

"Komentar itu benar-benar sangat tidak dapat diterima," tegas Quinlan saat melakukan kunjungan ke Majelis Ulama Indonesia di Jakarta guna membahas teror penembakan di Christchurch, Selasa (19/3/2019).

"Pemerintah (Australia) menolak komentar itu. Parlemen menolak komentar itu. Para pemimpin komunitas di Australia juga menolak komentar tersebut," tambah Quinlan.

Akan Ditindak

Ia mengatakan bahwa dalam pertemuan umum Parlemen Australia pada awal April mendatang, para legislator akan membahas komentar negatif yang diutarakan oleh Senator Anning.

"Pada pertemuan parlemen April nanti, mereka akan menindak sesuatu kepadanya," jelas sang dubes.

Quinlan juga kembali menegaskan bahwa apa yang dikatakan oleh Fraser Anning bukan cerminan sikap dari pemerintah Australia secara umum.

"Tidak. Bahkan Perdana Menteri telah mengutuk komentar itu," kata Quinlan seraya mengklaim bahwa Australia, seperti Selandia Baru, ikut menerapkan kebijakan keterbukaan dan turut menghargai para imigran.

"Imigran dan imigrasi telah menjadi pondasi dasar dari berdirinya negara kami," katanya yang mengatakan bahwa bangsa Australia berkomposisi dari imigran-imigran Eropa, Asia, etnis lokal, dan percampuran antar-etnis.

Pada Jumat 15 Maret, tepat pada hari teror penembakan di Christchurch yang menewaskan 50 orang oleh tangan seorang pelaku pendukung "supremasi kulit putih", Senator Fraser Anning dari Queensland mengatakan bahwa peristiwa itu disebabkan oleh imigrasi muslim ke Selandia Baru.

Komentar Anning telah menarik perhatian Perdana Menteri Australia Scott Morrison. Ia mengatakan komentar Anning sebagai sesuatu hal yang mengerikan dan "buruk".

Menuai Tanggapan dari Indonesia

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah memanggil Duta Besar Australia di Jakarta Gary Quinlan, Senin 18 Maret 2019.

Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Menlu menyampaikan kecaman atas pernyataan Senator Fraser Anning yang menuduh imigran muslim sebagai penyebab terjadinya teror di Selandia Baru.

Atas pernyataan Fraser Anning tersebut "tak menutup kemungkinan pemerintah Indonesia akan melarang senator dari bagian Queensland itu masuk ke Indonesia," jelas Arrmanatha.

"Pemikiran yang disampaikan dari Senator Australia ini tidak ada tempat di dunia, baik itu di Australia dan Indonesia," lanjut Jubir Kemlu.

Anggota Komisi I DPR Charles Honoris juga mengecam pernyataan Senator Fraser Anning. Menurutnya, pernyataan Fraser menunjukkan ketidakpahaman dan kesalahan persepsi terhadap umat Islam.

"Saya juga mengutuk keras pernyataan resmi Senator Fraser Anning dari Queensland, Australia, yang pada intinya menganggap bahwa teror terhadap masjid di Christichursh adalah harga yang pantas dibayar Umat Islam dan bahwa Islam adalah ideologi kekerasan," tegasnya dalam pernyataan tertulis yang dimuat Liputan6.com, Minggu 17 Maret.

Menurutnya, kata-kata Anning telah melukai perasaan umat Islam dan non-Muslim, serta tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap upaya masyarakat dari berbagai pihak dalam membangun perdamaian dan pengertian antar umat beragama, termasuk di Selandia Baru.

"Pernyataan Fraser Anning menunjukkan ketidakpahaman dan kesalahan persepsi yang akut terhadap Islam dan umat islam. Pernyataan semacam itu hanya bisa keluar dari seorang tokoh politik yang kurang arif (deficit of wisdom)," kata politikus PDIP ini.

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyayangkan komentar Fraser Anning "yang menyesatkan dan memandang rendah para korban penembakan di Christchurch yang mayoritas Islam."

 

Simak video pilihan berikut:

Politisi Sayap Kanan, Populis

Senator Australia Fraser Anning yang menuai kecaman atas komentar negatifnya terhadap penembakan Selandia Baru (AFP/ Mick Tsikas)
Senator Australia Fraser Anning yang menuai kecaman atas komentar negatifnya terhadap penembakan Selandia Baru (AFP/ Mick Tsikas)

Perlu diketahui, Senator Fraser Anning adalah politisi sayap kanan Australia. Ia menduduki kursi senat pada 2017.

Namun, tidak banyak diketahui bahwa sebetulnya ia kalah dalam pemilihan umum anggota senat 2016 lalu. Mengutip laman media lokal News.com.au pada Senin (18/3/2019), ia hanya mendapatkan 19 suara preferensi pertama dalam pemilu federal.

Dalam pemilu itu, Anning adalah kandidat dari partai One Nation (sayap kanan - populis) untuk Senat Negara Bagian Queensland. Setelah pemilu diadakan, diketahui bahwa partai tersebut berhak atas dua kursi senat.

Kandidat yang dinyatakan lolos sebagai anggota parlemen saat itu adalah Pauline Hanson yang mendapat 20.000 suara preferensi pertama, serta Malcolm Roberts dengan 77 pemilih -meskipun sedikit, jumlah ini empat kali perolehan Anning.

Setelah dinyatakan terpilih, Roberts tiba-tiba didiskualifikasi karena diketahui berkewarganegaraan ganda, mengingat ia lahir di Inggris. Segera setelah gagalnya Roberts, Anning otomatis mendapatkan tiket emas ke parlemen.

Anning menerima cibiran berbagai kalangan setelahnya, dianggap tidak cukup representatif. Meskipun demikian sebagian kecil pihak mengatakan bahwa ia mewakili minoritas yang diam (silence minority).

Keberadaan Anning dalam kursi parlemen menjadi fokus perhatian warga Negeri Kanguru. Tidak hanya karena ia berhak atas sekitar 200.000 dollar gaji pertahun padahal kalah pemilu, namun juga karena komentar ofensifnya yang telah menyulut kemarahan banyak pihak baru-baru ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya