Ingin Ada Astronaut Amerika Kembali ke Bulan, Ini Penegasan Wapres AS

Wakil Presiden AS, Mike Pence, menegaskan kepada NASA untuk kembali mengirim astronautnya ke Bulan.

oleh Afra Augesti diperbarui 27 Mar 2019, 14:07 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2019, 14:07 WIB
Teori konspirasi populer (2)
Pendaratan Apollo 15 di Bulan. (Sumber Wikimedia/NASA/Astronaut David R. Scott)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Berbicara atas nama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Wakil Presiden Mike Pence menegaskan NASA untuk kembali menempatkan astronaut Amerika di Bulan "dalam lima tahun ke depan."

Pernyataan tersebut disampaikannya pada pertemuan kelima National Space Council pada hari Selasa kemarin, di mana Pence menjadi ketuanya.

Pence menyatakan bahwa perkiraan saat ini, yang menyebut astronaut Amerika tidak akan berjalan di Bulan sampai 2028, adalah sebuah kabar yang "tidak cukup baik."

Dalam intonasi yang menggemakan sentimen Perang Dingin, ia menekankan bahwa AS sekali lagi sedang berada dalam perlombaan di bidang antariksa melawan Rusia dan China.

Di satu sisi, penegasan Mike Pence didasarkan pada Space Policy Directive 1 yang dikeluarkan oleh Donald Trump pada Desember 2017, yang menyerukan agar NASA segera mengirimkan astronautnya ke Bulan.

Namun, di tengah shutdown yang kini masih diberlakukan oleh pemerintahan Trump, kurangnya rencana konkret, serta pembengkakan anggaran dan keterlambatan dari Space Launch System, Pence mengumumkan bahwa NASA harus berupaya untuk mencapai Bulan dengan cara apa pun, bahkan jika itu artinya mereka harus menggunakan roket dan wahana yang dibangun oleh perusahaan swasta.

Pence mengutip beberapa alasan yang menerangkan perkataannya, yakni karena orang Amerika harus menjadi yang terbaik dan Tiongkok telah berhasil meluncurkan serangkaian misi Chang'e, termasuk pendaratnya ke sisi terjauh Bulan.

Dia juga menyebutkan temuan air yang terperangkap di kawah kutub berbayang di satelit alami Bumi tersebut.

"Biar saya jelaskan, wanita pertama dan orang berikutnya yang akan menginjakan kakinya di Bulan adalah astronaut Amerika, yang meluncur dengan roket Amerika dari tanah Amerika," kata Pence, dikutip dari Gizmodo, Rabu (27/3/2019).

Namun menurut NASA, melakukan misi berjalan di Bulan bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan biaya hingga miliaran dolar, mulai dari persiapan hingga pascapendaratan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Diancam Diganti Nama

3 Astronot Meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional
Astronot AS Anne McClain (tengah), kosmonot Rusia Оleg Kononenko (bawah), dan astronot CSA David Saint Jacques (atas) bersiap meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) di Baikonur, Kazakhstan, Senin (3/12). (Aubrey Gemignani/NASA via AP)

Pada tahun 2005, pemerintah presiden kala itu, George Walker Bush, menyediakan dana sekitar $ 104 miliar atau hampir $ 135 miliar untuk hari ini. Sementara itu, misi Apollo diprediksi menelan biaya $ 120 miliar dalam kurs dolar sekarang.

Kongres menetapkan anggaran untuk NASA senilai $ 21,5 miliar pada tahun ini, lebih $ 19,9 miliar dari yang diminta badan ini.

Dana tersebut diusulkan oleh presiden untuk mencakupi pemotongan seperti program-program ilmiah, antara lain teleskop WFIRST dan Office of STEM Engagement.

Sedangkan untuk pengembangan misi pendaratan di Bulan, NASA mendapatkan tawaran lebih dari $ 300 juta.

Namun bila segalanya terbukti sulit, maka Trump berencana untuk "mengubah organisasi ini, bukan misinya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya