NASA: India Tembak Jatuh Satelit, Stasiun Antariksa Internasional Terancam

Pasca-India tembak jatuh salah satu satelitnya, NASA menyebut ada ancaman keamanan bagi Stasiun Antariksa Internsional (ISS).

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 02 Apr 2019, 18:19 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2019, 18:19 WIB
Peluncuran rudal anti-satelit oleh pemerintah India (AFP/Arun Sankar)
Peluncuran rudal anti-satelit oleh pemerintah India (AFP/Arun Sankar)

Liputan6.com, Washington DC - Kepala NASA, Jim Bridenstine, mengatakan bahwa penghancuran salah satu satelitnya di India merupakan "hal mengerikan". Tindakan tersebut telah menciptakan 400 keping puing orbital dan memicu bahaya baru bagi para astronot di atas Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Kekhawatiran tersebut disampaikan oleh Bridenstine di hadapan para karyawan NASA, lima hari setelah India menembak jatuh satelit yang mengorbit rendah, dalam uji coba rudal untuk membuktikan kekuatan antariksa Negeri Hindustan.

Menurut Bridenstine, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (2/4/2019), tidak semua puing satelit bisa dilacak.

"Apa yang kami lacak sekarang, benda-benda yang ukurannya sulit untuk dideteksi. Kami berbicara tentang puing berukuran sekitar 10 sentimeter, atau lebih besar, yang hingga saat ini, hanya terlacak sekitar 60 buah," jelas Bridenstine.

Satelit India dihancurkan pada ketinggian 300 kilometer dari permukan tanah, jauh lebih rendah dari titik orbit ISS dan sebagian besar satelit lainnya di angkasa luar.

Sebanyak 24 dari sekitar 60 puing satelit India yang berhasil dilacak, melintas di atas puncak ISS.

"Itu adalah hal yang mengerikan, karena berisiko menciptakan interupsi yang mengganggu aktivitas astronot di Stasiun Antariksa Internasional," kata Bridenstine.

"Kegiatan semacam itu tidak kompatibel dengan masa depan pesawat luar angkasa manusia," tambahnya.

Militer AS melacak objek di angkasa luar untuk memprediksi risiko tabrakan dengan ISS, dan juga dengan beberapa satelit lainnya.

Mereka saat ini telah melacak 23.000 objek berukuran lebih besar dari 10 sentimeter yang mengapung di angkasa luar.

Temuan itu termasuk sekitar 10.000 keping puing, yang hampir 3.000 di antaranya berasal dari satu peristiwa, yakni uji anti-satelit China pada 2007, di mana dilakukan pada ketinggian 530 mil (setara 852 kilometer) di atas permukaan Bumi.

 

Simak video pilihan berikut:

Dirayakan Sekaligus Dikritik

Hari Kemerdekaan India
Seorang gadis mengibarkan bendera India saat para siswa melakukan tarian selama perayaan Hari Kemerdekaan India, di Jammu, India, (15/8). India merdeka dari kolonialis Inggris pada tahun 1947. (AP Photo / Channi Anand)

Sebagai hasil dari uji coba rudal anti-satelit milik India, risiko tabrakan dengan ISS dilaporkan meningkat 44 persen selama 10 hari, kata Bridenstine. Tetapi ancaman tersebut akan hilang seiring waktu karena banyak puing akan terbakar saat memasuki atmosfer.

Kementerian Luar Ngeri India mengatakan pada saat peluncuran rudal anti-satelit terkait, tes telah dilakukan di atmosfer yang lebih rendah "untuk memastikan bahwa tidak ada puing-puing ruang".

"Apa pun puing yang dihasilkan akan membusuk dan jatuh kembali ke Bumi dalam beberapa pekan," katanya.

Tes rudal anti-satelit itu dirayakan di India, tetapi juga menuai kritik karena diumumkan oleh perdana menteri Narendra Modi, sementara petahana seharusnya berada dalam masa tenang dalam menyambut pemilu pada April ini.

Diperkirakan ada sekitar 900.000 keping puing yang lebih besar dari kelereng di orbit sekitar Bumi, menurut model statistik yang dikutip oleh badan antariksa Eropa. Ada sekitar 34.000 objek yang lebih besar dari 10 sentimeter beredar di area serupa.

Bahkan tabrakan dengan benda-benda kecil dapat menjadi bencana besar di angkasa luar, di mana sebagian besar disebabkan oleh kecepatan pergerakan pesawat ruang angkasa di orbit, minimal 7,8 km per detik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya