Tak Diketahui Sebelumnya, Spesies Baru Manusia Ditemukan di Filipina

Spesies baru manusia ditemukan di Filipina. Perpaduan dari nenek moyang manusia yang sangat kuno dan spesies manusia modern --Homo sapiens.

oleh Afra Augesti diperbarui 11 Apr 2019, 14:50 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2019, 14:50 WIB
Spesies Baru Manusia di Filipina
Tulang jari tangan dan kaki melengkung, menunjukkan pendakian masih merupakan kegiatan penting bagi spesies ini. (Callao Cave Archaeology Project)

Liputan6.com, Manila - Para arkeolog mengklaim mereka baru saja menemukan spesies lain dari manusia di Pulau Luzon, Filipina. Temuan ini dikenal sebagai Homo luzonensis.

Dikatakan oleh para ilmuwan, yang dikutip dari BBC, Kamis (11/4/2019), fitur fisik Homo luzonensis merupakan perpaduan dari nenek moyang manusia yang sangat kuno dan spesies manusia modern --Homo sapiens.

Itu artinya, ada kemungkinan bahwa manusia primitif meninggalkan Afrika dan berhasil sampai ke Asia Tenggara.

Temuan ini menunjukkan bahwa evolusi manusia di kawasan mungkin merupakan persoalan yang sangat rumit, dengan tiga atau lebih spesies di Asia Tenggara saat mereka tiba.

Salah satu dari spesies ini bahkan berpostur tubuh pendek mirip "Hobbit", yaitu Homo floresiensis, yang bertahan hidup di Flores, Indonesia, pada 50.000 tahun yang lalu.

Profesor Chris Stringer, dari London's Natural History Museum, mengatakan, "Setelah ditemukan Homo floresiensis pada tahun 2004, saya mengatakan bahwa percobaan dalam evolusi manusia yang dilakukan di Flores bisa diulang di banyak pulau lain di kawasan Asia Tenggara."

"Spekulasi itu tampaknya telah dikonfirmasi di Pulau Luzon ... hampir 3.000 km jauhnya (dari Flores)," imbuh Stringer.

Siapa Homo Luzonensis?

Spesies Baru Manusia di Filipina
Gigi Homo luzonensis. (Callao Cave Archaeology Project)

Arkeogeokimia Rainer Grun dari Griffith University melakukan penanggalan pada tulang belulang tersebut menggunakan uranium-thorium. Diduga mereka berasal dari lebih dari 50.000 tahun lalu.

"Ini adalah spesies hominid yang benar-benar baru," Grun mengatakan kepada ScienceAlert dalam surat elektronik.

Semua fosil berukuran mungil, menunjukkan bahwa mereka adalah spesies kerdil seperti Homo floresiensis, lebih dikenal sebagai "hobbit" yang ditemukan di Flores pada tahun 2004 silam.

Sayangnya, ekstraksi DNA dari fosil-fosil baru itu tidak berhasil, sehingga belum ada cukup bukti untuk menentukan di mana letak Homo luzonensis dalam silsilah keluarga hominin.

"Dengan mempertimbangkan semua pengetahuan informasi yang kita miliki hari ini tentang catatan fosil prasejarah dan hominin di Asia, dan usia Homo luzonensis, menurut saya mereka adalah keturunan dari beberapa Homo erectus orang-orang Asia, mungkin Homo erectus ras China," Grun menjabarkan.

Kehadiran Homo luzonensis di Asia timur, selama Pleistosen akhir (126.000 hingga 11.700 tahun lalu), dan kemiripan sifat Australopithecus pada rangka mereka, merunyamkan teori bahwa gelombang pertama hominin dari Afrika adalah Homo erectus, diikuti selanjutnya oleh Homo sapiens yang hidup pada 40-50 ribu tahun yang lalu.

Tanda Tanya Besar

(kiri atas) Fosil gigi Homo sapiens temuan terbaru di Gua Lida Ajer, Sumatera Barat (Chris Clarkson, Kira Westaway, dkk)
(kiri atas) Fosil gigi Homo sapiens temuan terbaru di Gua Lida Ajer, Sumatera Barat (Chris Clarkson, Kira Westaway, dkk)

Homo luzonensis memiliki beberapa kemiripan fisik dengan manusia zaman sekarang, meski ciri-ciri lain mengingatkan kembali pada Australopithecine --makhluk mirip kera yang berjalan tegak dan hidup di Afrika antara dua dan empat juta tahun lalu-- serta anggota awal genus Homo.

"Jika spesies seperti Australopithecine mampu mencapai Asia Tenggara, itu akan mengubah pandangan kami tentang siapa yang meninggalkan Afrika terlebih dahulu," papar Stringer.

Homo erectus telah lama dianggap sebagai keturunan manusia pertama di Bumi. Mereka diperkirakan meninggalkan Afrika --tanah asal mereka-- sekitar 1,9 juta tahun yang lalu.

Selain itu, mengingat Pulau Luzon hanya dapat diakses melalui jalur laut, penemuan baru ini menimbulkan pertanyaan besar tentang cara Homo luzonensis mencapai daratannya.

Asia Tenggara Surga Fosil Manusia Purba

Manusia Purba WCF 2016
(Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Selain Homo luzonensis, Asia Tenggara juga tampaknya menjadi rumah bagi spesies manusia lain yang disebut Denisovans, yang tampaknya melakukan kawin silang dengan manusia modern awal (Homo sapiens) ketika mereka tiba di kawasan ini.

Bukti tersebut didasarkan pada analisis DNA, karena tidak ada fosil Denisovan yang diketahui telah ditemukan di Asia Tenggara.

Homo floresiensis yang ditemukan di Flores, dijuluki "The Hobbit" karena perawakannya yang kecil. Mereka diperkirakan telah bertahan di sana dari setidaknya 100.000 tahun yang lalu hingga 50.000 tahun yang lalu --berpotensi tumpang tindih dengan kedatangan manusia modern.

Yang menarik, para ilmuwan juga berpendapat bahwa Homo floresiensis menunjukkan ciri-ciri fisik yang mengingatkan pada Australopithecine. Tetapi peneliti lain beropini, "The Hobbit" adalah keturunan Homo erectus meski beberapa anatomi mereka lebih primitif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya