Milarder Denmark Kehilangan Tiga Anaknya dalam Teror Bom Sri Lanka

Orang terkaya di Denmark, Anders Holch Povlsen, dikabarkan kehilangan tiga buah hatinya dalam serangan teror bom di Sri Lanka.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 23 Apr 2019, 09:13 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2019, 09:13 WIB
Teror Bom di Sri Lanka
Area restoran yang mewah di Hotel Shangri-La, Colombo, di mana terkena dampak ledakan bom. (AFP / Ishara S. Kodikara)

Liputan6.com, Kolombo - Seorang miliarder Denmark telah mengkonfirmasi bahwa dia kehilangan tiga dari empat anaknya dalam serangan bom bunuh diri pada perayaan Minggu Paskah di Sri Lanka.

Pria terkaya Denmark, Anders Holch Povlsen, dan istrinya Anne Storm, kehilangan tiga dari empat anak mereka dalam serangan bom tersebut, demikian sebagaimana dikutip dari Abc.net.au pada Selasa (23/4/2019).

Keluarga itu, bersama dengan empat anak mereka --Alma, Astrid, Agnes dan Alfred-- sedang berlibur di Sri Lanka, media Denmark melaporkan.

Povlsen adalah pemegang saham mayoritas di jaringan retail online ASOS, dan pemilik perusahaan mode Bestseller, yang mencakup merek Vero Moda dan Jack & Jones. Dia juga memegang saham besar di Zalando.

Menurut majalah Forbes, Povlsen memiliki lebih dari 1 persen dari seluruh tanah di Skotlandia, dan memiliki kekayaan bersih senilai US$ 11 miliar, atau sekitar Rp 154 triliun.

Putri mereka, Alma, sempat mengunggah foto saudara-saudaranya yang berlibur Sri Lanka di halaman Instagram-nya lima hari lalu, di mana kini kolom komentarnya dipenuhi oleh ratusan ucapan bela sungkawa.

Serangan terkoordinasi terhadap hotel dan gereja di ibu kota Kolombo itu menewaskan sedikitnya 290 orang dan melukai hampir 500 orang.

Selain itu, hingga Senin 22 April, polisi Sri Lanka berhasil menjinakkan beberapa bom aktif yang ditemukan di berbagai lokasi di seputaran Kolombo. Alhasil, pemerintah setempat pun memerintahkan penambahan jam malam hingga Selasa pagi.

Otoritas Sri Lanka mengatakan 32 orang asing tewas dalam serangan bom pada Minggu 21 April, termasuk warga Inggris, Amerika Serikat, Turki, India, China, Belanda, dan Portugal.

Adapun sebagian besar korban tewas dan terluka adalah warga negara Sri Lanka.

Polisi mengatakan 24 orang telah ditangkap, semuanya adalah warga negara Sri Lanka, tetapi mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.

 

 

Kebijakan Menindak Pelaku Teror Tanpa Perintah Pengadilan

99 Orang Tewas dalam Ledakan Gereja dan Hotel di Sri Lanka
Prajurit Angkatan Darat Sri Lanka mengamankan sekitar Gereja St Anthony Shrine usai ledakan di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Menurut laman News18 dikutip pada Minggu (21/4/2019), saat ini terdapat sekitar 450 orang yang telah dibawa ke rumah sakit. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Pasca-serangan bom di Minggu Paskah, pemerintah Sri Lanka menetapkan undang-undang darurat, yang memberi wewenang besar pada polisi dan militer untuk menahan dan menginterogasi tersangka tanpa perintah pengadilan.

Kebijakan darurat tersebut berlaku sejak Selasa dini hari waktu setempat, kata kantor Presiden Sri Lanka.

Di lain pihak, polisi mengatakan 87 detonator bom ditemukan di stasiun bus utama Kolombo. Salah satunya, yang berlokasi di dekat sebuah gereja, dilaporkan meledak ketika regu anti-teror berusaha menjinakkannya.

Sebuah minivan meledak menjadi bola di dekat Rumah Peribadatan St Athony, salah satu gereja yang menjadi target. Ledakan dan bola api yang diakibatkannya menyebabkan kepanikan dan kerusakan pada bangunan dan kendaraan di dekatnya, tetapi tidak ada yang terluka.

Telunjuk Mengarah ke National Thowheed Jamath

Gereja rusak parah pasca ledakan bom di Sri Lanka (Sumber: Twitter.com/Geeta_Mohan)
Gereja rusak parah pasca ledakan bom di Sri Lanka (Sumber: Twitter.com/Geeta_Mohan)

Hingga saat ini, tidak ada klaim tanggung jawab atas serangan bom pada hari Minggu, tetapi kecurigaan terfokus pada kelompok ekstremis National Thowheed Jamath di negara mayoritas Buddha itu.

Penyelidik mengatakan tujuh pelaku bom bunuh diri mengambil bagian dalam serangan tersebut, sementara seorang juru bicara pemerintah mengatakan jaringan internasional terlibat.

Para pakar internasional anti-terorisme mengatakan bahkan jika sebuah kelompok lokal telah melakukan serangan, kemungkinan al-Qaeda atau ISIS terlibat, mengingat tingkat koordinasi serangan yang cukup rapi. .

Beberapa waktu sebelum serangan bom, polisi Sri Lanka diketahui telah menerima petunjuk tentang kemungkinan teror terhadap gereja oleh kelompok ekstremis domestik yang tergolong baru.

Laporan intelijen setempat, tertanggal 11 April, mengatakan sebuah agen asing telah memperingatkan pihak berwenang Sri Lanka tentang kemungkinan serangan terhadap gereja-gereja oleh National Thowheed Jamath.

Namun, tidak ada konfirmasi lanjut atas peringatan tersebut, baik secara tanggapan ataupun tindakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya