Eks Diplomat: Donald Trump Setuju Bayar Biaya Medis Rp 28 Miliar ke Korea Utara

Mantan utusan khusus AS ke Korea Utara, Joseph Yun, menyebut Donald Trump setuju membayar tagihan Rp 28 Miliar ke Pyongyang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Apr 2019, 12:51 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2019, 12:51 WIB
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara AS Melania Trump di Air Force One di USAF Joint Base Pearl Harbor Hickam, Hawaii pada 4 November 2017, jelang keberangkatan menuju Tokyo, Jepang (Andrew Harnik/Jepang)
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara AS Melania Trump di Air Force One di USAF Joint Base Pearl Harbor Hickam, Hawaii pada 4 November 2017, jelang keberangkatan menuju Tokyo, Jepang (Andrew Harnik/Jepang)

Liputan6.com, Washington DC - Mantan perwakilan khusus Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Joseph Yun, membenarkan kabar bahwa Presiden Donald Trump menandatangani perjanjian pembayaran tagihan senilai US$ 2 juta (setara Rp 28 miliar), sebagai tagihan medis dalam upaya pembebasan mahasiswa Otto Warmbier pada 2017.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Senin 29 April, Yun mengatakan bahwa dia melakukan pembayaran atas persetujuan menteri luar negeri AS kala itu, Rex Tillerson.

"Segera setelah pihak Korea Utara mengatakan kepada saya bahwa ada tagihan senilai US$ 2 juta yang harus dibayar ... Saya menghubungi bos saya saat itu, Tuan Rex Tillerson," kata Yun, sebagaimana dikutip dari CNN pada Selasa (30/4/2019).

"Beliau kembali dengan cepat dan mengatakan kepada saya, ya silahkan dan tanda tangan di sini', sambil menunjukkan sebuah surat," lanjutnya bercerita.

Yun menambahkan bahwa apa yang ditangkapnya adalah bahwa keputusan itu telah disetujui oleh Donald Trump.

"Itu pemahaman saya. Saya tidak pernah bertanya kepadanya, tapi itu adalah pemahaman saya," katanya ketika ditanya apakah ia yakin Tillerson mendapat persetujuan Trump.

Di lain pihak, pemerintahan Donald Trump mengatakan tidak ada uang yang telah dibayarkan untuk pembebasan Warmbier, yang berada dalam keadaan koma pada saat pembebasannya dari tahanan Korea Utara, dan meninggal beberapa hari setelah kembali ke AS.

Yun mengatakan dia tidak tahu apakah pemerintahan Trump berencana untuk membayar, tetapi percaya bahwa AS harus memenuhi janji pembebasan Warmbier.

Membenarkan Tanda Tangan, Bukan Pembayaran

Penasihat Keamanan Donald Trump yang Baru: Jika Mau Damai, Bersiaplah Perang
John Bolton, Penasihat Keamanan Donald Trump yang Baru: Jika Mau Damai, Bersiaplah Perang. Foto diambil saat Bolton jadi dubes AS untuk PBB pada 2005 (Dennis Cook/Associated Press)

Sementara itu, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton, juga mengonfirmasi pada Minggu 28 April, bahwa Yun menandatangani dokumen yang menjanjikan US$ 2 juta untuk pembebasan Warmbier.

Namun, Bolton meyakinkan bahwa AS belum melakukan pembayaran apapun Korea Utara.

Dalam wawancara dengan Fox News pada hari yang sama, Bolton mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Yun benar adanya, namun dia menegaskan bahwa keputusan itu diambil sebelum dia masuk ke pemerintahan.

"Saya tidak tahu keadaannya. Tidak ada uang dibayar, itu jelas," ujarnya kembali menegaskan.

Surat kabar The Washington Post pertama kali melaporkan bahwa Korea Utara memberikan faktur kepada Yun, yang memuat tagihan perawatan medis Warmbier selama menjadi tahanan Pyongyang.

Otto Warmbier ditahan oleh para pejabat Korea Utara pada Januari 2016 ketika mencoba untuk kembali ke AS dari tur negara itu.

Dia dikembalikan ke keluarganya "dengan kerusakan otak parah dan dalam keadaan tidak responsif" pada 13 Juni 2017, dan meninggal enam hari kemudian.

AS Tegaskan Tidak Pernah Membayar

Jabatan tangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Metropole Hotel, Hanoi, Vietnam (AP)
Jabatan tangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Metropole Hotel, Hanoi, Vietnam (AP)

Fred Warmbier, ayah kandung Otto, mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang pembayaran tersebut, tetapi meyakininya sebagai "tebusan" untuk putranya yang telah meninggal.

Awal bulan ini, di sebuah acara yang dihadiri keluarga Otto Warmbier, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menolak gagasan bahwa AS membayar tebusan untuk para sandera.

"Harap diingat bahwa memberikan uang kepada kelompok ekstremis atau rezim teroris bisa memicu lebih banyak penyanderaan dari orang-orang kita," katanya.

"Kita tidak bisa menerima risiko itu," lanjut Pompeo menegaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya